Malam Pengantin

Dipaksa Menikah Bagian 4

Oleh Sept

Rate 18 +

Tinggal hitungan jam, maka Sofi akan menjadi milik Garda sepenuhnya. Ya, gadis itu akan benar-benar masuk dalam kuasanya. Jika janji suci sudah diucapkan, maka Sofi tidak akan bisa lari ke mana-mana.

Sekarang, di tengah suasana pesta yang meriah, pesta yang sempat terjeda beberapa jam karena aksi kabur Sofia, kini semua itu kembali pada tempatnya. Semua kembali sesuai rencana awal.

Hari ini adalah hari kemenangan bagi seorang pria bernama Garda Arkasa Rajasa. Bagaimana tidak, setelah penolakan hingga aksi kabur yang dilakukan oleh Sofi sang mempelai wanita. Kini tinggal menunggu sekejap mata, Sofi akan sepenuhnya ada dalam gengaman.

Obsesi pria itu kepada Sofi membuat gadis itu semakin membencinya. Bagi Sofi, diinginkan oleh seorang seperti Garda bagai berjalan di atas ladang ranjau. Ia akan selalu merasa terancam dan terpenjara saat bersama pria tersebut. Garda adalah seorang pria dewasa yang dingin dan arogan. Sofi menolak keras menikah dengan pria dewasa yang matang tersebut. Tidak ada rasa cinta di hatinya untuk Garda.

Gadis bermata coklat itu masih ingin berkeliaran dengan bebas, kesana kemari tanpa ada banyak aturan. Sofi yang memiliki jiwa bebas, menganggap obsesi Garda hanya bagai tali yang akan mengikat kakinya.

Tapi, takdir tak bisa dihindari Sofi lagi, ia bahkan sudah mencoba untuk lari sejauh mungkin. Namun, gagal. Kenyataan tak berjalan sesuai harapan. Kini status sebagai istri akan ia sandang sebentar lagi. Kebebasan akan menjadi hal yang mahal untuk Sofi, akan terlalu banyak aturan dari seorang Garda yang akan menghantui hari-hari Sofi.

Ketika Sofi sibuk berjibaku dengan pikirannya, pria gagah bermata tajam itu sudah duduk di depan meja sakral. Ia bersiap untuk mengucapkan janji sucinya. Sebuah perjanjian yang akan mengikat dirinya dan Sofia.

...

“Saya terima, nikah dan kawinnya Sofia Kelana Ayunda binti Danu Djatmiko dengan mas kawin sebesar 1 juta dolar dibayar tunai!”

Kalimat itu diucapkan Garda dengan jelas dan lantang. Hanya dengan satu kali tarikan napas, kini Sofia telah menjadi tanggung jawabnya. Sofi, sudah sah menjadi wanitanya.

SAH ... SAH ... SAH ...

Setelah suasana menegangkan yang terjadi, kini suara ramai kembali menggema di seluruh penjuru ruangan ballroom yang luas tersebut. Alunan musik syahdu menjadi pengiring pesta pernikahan Garda dan Sofi.

Setelah prosesi ijab Kabul, kini keduanya sedang duduk di pelaminan dan jadi pusat perhatian pada undangan. Sadar ekspresi Sofi tidak sedap dipandang. Garda langsung melontarkan celetukkan.

“Rupanya kamu lupa caranya tersenyum?” sindir Garda ketika melirik gadis yang kini sudah resmi menjadi istrinya.

Mendapat sindiran seperti itu, Sofi menjadi kesal. Kalau tidak ingat sedang duduk di atas kursi pelaminan, ia sudah pasti membalas tiap cibiran yang dilontarkan oleh pria yang kini sudah jadi suaminya tersebut.

Cukup lama mereka berada di atas pelaminan, tamu undangan begitu banyak. Rata-rata adalah orang penting baik dari dalam maupun luar negeri, kalau bukan pengusaha pasti pejabat negara. Bukannya merasa bangga dengan kesuksesan yang di raih suaminya, Sofi justru semakin tidak suka.

Ia tahu betul gaya hidup orang kaya itu seperti apa, satu istri saja tidak cukup. Pasti akan ada istri-istri yang lainnya. Istri kedua, istri simpanan, istri bayaran atau istri rahasia. Sofi mulai berpikir yang tidak-tidak. Pernikahan paksa ini membuat otaknya tidak bisa berpikir dengan waras.

“Hoaam,” dengan sengaja Sofi menguap dengan tidak sopan.

“Tutupi mulutmu!” seru Garda yang menyaksikan hal gila dari istri barunya itu, mereka sedang jadi pusat perhatian. Garda mau, Sofi menjaga diri. Bergaya angun dan tidak sembrono.

Dalam hati Sofi merutuk sikap suaminya “Mulut-mulut gue, terserah gue. Mau apa loe?”

Keduanya pun bertatapan dengan sengit, namun bibir terus mengumbar senyum. Mereka sadar saat ini sedang menjadi pusat perhatian.

“Jaga sikapmu!” seru Garda dengan suara yang sedikit ditekan agar tidak terdengan orang lain.

“Terserah aku!" ketus Sofi galak.

“Teruslah berulah dan tanggung akibatnya nanti malam!”

DEG

Jantung Sofi mau copot.

“Ya Tuhan bagaimana ini?” gumam Sofi pelan. Ia tidak bisa membayangkan apa yang akan dilakukan suaminya nanti malam kepada dirinya. "Tuhan tolong hamba-Mu ini," doa sofi dalam hati.

Waktu terus berjalan, semua tamu sudah pulang. Yang tersisa hanya keluarga inti Garda dan keluarga inti Sofi.

“Mama sama papa pulang dulu ya?” Mama Hana memeluk tubuh putrinya.

“Garda, titip Sofi ya!” Papa memeluk Garda dan menepuk pungung anak menantu barunya itu.

Selanjutnya mama Garda yang berpamitan kepada mereka semua. Kini tinggalah Garda berdua saja dengan Sofi.

Gadis itu sudah sangat cemas, ia ingin sekali ikut pulang dengan mama dan papanya. Tapi apa boleh buat, sumpah yang diucapkan oleh suaminya, telah menjadi tali yang sempurna untuk mengikat dirinya. Sofi ingin lari, tapi percuma. Bodyguard Garda sudah standby di seluruh penjuru ruangan. Ah, gadis itu hanya bisa pasrah.

Dilihatnya Garda mengambil ponselnya yang ada dalam saku jas yang ia kenakan, harusnya Sofi bangga bisa bersanding dengan seorang Garda malam ini. Pria itu terlihat sempurna untuk dipandang. Lihat, jas yang ia kenakan terlalu membuatnya semakin tampan dan berkarisma. Sayang, Sofi tetap tidak menyukainya.

“Siapkan limousine segera!” perintah Garda pada orang yang sedang ditelponnya. Garda lantas menatap jam pada tangannya. Sejenak ia menatap istri barunya.

“Ayo, lima menit lagi kita ke hotel!”

Jleb, dag dig der...

Sofi sudah hilang kata-kata, ia sudah bergidik ngeri duluan. Apakah yang akan terjadi di sana? Kepala Sofi mulai pusing memikirkannya.

“Ya ampun, siapa saja selamatkan aku!” gumamnya dalam hati.

“Cepat sedikit, jangan lamban!” seru Garda melihat kebelakang sesaat.

Mendengar seruan Garda, Sofi yang semula ketakutan mendadak sebal. Ia geram dengan sikap pria tersebut. Jika pria itu tidak menyukainya mengapa mereka harus menikah?

"Ish, mengapa aku sedih dia bersikap dingin padaku? Ayolah dia bukan apa-apa." Sofi mencoba menenangkan hatinya sendiri.

Setelah keluar dari gedung pernikahan, mereka berdua kini disambut limousine berwarna hitam yang sudah siap di depan gedung beberapa detik lalu. Dengan gaun pengantin yang masih dipakainya, Sofi berjalan perlahan masuk ke dalam sana.

Selama sepanjang perjalanan, Garda memasang wajah datar. Tidak ada ekpresi dan tergambar pada parasnya yang nyaris sempurna. Idola kaum hawa, hidung mancung, alis tebal. Ah, dia terlalu sempurna untuk digambarkan. Namun, sayang sekali, Sofi tidak menyukainya.

“Masih lama?” Sofi memberanikan diri untuk bertanya.

Garda kembali melirik jam tangannya, "Sebentar lagi. Ada apa?” sahutnya dingin.

“Aku pingin BAK!” ujar Sofi.

“Pak, cari hotel dekat sini!” seru Garda pada seseorang yang mengendarai limousine miliknya.

Tidak menunggu perintah kedua, limousine langsung melaju kencang mencari hotel terdekat. Hanya beberapa menit, akhirnya sebuah hotel nampak di depan mata.

“Ayo keluar!” seru Garda.

“Sudah sampai?” alis Sofi menyatu seakan tidak percaya. Cepat sekali mereka sampai.

“BAK dulu, ini bukan hotel kita!”

Buset, Sofi terperajat. Hanya untuk buang air kecil mengapa harus check-in hotel segala? Sofi merutuki sikap absurd suami barunya itu.

[GILAAA!]

“Tidak, tidak usah! Aku bisa menahannya,” ucap Sofi. Ia menolak ide gila itu. Lebih baik berhenti di stasiun pengisian bahan bakar, bukannya ke hotel hanya untuk pipisss. Terlalu berlebihan.

“Jalan!” perintah Garda pada sopirnya. Enggan berdebat untuk mengawali malam pengantin mereka, Garda sedikit menahan amarahnya.

“Tunggu Sofi, aku tidak akan melepaskanmu!” ancamnya dalam hati. Setengah jam kemudian, akhirnya mereka sampai di sebuah hotel bintang lima.

Dari kaca jendela lomousine, Sofi dapat menyaksikan gedung yang menjulang tinggi tersebut.

“Turunlah!” seru Garda.

Masih dengan wajah dinginnya itu, ia mempersilahkan sang istri untuk turun dan mengikuti dirinya. Sofi seperti kucing jinak, ia mengikuti ke mana tuannya melangkah.

Saat Garda berhenti sejenak mengangkat teplon yang  masuk, gadis itu tak sengaja membentur pungunggnya.

Garda menoleh menatap sekilas, lalu kembali fokus pada panggilan telpon miliknya.

“Lakukan sesuai perintah, jangan tinggalkan jejak!” perintah Garda pada orang yang menelpon dirinya.

Meskipun penasaran, Sofi enggan bertanya. Dirinya dan Garda tidak dalam hubungan yang dekat. Mereka seperti kucing dan guk guk, selalu bersitegang dimanapun dan kapanpun.

***

Setelah naik lift, mereka berdua kini berada di dalam kamar hotel Presidential suit. Garda dengan santai melepas jas yang ia kenakan tadi, kemudian ia lempar ke sembarang arah. Hitungan detik, ia sudah berdiri tepat di depan Sofi.

Melihat Garda semakin dekat, Sofi semakin panik. Ia bergidik ngeri. Entah apa yang akan suaminya lakukan malam ini.

“Siapapun ... tolong selamatkan aku ... Juna ...!” gumam Sofi sembari menutup kedua bola matanya.

BERSAMBUNG

IG : Sept_September2020

Kita live ya besok .... xixixixi

Terpopuler

Comments

komalia komalia

komalia komalia

jadi ingat sama daniah di nikahin sama tuan saga yang aroga dan Terakhir bucin nya tingkat nauzubilah orang sampai tak ada yanh boleh melihat daniah lewat dari 3 detik

2024-02-24

0

erni hernawan

erni hernawan

guk guk.... ya ampun lucunya thoor

2023-02-05

0

Pak Yan

Pak Yan

MUDAH 2AN ADA KEAJAIBAN DR ALAM LEWAT OTHORNYA , UTK NOLONGIN SOFI........ PMS DATANGLAH...... GAGALKAN MALAM PERTAMA MEREKA.... SEHINGGA BISA MENOLONG SOFI DR BELENGGU SI GARDA DEPAN INI !!!!!!!! 🤔🤔🤔😖😖😖😣😣😣😲😲😲😲😲

2023-01-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!