Rumah Sultan

Dipaksa Menikah Bagian 10

Oleh Sept

Rate 18 +

Mau menghindar tapi terlambat. Bibir Garda terlanjur menempel dan menyesaap kuat.

"Pria ini!" desis Sofi dalam hati.

Tangannya memegang pundak Garda, bersiap untuk mendorong pria tersebut. Akan tetapi, keburu Garda menyerang bertubi-tubi. Sofi makin panik tak kala Garda seperti hilang kendali. Mereka sedang di lift, dan pria itu menerkam Sofi seperti mangsa.

[Lepaskan!]

Sofi ingin berteriak, tapi mulutnya sudah dikunci oleh suaminya. Jangankan berteriak, bernapas saja ia enggap.

Garda benar-benar pemaksa, ia menciumm Sofi hingga wanitanya itu hampir kehabisan oksigen.

Sofi yang lama-lama merasa sesak, dengan sekuat tenaga mendorong tubuh Garda. Namun, hanya lepas sesaat. Karena Garda kembali menyerangnya dengan kuat.

Beberapa detik kemudian, Garda memperhalus permainan. Ia mulai menyesapp bibir manis itu dengan lembut. Sofi yang semula berontak, terkejut sejenak.

Pria kasar itu kini menciumm dirinya dengan penuh kelembutan. Ditambah hembusan napas pria itu yang terasa hangat menerpa wajah Sofi.

“Sadar, Sof! Jangan pernah goyah! Dia hanya pria arogan yang memaksamu untuk menikah dengannya tanpa cinta!” gumam Sofi ketika ia mulai larut. Dia menasehati dirinya sendiri agar jangan sampai terjerat oleh buaian sang suami.

Saat Sofi masih berjibaku dengan pikirannya, Garda terlihat kembali seperti biasa. Ekspresinya kembali normal dan dingin setelah melepas tautan mereka, ia bersikap seolah tidak terjadi apa-apa pada mereka berdua. Begitu pintu lift terbuka, Garda pun pergi berlalu. Meninggalkan Sofi yang terdiam terpaku di tempatnya semula. Ia masih terkejut dan shock.

“Pria gila! Bagaimana ia begitu tenang setelah apa yang dilakukan padaku?” gerutu Sofi dengan marah. Rasanya ia ingin melabrak saja si Garda yang menurutnya berbuat sesuka hati itu.

“Bisa-bisanya setelah melakukan hal tersebut lalu pergi begitu saja, ish!” rutuk Sofi sembari memegang bibirnya sendiri. Terasa lebih tebal dan kebas.

“Tunggu!” teriak Sofi dengan lantang. Namun, langkahnya mendadak terhenti, ketika Garda juga berhenti sejenak karena sedang berbincang dengan seseorang.

Sepertinya orang tersebut orang yang cukup penting, terlihat dari wajahnya yang kharisma dan pakaian rapi. Mungkin seorang pejabat atau bahkan relasi kerja suaminya. Sofi pun mendekati Garda yang masih serius berbincang dengan lawan bicaranya, dengan perlahan ia berdiri di sisi suaminya itu.

Garda melirik Sofi sekilas.

“Kenalkan, ini istri saya.”

Garda memperkenalkan Sofi pada rekan bisnisnya. Ia merangkul pundak Sofi seolah-olah mereka seperti pasangan yang meesra dan harmonis.

Keduanya saling berkenalan dengan singkat, setelah itu mereka langsung undur diri dengan alasan masih ada yang harus ia lakukan. Sambil jalan Sofi terus saja mengomel, tapi dengan suara yang amat pelan. Lebih tepatnya ia bergumam pelan.

Masih dengan masalah yang sama, yaitu tragedi di dalam lift. Ia masih tidak terima dengan perlakuan Garda yang seenaknya tadi. Entah mengapa harga dirinya menjadi sangat terluka. Pokoknya ia ingin melampiasakann kemarahannya, tapi sayang tidak bisa. Habis diciumm lalu ditinggal, ia merasa diremehkan.

***

Setelah sampai lobi, barulah Garda memandang ke arah istrinya.

“Rapikan pakaianmu!” seru Garda dengan sangat dingin. Tatapan matanya tidak menyiratkan cinta sama sekali.

“Mau dirapikan bagaimana lagi?” protes Sofi yang merasa penampilannya sudah sangat rapi. Ia rasa tidak ada yang perlu diperbaiki. Kalaupun ada yang diperbaiki itu adalah sikap Garda sendiri. Sofi lantas memandang kesal pada sang suami yang super arogan.

Sementara itu, Garda yang melihat Sofi yang tak mengindahkan perintahnya, ia pun otomatis mendekat. Hal itu sukses membuat Sofi beringsut berjalan mundur. Baginya bersama Garda banyak hal tak terduga yang akan menimpahnya. Sebelum itu terjadi, Sofi akan sedia payung sebelum hujan. Sebisa mungkin ia akan menghindari segala bentuk yang akan menimbulan sentuhan dari suaminya. Sofi sudah menyalakan lampu kuning, karena ia trauma dengan sikap Garda yang seenaknya sendiri.

Wanita itu memilih mundur beberapa langkan menjauh dari Garda. Namun, malang bagi seorang seperti Sofi. Bukannya terhindar dari masalah ia justru akan jatuh karena langkahnya yang tidak hati-hati. Untungnya Garda dengan sigap menangkap pinggannya yang ramping, membuat Sofi tak jadi menyentuh lantai karena suaminya telah berhasil menahan tubuh Sofi. Sekilas mata mereka pun saling bertemu tanpa sengaja.

“Kau bahkan bukan anak kecil lagi? Mengapa tak hati-hati?” omel Garda dengan sedikit marah. Ia marah bukan karena membenci Sofi. Namun justru khawatir dengan istrinya tersebut. Akan tetapi, Sofi terlanjur salah paham, Ia mengira Garda tidak menyukainya. Sikapnya yang arogan dan sedingin es semakin membuat Sofi membenci suaminya tersebut.

“Lagian siapa yang mendesakku? Kalau saja kamu bisa menjaga jarak denganku. Aku pasti tidak akan terjatuh!” omel Sofi balik dengan bibir yang cemberut.

“SOFI! Kalau kita tidak ditempat umum, aku pasti akan memakanmu!” ancam Garda dalam hati. Tatapan matanya sangat maut, menghujam penuh ancaman.

***

“Lalu kita akan ke mana ini?” tanya Sofi kemudian dengan kesal.

“Nanti kamu juga akan tahu sendiri, ayo naik! Mobilnya sudah datang,” seru Garda, setelah itu ia pun masuk dalam sebuah mobil mewah, bukan limousine yang mereka tumpangi semalam. Tapi kendaraan pribadinya yang lain. Entah apalagi yang akan ia pamerkan kepada Sofi, istrinya. Atau justru inilah gaya hidup Garda yang sebenarnya. Glamour dan sangat berkelas, secara dia adalah orang kaya dan terpandang. Bukan masyarakat biasa, ataupun rakyat jelata. Jadi wajarlah bila ia bergaya hidup layaknya sultan.

“Milik siapa lagi ini?” gumam Sofi dengan perasaan kesal dalam hati. Ia  jengkel pada Garda karena cara bersikap pria itu terhadap dirinya sangat jauh berbeda dengan cara Juna memperlakukannya.

“Ah, bagaimana nasib Juna?” tiba-tiba Sofi memikirkan pacarnya itu.

Selama sepanjang perjalanan keduanya bagai dua orang bisu, tidak ada kata yang keluar dari bibir masing-masing. Sofi tengelam dalam lamunannya, sedangkan Garda sedang memikirkan banyak hal. Memikirkan rencana pengembangan resort di Dubai, Raja Ampat dan banyak lainnya. Belum lagi, belakangan ini hatinya terlalu dipenuhi dengan Sofi, hingga ia tidak fokus dengan masalah yang lain.

Hampir satu jam mereka berada dalam mobil, sampai akhirnya mereka tiba juga. Kini mereka berdua sudah berdiri di depan sebuah rumah yang mungkin bukan rumah biasa. Bangunannya sangat besar dan megah, dihiasi cat berwarna keemasan. Dan disanggah banyak pilar-pilar yang menjulang dengan gagah.

“Rumah siapa ini?” Sofi bertanya-tanya dalam hati.

“Masuklah! Jangan hanya diam di situ saja.” Seru Garda dengan galak.

Garda ini sebenarnya menyukai Sofi. Namun, ia tidak tau bagaimana caranya bersikap. Begitulah seorang Garda, ia jatuh cinta dengan cara yang berbeda. Baginya tidak butuh sekedar kata manis, itu hanya omong kosong.

Mungkin ada yang salah dengan isi kepala Garda? Entahlah.

Sedangkan Sofi, sambil matanya menelusuri tiap sudut ruangan, ia terus saja berjalan mengekori di belakang suaminya itu.

“Rumah siapa ini?” kembali ia bertanya-tanya. Dilihatnya banyak guci sebesar orang di samping kanan dan kirinya. Sofi juga sedikit takjub, mungkin ini rumah milik pejabat atau pengusaha terkaya di kotanya.

“Selamat datang, Sayang,” sapa seseorang wanita paruh baya. Wanita tersebut langsung merangkul Sofi setelah memeluk Garda sebelumnya. Dengan wajah ramahnya ia menyambut kedatangan Sofi dan putranya. Jauh berbeda dengan sikap sang putra. Mama seratus kali lebih ramah dan hangat, tidak seperti Garda yang dingin dan kasar.

“Mama ...!” ucap Sofi dengan kaku kepada mertuanya sendiri. Sudah merasa terjebak dengan pernikannya bersama Garda, kini ia merasa akan terjebak dengan mertua barunya itu.

“Sialll untuk apa aku dibawa kesini?” gumam Sofi dalam hati. Dengan wajah terlihat ramah ia menyapa sang mama mertua.

“Apa kabar, Ma?” tanya Sofi basa-basi. Mereka berbincang sebentar, setelah cukup basa-basinya, Garda langsung naik ke atas. Meninggalkan Sofi berdua saja dengan mamanya.

“Mama senang Garda membawamu ke mari,” ucap mama seraya memegang pundak Sofi. Hal itu malah membuat Sofi jadi semakin canggung.

“Mama akan menyiapkan makan, kamu bisa susul suamimu ke atas sana,”

[Aduh!]

“Aku bantu Mama saja!” jawab Sofi tanpa komando. Ini lebih menakutkan, berdua saja dengan Garda di atas sana.

“Gak usah repot-repot bantu Mama, sudah banyak asisten yang membantu. Sudah kamu istrirahat sebentar di atas. Pengantin baru pasti lelah,” Mama tersenyum penuh arti.

JLEB

Sofi jadi merasa sindiran itu mengenai ulu hatinya. Hanya mampu menelan saliva, Sofi pun dengan langkah yang berat naik ke lantai atas. Menyusul sang suami yang sudah ada di sana. Sempat bingung di mana suaminya berada, untung saja sebuah tangan menarik lengannya. Lebih tepatnya sih bukan beruntung tapi buntung alias sialll.

“Astaga!” pekik Sofi yang merasa terkejut.

BERSAMBUNG

Sopo?

Yuk kenalan sama SEPT,

Instagramm : Sept_September2020

Hehehehe

 

Terpopuler

Comments

Hari Supatmi

Hari Supatmi

adakah dikehidupan real cowok model garda ?
benar" menantang😄😄

2023-01-14

0

Ney Maniez

Ney Maniez

🤦‍♀🤭😁

2022-12-08

0

Zamie Assyakur

Zamie Assyakur

🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2022-11-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!