Hanya Raga Bukan Jiwa

Dipaksa Menikah Bagian 6

Oleh Sept

Rate 18 +

"Pakai atau mau aku pakaikan?" ancam Garda.

Rasanya Sofi ingin menghilang dari sana, ia ingin pergi mencari Juna. Dan di mana anak itu? Kenapa tidak ada kabarnya. Ditelpon tak diangkat, dichat tidak dibaca. Sofi semakin jengkel.

***

"Aku tidak akan memakainya!" ujar Sofi kemudian. Namun, Garda langsung berjalan mendekati dirinya. Tersang saja Sofi panik.

[Mati aku!]

Pria itu mengambil paper bag, saat akan mengeluarkan isinya. Tangan Sofi langsung merebut dengan kasar.

[Bisa gila aku bila ia memakaikan benda terkutuk ini padaku!]

Sofi mengerutu kesal sambil memegangi paper bag.

“Pakailah!” seru Garda.

Setelah melihat Sofi memegang paper bag tersebut, Garda kemudian menyambar gelas wineee yang ada di atas meja. Sambil matanya melirik istri barunya, ia meminum sampai habis winee tersebut.

Sofi sendiri sedang merutuki suaminya yang menurutnya sangat mesumm. Bagaimana bisa ia disuruh mengenakan pakaian tidur yang bahkan tidak lebih bagus dari sebuah kantong kresek indoapril, setidaknya itu pendapat Sofi setelah membuka paper bag yang diberika Garda pada dirinya.

“Semua gara-gara papa!” gumamnya lirih. Giliran sang ayah yang disalakan. Karena berkat orang tuanya lah perjodohan ini berlangsung.

Akhirnya, setelah mengerutu dan mengumpat kesal, Sofi memakai setelan absurd tersebut. Dari pada Garda yang memakaikannya, lebih baik ia memakainya sendiri. Namun, ia juga mengunakan handuk kimononya kembali sebagai tameng. Agar ia tidak merasa malu, Sofi merasa pakaian tersebut sangat memalukan.

Sementara itu, Garda kini tersenyum kecut, bisa-bisanya Sofi mengelabuhi dirinya. Di sampingnya terlihat botol wine yang sudah kosong, mungkin sudah ia habiskan sendirian. Perlahan ia mendekati istri yang baru saja dinikahinya, tatapan matanya sangat menakutkan. Menyeringai bagai srigala yang belum makan berbulan-bulan.

“Tetap di sana!” seru Sofi panik ketika Garda mendekat dan mendesak tubuhnya. Sofi terus terdorong ke belakang, sampai ia benar-benar terpojok dan menempel pada dinding.

Sudah seperti seekor cicak, yang menempel pada dinding rumah. Kini Garda telah mengunci ruang geraknya, membuat Sofi tidak bisa ke mana-mana.

Garda dengan seenaknya menarik tali yang menjadi pengikat kimono yang dipakai oleh Sofi, hal itu membuat Sofi langsung keteteran. Dengan sigap ia membekap tubuhnya, memeluk tubuhnya rapat-rapat, tidak ingin Garda dengan bebas menyerangnya.

“Siall, laki-laki ini memang minta dihajar!” gerutunya dalam hati. Sofi sudah di ambang keputusasaan. Ia merasa sudah mati langkah, dan hati kecilnya tetap berseru untuk kabur.

Sayang seribu sayang, bukannya lepas dari Garda. Kini ia malah terjerat semakin erat dalam tangan pria yang sudah resmi jadi suaminya terhitung sejak hari ini.

Garda yang sudah terpengaruh minuman yang ia habiskan sebelumnya, mulai melancarkan aksi gilanya. Dengan sisa kesadaran yang masih bersarang di tubuhnya, laki-laki tersebut menatap Sofi bagai mangsa. Tangannya perlahan meraih wajah Sofi, menyentuh dagu istrinya yang lancip, kemudian ia menurunkan wajah sedikit.

Sofi sudah benar-benar panik. Jarak wajah mereka sangat dekat, hampir saja mereka bersentuhan. Bila Sofi tidak memalingkan wajahnya maka benturan bibir tak akan terelakan. Sayang sekali, Sofi memilih berpaling dan menghindari tabrakan maut tersebut.

[I want you!]

Tidak peduli pada Sofi yang memalingkan wajahnya, Garda justru semakin mendesak posisi Sofi. Dengan paksa pria itu mendaratkan bibirnya. Dirga merampas bibir gadis tersebut dengan paksa, ia membuat Sofi sampai hampir kehabisan napas. Apa yang dia minum mungkin menjadi salah satu pemicu, karena ia begitu ganas memperlakukan pengantin wanitanya.

Ia sesap dan sempat mengigit beberapa kali, tidak peduli tangan Sofi memukul bertubi-tubi, meronta minta dilepas. Garda seperti gelap mata, ia serang Sofi tanpa ampun.

“Hentikan!” teriak Sofi sembari mendorong keras tubuh Garda yang memeluknya dengan erat. Ini benar-benar seperti penjara yang abadi. Tidak hanya jiwanya yang di sandera oleh Garda. Namun, tubuhnya juga terasa terikat oleh suaminya tersebut.

“Jangan melawan! Hari ini kau berani kabur, ini hukuman untukmu!” bisik Garda lirih di telingan Sofi, gadis yang baru saja dinikahinya. Pria itu kemudian kembali merampas dan menyesap sampai terasa kebas.

Tidak berani membantah, Sofi hanya bisa merasakan bulir bening yang tiba-tiba turun membasahi kedua pipinya.

“Apa yang kamu tangisi? Kini kau memiliki segalanya!” ujar Garda saat menyadari pipi Sofi yang basah, tangannya masih tak lepas mencengkram tubuh gadis tersebut. Ia seakan tak ingin melepaskan Sofia.

Begitu mendengar kata-kata yang terucap dari bibir Garda, Sofi kembali merutuk. Ia semakin mengumpat pada pria arrogant yang sedang dihadapinya.

“Aku tidak butuh uangmu sepeser pun! Sampai mati aku tidak akan menyentuh hartamu. Terlalu kejam jika kau membeli kebebasanku dengan uang,” rutuk Sofi dalam hati. Matanya kini beralih menatap tajam ke arah pria yang sudah membuat bibirnya panas. mungkin agak bengkak.

Garda yang begitu mengilai sosok gadis tersebut, kini kembali lagi memaksakan kehendaknya. Dengan paksa ia menciumm bibir ranum Sofi, tidak peduli dengan reaksi istri barunya. Ia hanya mengikuti nalurinya sebagai seorang pria, malam ini Sofia Kelana Ayunda adalah miliknya.

Sofi semakin gusar, bagaimana bisa pria itu begitu gentol memaksakan inginnya. Karena sangat sebal, Sofi lantas mengigit bibir suaminya dengan jengkel. Kejadian yang lalu pun berulang, gigitan itu meninggalkan luka yang membuatnya mengeluarkan darah.

“Ish, kau ingin main kasar rupanya?” tantang Garda.

Pria tersebut tidak marah, justru ia semakin tertantang. Semakin Sofi menolak dan meronta, jiwanya semakin penasaran, seberapa kuat Sofi akan mampu menolak dirinya?

Sekilas ia mengusap ujung bibirnya yang mengeluarkan darah, ini bukan apa-apa bagi seorang pria seperti Garda.

“Kau sungguh pemberani!” ucap Garda dan langsung membopong tubuh Sofi, ia membawa Sofi menuju ranjang kramat. Sebuah tempat di mana ia akan melabuhkan cintanya untuk seorang gadis yang ia incar selama ini.

Dengan paksa Garda melepas apa yang menjadi pelindung bagi Sofi, matanya sudah gelap karena pengaruh minuman yang sudah ia habiskan. Dengan liar ia membuat perhitungan pada gadis yang telah lari dari pelaminan. Ini adalah bayaran atas tindakan berani Sofi tadi pagi.

***

Beberapa jam kemudian, Garda sudah terlelap. Mungkin ia sedang mimpi indah karena telah berhasil menjadi orang pertama yang masuk gawang Sofi. Masuk dengan paksa lebih tepatnya.

Sedangkan Sofi, ia masih terjaga. Matanya terlihat sembab, entah berapa tetes air mata yang keluar dari matanya. Malam ini Garda telah merampas mahkotanya dengan paksa, meskipun mereka sudah menikah. Sofi tetap merasa tidak adil, karena ia tidak mencintai suaminya. Baginya ini tidak lebih dari sebuah kekerasan.

Karena lelah jiwa dan raga, lama kelamaan matanya pun terpejam. Sampai pagi menjelang ia masih lelap dalam tidurnya. Berbeda dengan Garda, pria tersebut sudah bangun dan berpakaian rapi.

Laki-laki itu menatap wajah Sofi dari jauh, sembari menatap jam yang melingkar di tangannya, Garda pun berjalan perlahan mendekati istrinya yang masih tertidur pulas. Tangannya meraih selimut yang terkulai di bibir ranjang, senyumnya terkembang tak kala menatap bercak merah di atas seprai warnah putih miliknya.

Merasa bangga telah menjadi yang pertama, Garda pun berniat akan memberikan kecupann selamat pagi untuk pagi permata mereka. Tapi, baru juga akan membungkuk menurunkan wajahnya, Sofi malah melotot pada dirinya.

“Mesumm!” rutuk Sofi dalam hati.

Tidak bisa mendengar suara hati sang istri, Garda tetap mendaratkan sebuah kecupann hangat di kening istrinya itu.

“Selamat kau sudah masuk lubang buaya. Terjebak cinta gila seorang pria mesumm yang kini jadi suamimu... “ Sofi meratapi nasibnya, ia pun hanya merutuk dalam hati.

Bagaimana dengan Garda? Ia tidak bisa mendengar suara hati istrinya. Wajahnya tetap sama, ekspesi seorang pria yang bangga karena telah sukses melakukan misi malam pertamanya.

Pagi itu, setelah mengecupp istrinya, ia berdiri di depan cermin, ia melihat pantulan dirinya yang sempurna. Senyum kemenangan tergambar jelas di wajahnya. Semalam, Sofi sudah menjadi miliknya seutuhnya, tapi Garda mungkin lupa, bahwa ia hanya memiliki raga Sofi. Jiwa gadis yang sudah ia rengut  kegadisannya itu belumlah menjadi miliknya. Belum!

BERSAMBUNG

 

Terpopuler

Comments

Ney Maniez

Ney Maniez

😲🤦‍♀🔥

2022-12-08

0

Nur Sanah

Nur Sanah

langsung jleb 😭

2022-11-20

0

Nita Wati

Nita Wati

belah durenya Ko di skip thor...

2022-11-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!