Dipaksa Menikah Bagian 9
Oleh Sept
Rate 18 +
“SOFFF!”
Garda berjalan masuk dengan wajah yang menahan kesal. Kali ini apa lagi ulah sang istri. Mengapa selalu membuatnya naik darah, dengan gusar ia menghampiri Sofi.
Sofi sendiri sudah keluar dari ruang ganti, dia keluar kamar dengan perasaan takut-takut. Karena ulahnya barusan ia merasa tidak enak.
“Aku tidak sengaja!” ucapnya dengan tak kalah gusar. Agar tidak dimarahi ia marah terlebih dahulu. Sofi juga memasang wajah paling jutek yang ia punya. Berharap pria itu tidak meluapkan emosi pada dirinya.
Kin, Garda menatap Sofi dari atas sampai bawah lekat-lekat, ia mengamati dari ujung rambut sampai ujung kaki istrinya itu. Ia sedang memindai istrinya tersebut layaknya alat di indoapril.
“Apa ada yang terluka?” tanya pria tersebut namun masih dengan wajah dingin. Meskipun ia cemas apakah Sofi terluka, tapi Garda.tetap bermuka biasa. Ekspresinya tetap saja dingin, mungkin ia lupa cara bahagia. Sebab jarang sekali ia tersenyum tulus di depan Sofi. Rupanya senyum pria itu sangat mahal harganya.
“Tidak, aku baik-baik saja. Tapi lemarinya, aku rasa tidak!” Sofi menelan salivanya, saat ini ia sedang menanti apa reaksi pria dengan watak kakunya itu. Apakah ia akan marah-marah atau akan menghukumnya seperti yang sudah-sudah.
“Biarkan saja, ayo cepat. Kita sudah hampir terlambat!” seru Garda sambil berjalan menuju pintu kamar hotel, ia meninggalkan Sofi berjalan di belakangnya.
“Eh, tumben dia gak marah-marah? Tapi ini justru semakin menakutkan. Semakin dia tenang semakin membuatku tak enak," Sofi membatin, sembari mengamati suaminya yang hanya nampak punggungnya saja.
“Hey! Cepatlah!” Garda berteriak cukup kencang memanggil dirinya yang jalan dengan begitu santainya. Pria ini selain hobi marah-marah rupanya juga tidak sabaran, siapa juga yang akan menyukai bila dicintai laki-laki seperti itu, Sofi menatap sinis punggung suaminya.
“Ish, baru juga diomongin.Tuh kan galakknya keluar! Siapa juga yang mau menikah dengan pria sejenis itu? Oh Tuhan, mengapa kau kirimkan dia dalam hidupku?” Sofi merutuki nasibnya yang harus menikahi orang yang sama sekali tidak ia sukai.
Tap tap tap,
Sofi menyusul suaminya dengan berlari-lari kecil, ia tidak ingin Garda kembali berteriak. Hanya membuat telinganya terasa sakit dan gatal.
”Mau kemana, sih?” rasa penasaran Sofi membuatnya bertanya. Sejak tadi Garda tidak mengatakan mereka akan ke mana. Sembari membetulkan rambutnya yang agak berantakan, Sofi mencoba menyamakan langkah kakinya dengan suaminya itu.
“Nanti kamu juga tau sendiri, jalan yang cepat jangan lamban seperti siput!” Garda melanjutkan jalannya tanpa peduli pada Sofi yang menahan kesal akibat ucapannya.
“Dasar pria tenggilll, ngomong seenak jidat!” wanita itu memegang jantungnya yang berdegup kencang. Ingat, bukan karena ia sedang jatuh hati pada Garda. Tapi karena menahan kesal terhadap suaminya yang bersikap arogan tersebut. Garda selalu bisa menaikkan tensinya, dan paling mejengkelkan ialah Sofi selalu kalah. Garda selalu bisa menekan dirinya lewat debat, lewat tindakan, dan Sofi tidak pernah menang.
Sesaat kemudian
Mereka berdua kini akan masuk lift, kebetulan hanya berdua saja tidak ada orang ketiga, atau keempat di antara mereka berdua. Saat lift yang mereka tumpangi berhenti di lantai selanjutnya, Garda langsung memencet tombolnya. Padahal ada seseorang yang akan masuk dalam lift bersama mereka.
“Eh, itu tadi ada yang mau masuk!” seru Sofi. Ia mengerutkan dahinya, heran sekali dengan tidakan pria itu. Jelas-jelas ada orang yang ingin masuk, mengapa langsung ditekan tomblonya.
“Biar mereka naik lift yang lain!” wajah Garda masih terlihat dingin. Ia seperti tidak merasa bersalah sama sekali.
“Ya ampun, aku hidup dengan manusia model apa, Tuhan?” gumam Sofi dengan lirih, hingga suaranya tak akan sampai ke telinga Garda yang suka seenaknya sendiri itu. Beberapa saat kemudian Sofi menatap suaminya yang berdiri tegap di sampingnya. Lebih tepatnya ia sedang mencuri pandang. Bila diperhatikan dengan saksama, Garda adalah pria yang keren. Ia ganteng, tajir, cuma sayang sikapnya sangat tidak disukai olehnya.
“Ish, ngapain juga aku bilang ganteng? Aku telen kembali kata-kataku. Gantengan juga Juna ke mana-mana. Ia masih muda, cakep yang pasti lembut gak kaya...” kata-kata Sofi terhenti. Saat suaminya menatap dirinya. Ia langsung berhenti bicara pada dirinya sendiri dalam hati.
“Eh, apa dia denger kata-kataku? Aku kan cuma ngomong dalam hati?” Sofi menelan salivanya, takut bila Garda bisa membaca isi hatinya.
Dan ia semakin berjalan mundur, tak kala tangan pria itu sudah mengudara dan akan mendarat di kepalanya. Apa Sofi pikir Garda akan memukulnya? Karena pada kenyataanya, pria itu hanya mengambil sebuah serpihan benang kecil yang ada di rambut Sofi.
“Rapikan penampilanmu!” ucap Garda dengan kaku. Terkesan dingin seperti udara di kutub.
“Sial, mengapa aku deg-degan, ingat Sofi. Jangan pernah tergoda, bila hanya ada satu pria di dunia ini maka lebih baik jomblo sampai tua. Pokoknya jangan jatuh cinta dengan laki-laki berhati kulkas ini .. pria agkuh, sombong, pemaksa dan arrogant!” seru Sofi pada hati kecilnya.
Sementara itu, Garda masih berdiri dengan tenangnya, beda sekali dengan Sofi yang berjibaku dengan pikirannya.
Bebebrapa saat kemudian pintu kembali terbuka, saat Garda akan memencet tombolnya kembali. Sofi langsung menarik tangan suaminya tersebut. Tidak ingin canggung berdua saja dalam lift, Sofi ingin mengisi ruang kosong dengan orang lain. Ia pun tertawa puas, mungkin ini kemenangan yang pertama untuknya.
Garda mendesis kesal, bisa-bisanya istrinya itu melakukan hal yang demikian. Makin lama semakin banyak yang masuk dalam lift. Hingga tidak ada ruang kosong lagi bagi semua untuk menjaga jarak. Sofi juga sudah terlihat terdesak di sudut ruang lift.
Garda kemudian tersenyum kecut, “Lihat hasil ulahmu!” seolah itulah yang matanya katakan pada istrinya.
Tidak tahan ada seorang pria yang dekat dengan Sofi karena memang tempatnya sempit, Garda langsung menyingkirkan tubuh pria tersebut. Berani sekali dekat-dekat dengan istrinya. Matanya menatap tajam, seakan tidak ingin barangnya disentuh. Garda pun menjadikan lengannya sebagai pagar agar Sofi terlindungi dari kerumunan orang-orang dalam lift.
“Lihat, ini hasil perbuatanmu!” ucap Garda, ia kelihatan sinis pada istrinya sendiri. Andai saja Sofi menurut dengan dirinya, mereka tidak akan berdesak-desakan di dalam lift.
Tidak bisa berkata-kata sekaligus tidak bisa bergerak, Sofi diam membisu di tempat. Kecanggungan semakin terjadi tak kalah Garda juga terdesak.
Tubuh suami Sofi justru semakin merapat ke arah Sofi. “Eh, apa ini?” pekik Sofi panik dalam hati.
Ia memalingkan mukanya, tidak sanggup bertatap mata terlalu lama. “Sial, mengapa menatapku seperti itu?” gerutu Sofi.
Garda sendiri harus menelan salivanya dengan kasar, ia sempat tergiur dengan bibir ranum di depannya. Untung sekarang Sofi dan dirinya ada di keramaian, bila tidak Sofi mungkin akan dimagsa olehnya.
Selang beberapa waktu, semakin lama satu persatu orang-orang mulai keluar dari dalam lift. Kini hanya ada mereka berdua di dalam sana. Sofi pun mencoba menjauh dari sisi pria yang masih menghimpitnya tersebut, mereka terlalu rapat padahal masi ada ruang kosong di sisi lainnya.
“Mau kemana?” Garda mengengam lengan Sofia.
DEG
Sofi bagai tersengat aliran listrik. Sentuhan Garda bagai konduktor yang sempurna, mampu mengetarkan hatinya. Apa Sofi mulai goyah?
Garda yang sedari tadi menahan diri, langsung saja mendaratkan bibirnya. Ia menciumm bibir manis yang sejak tadi menganggu pikirannya. Sudah sejak tadi ia ingin merasakan manisnya bibir Sofia Kelana Ayunda.
"EH!"
Sofi panik, ingin menghindar tapi bibir mereka sudah bertabrakan. BERSAMBUNG
Jempolnya digoyang yaaaa hehhhe ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Kotin Rahman
halaahh gayamu sofiee sok galak sok berani nyatane yo wedi too.....kok gething aku ama cwek sfate sok arogan tpi penakut 😞😞😞😞😞
2024-04-15
0
Diana diana
aku kira tabrakan kecelakaan , duch . .
2023-08-05
0
Hari Supatmi
ntar lama lama sofi jd bucin deh ..
2023-01-14
0