Dipaksa Menikah Bagian 18
Oleh Sept
Rate 18 +
Sofi benar-benar sudah melakukan kesalahan yang besar. Jika sampai suaminya tahu, mungkin ia akan habis. Jika sampai Garda mengetahui apa yang sudah dilakukan oleh istrinya itu, mungkin Sofi tidak akan berani melakukan hal senekat ini.
Wanita itu sudah membuat noda pertama di pernikahannya dengan Garda. Ia sudah berani kabur dan menemui pria lain. Tidak hanya bertemu, keduanya malah sudah melakukan hal yang tidak pantas.Sebagai seorang istri, Sofi benar-benar sudah melangar batas.
***
Ketika matahari mulai condong ke barat, Sofi masih berada di apartemen kekasihnya. Saat ini mereka berdua sedang duduk di sofa. Wanita itu mulai galau setelah ciumann mereka.
"Bagaimana bila kita kabur ke luar negeri?" Juna memutar posisinya, kini mereka duduk sempurna berhadapan-hadapan.
Sofi terhenyak, ajakan Juna kelewat berani. Ia tidak bisa membayangkan apa yang akan suaminya lakukan. Bisa-bisa Garda akan langsung membunuhnya di tempat. Tiba-tiba ia bergidik ngeri, membayangkan kemarahan sang suami.
"Maaf. Semua tidak semudah yang kamu bayangkan!"
"Kenapa? Apa kamu menyukai pria kaya itu?" Juna curiga.
"Bukan! Bukan seperti itu. Hanya saja...!" kata-kata Sofi terputus ketika terdengar suara pintu diketuk.
Baik Sofi maupun Juna, mereka saling menatap. Di depan pintu apartmen itu, dua orang dengan perawakan tinggi besar sedang menunggu di luar.
Tok tok tok,
Makin lama ketukan itu menjadi gedoran yang keras. Kaget campur panik, Sofi langsung beranjak dari posisinya semula.
KLEK
Begitu pintu terbuka, dua orang yang merupakan bodyguard Garda langsung nyelonong masuk ke dalam ruangan. Tidak peduli dengan Juna yang bertanya siapa mereka, orang-orang tersebut langsung menarik Sofi keluar.
"Lepasin!" teriak Sofi.
Juna akan menolong. Namun, sayang sekali, salah satu bodyguard Garda menghadang dirinya. Membuat ia tak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa menatap Sofi yang semakin menjauh dan menghilang dari pandangan.
Jengkel plus kesal, begitu para orang-orang itu pergi, Juna melempar apa saja yang ada di depannya. Sebuah vas cantik menjadi korban pertama, kini bunga dalam vas tersebut berserakan di atas lantai. Juna hanya bisa melampiaskan amarahnya pada benda-benda di sekitarnya.
Setelah itu, ia duduk di kursi dan mengusap wajahnya dengan kasar, terlihat sekali ia begitu frustasi karena Sofi kembali dirampas dari sisinya. Sementara itu, Sofi yang dibawah oleh dua bodyguard nampak ketakutan. Ia nampak cemas, apa yang akan Garda lakukan pada dirinya kali ini.
Sesaat ia berpikir, bagaimana bisa orang-orang Garda menemukan dirinya? Sekilas bayangan wanita yang sempat ia temui di kantor tadu, membuatnya sadar. Rupanya ia sudah ketahuan, tinggal menunggu waktu. Nanti apa yang akan terjadi padanya akibat aksi kaburnya ini.
Sepanjang perjalanan, di dalam kendaraan, tidak ada suara sama sekali. Yang terdengar hanya deru mesin mobil. Sedangkan dua orang yang menangkap dirinya tadi nampak tenang.
Dan mata Sofi terbelalak ketika menatap beberapa petunjuk jalan. Entah berapa tol yang sudah mereka lewati.
"Kita mau kemana?" Ia memberanikan diri bertanya pada para bodyguard yang bertampang sangar itu.
"Sebaiknya Nyonya muda menurut, itu jauh lebih baik!" ujar salah satu bodyguard dengan suara berat.
Sofi heran, ia hanya bertanya mau dibawah ke mana. Namun, jawaban malah tak sesuai. Tidak ingin tambah kesal, ia pun mencoba mengalihkan perhatian. Ia merogoh ponsel dalam tas.
"Mana ponselku?" tanyanya dalam hati.
"Pasti ketinggalan di sana!" Sofi merutuki sikap bodohnya, bagaiman bisa ia meninggalkan ponsel di apartemen Juna.
"Anda mencari ini?"
Sofi langsung merasa lega ketika salah satu dari bodyguard memberikan ponselnya.
"Terima kasih!"
Ucapan terima kasih darinya tidak disambut. Orang itu terus menatap ke depan dengan tatapan serius.
Sofi mengerutu dalam hati, bos dan anak buah sama-sama dingin. Apa mereka tercipta dari bongkahan es? Ia merutuk nasib buruk yang selalu dikelilingi oleh pria-pria dingin. Tidak terasa akhirnya sampai juga, dan Sofi menatap sekeliling. Hanya ada pohon-pohon besar yang menjulang tingin.
Begitu para bodyguard keluar dari mobil, ia pun ikut keluar saat dibukakan pintu oleh salah satu di antara mereka.
"Kita di mana?"
Dua pria kekar itu mulutnya seperti terkunci, tidak ada yang mau menjawab pertanyaan Sofi.
"Silahkan masuk ke dalam. Kami akan tunggu di luar!"
Tambah jengkel, Sofi lantas melengos pada orang-orang suruhan suaminya itu.
"Siapa yang sudi tinggal di sini?" Sofi menatap bangunan khas Belanda, bagus dan megah, tapi terkesan tua. Ada rona mistis di dalamnya.
Perlahan ia melewati jalanan setapak yang tertata rapi dengan batuan alam. Sebenarnya rumah ini memiliki nilai artistic yang tinggi, sayang letaknya mengapa harus di tengah hutan seperti ini.
Itu adalah villa milik keluarga Rajasa, entah mengapa para bodyguard membawa dirinya ke mari. Yang jelas itu adalah perintah dari suaminya. Dengan langkah penuh hati-hati, ia mulai masuk ke dalam bangunan yang bercat serba putih itu.
Saat akan membuka pintu, ia merasa ragu-ragu. Namun, karena para suruhan Garda menatap dirinya, dan mengangguk pelan. Mau tak mau ia akhirnya masuk ke dalam. Sepi, kosong dan sunyi.
"Pria gila, apa maksudnya aku dibawa ke mari?" ribuan tanya bertebaran dalam benak wanita muda tersebut.
Saat masuk semakin ke dalam, bunyi klonteng menarik perhatiannya. Ia lantas menuju sumber suara. Ada di dapur, seorang wanita paruh baya sedang bertarung dengan spatula dan wajan.
"Permisi!"
wanita itu menoleh sekilas, ia bersikap acuh dan meneruskan kegiatan memasaknya kembali.
"Oh My God!" Sofi tidak habis pikir. Di mana-mana mengapa ia dipertemukan dengan manusia dingin.
"Mari ... kemari, Nyonya!" suara pria paruh baya langsung membuatnya terkejut. Ia pun menoleh ke belakang.
"Saya tukang kebun ... Nyonya, yang menjaga villa ini!" ucap pria itu, dengan lebih ramah dari pada orang-orang sebelumnya.
"Eh iya, Pak."
"Mari, saya tunjukkan kamar tuan muda!"
Sofi pun mengikuti ke mana pria itu membawanya. Mereka berhenti tepat di depan sebuah kamar yang terletak di lantai dua.
"Ini kamar tuan muda, beliau bilang akan ke
mari nanti malam."
"Terima kasih,"
"Saya permisi, Nyonya."
Selepas kepergian pria itu, ia pun masuk dalam kamar. Sangat megah, Sofi tak menyangka kamar suaminya di villa itu layaknya hotel bintang lima.
Sofi pun melihat-lihat, beberapa saat kemudian karena capek habis perjalanan jauh, ia sampai menguap berkali-kali. Dan karena udara di sana sangat sejuk menyegarkan, tidak terasa rasa kantuk menyerang. Lama-lama ia tertidur, ia tidur lelap dengan posisi meringkuk di sofa kamar.
Hingga malam tiba, menyisahkan suara jangkrikk di mana-mana. Sofi masih lelap, hanya saja posisinya sudah berubah. Ia sudah selojoran di atas sofa, tidak lagi seperti semula.
KLEK
Terdengar suara pintu terbuka dengan amat pelan. Di balik cahaya lampu yang temaram, sosok pria berjas muncul dari bayang-bayang gelap. Itu Garda, rupanya ia sudah sampai di villa. Begitu sampai, ia melewatkan makan malam yang sudah dibuat penjaga villa. Tidak sabar bertemu Sofi, karena istrinya tadi pagi sudah mulai kabur lagi.
"Bangun!" seru Garda dingin.
Entah karena lelah akibat banyak pekerjaan atau lelah karena menempuh perjalanan jauh untuk sampai villa yang jelas wajah pria itu saat ini terlihat tak bersahabat.
"Bangun!" kali ini ia mengoyang-goyangkan lengan Sofi.
Karena ada yang mengusik tidurnya, Sofi pun langsung terbangun. Begitu membuka mata, ia langsung memundurkan wajahnya.
"Tadi kamu ke mana?" Masih dengan nada baik-baik. Pria itu mulai mengintrogasi Sofi.
Tidak bisa menjawab, Sofi menjadi terdiam.
"Aku ingin mendengar penjelasan darimu!" ujar Garda kemudian.
Masih memilih membisu, Sofi tak mau menjawab pertanyaan dari sang suami.
"Mengapa aku merasa sedang kepergok selingkuh?" batin Sofi.
Marah karena sang istri tak merespon kata-katanya, pria itu mendadak mengebrak meja yang ada di depannya.
"Tadi kamu bertemu siapa?"
Akhirnya, suara itu mengelegar, penjaga villa yang kebetulan lewat membawa teh panas. Langsung memutar langkah. Tidak jadi memberikan teh itu pada tuannya.
Berbeda dengan juru masak di villa itu, ia terlihat senang ada keributan di sana. Wajahnya yang tak lagi muda nampak tersenyum sinis.
***
Kembali ke dalam kamar, kaki Sofi sudah mulai bergetar.
"Bagaimana ini, apa aku harus jujur saja?" tanya Sofi pada dirinya sendiri.
"Kamu ingin aku menghabisi pria itu?"
DEG
Sofi langsung berjingkat, ia menatap benci pada laki-laki yang kini menjadi suaminya.
"Jangan sentuh dia lagi! Jika dia mati, maka siapkan pemakaman untukku!" ancam Sofi. Entah dapat kekuatan dari mana, mengapa ia begitu sangat berani.
Jelas Garda semakin murka.
"Kita lihat nanti!"
BRUAKKK
Garda yang marah atas pernyataan Sofi, langsung meninggalkan kamar. Ia keluar dengan membanting pintu dengan keras, membuat para penghuni villa terhenyak kaget semua.
"Kau mau kemana?" Sofi mulai menduga-duga, bila Garda akan membuat perhitungan dengan pacarnya itu.
Tidak peduli dengan teriakan istrinya, Garda terus saja melanjutkan langkah kakinya.
Tidak mungkin menyamai langkah kaki suaminya itu, maka Sofi pun memilih berlari. Kemudian menghadang pria tersebut. Ia berdiri sambil merentangkan kedua tangan di hadapan suaminya.
"Kau mau ke mana?"
"Bukan urusanmu!" sorot mata Garda kala itu penuh dengan kebencian. Ia marah karena ada yang mengusik miliknya.
"Ini urusanku!" teriak Sofi.
"Sebegitu kah kamu mencintainya?" sindir Garda dengan perasaan miris.
Seketika, istri Garda tersebut menghentikan pukulannya, ia mendongak dan menatap tanpa takut pada suaminya.
"Ya, aku mencintai pria itu!" jawab Sofi lirih.
Seketika langitnya runtuh tak kala mendengar pengakuan cinta sang istri pada pria lain. Aduh! BERSAMBUNG
Bagaimana nasib cinta Garda?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Diana diana
lembutlah sedikit , rebut hati istrimu dengan kelembutan . . Garda terlalu memaksakn , udah gitu kasar . wanita manapun gak ad yg mw dengan lelaki seprti itu walaupun kaya, ganteng . .
2023-08-05
2
Ney Maniez
🙄🙄😒😒
2022-12-09
0
Nita Wati
kasihan garda thor
2022-11-15
0