Kembali Berulah

Dipaksa Menikah Bagian 14

Oleh Sept

Rate 18 +

[Astaga mengapa pria ini selalu kasar, dia pikir tanganku nggak sakit apa ya?]

Sofi mencoba menarik tangannya, tapi Garda malah memegangnya semakin erat. Membuat ia meringis menahan sakit.

"Lepasin! sakit!” ujar Sofi.

“Mau ke Mana? Aku bahkan belum selesai bicara!” ucap Garda dengan muka serius.

Sebenarnya ia menyukai istrinya, mungkin caranya yang sedikit salah. Perlakuan kerasnya pada Sofi justru membuat istrinya tersebut semakin membencinya.

“Bicara saja di sini!" ujar Sofi kesal.

Pria itu langsung menyeret tangan Sofi, lewat ekor matanya ia dapat melihat bahwa saat ini ia menjadi bahan tontonan oleh para karyawan di rumahnya.

“Sakit, jangan tarik-tarik seperti ini!” protes wanita itu sembari menghempaskan tangan suaminya.

“Apa yang kamu katakan pada Mama kemarin?” sentak Garda.

“Kemarin? Memangnya aku bilang apa?” Sofi sama sekali tidak mengerti, kenapa suaminya marah-marah.

“Siapa yang mengijinkanmu bekerja?” sorot mata Garda tajam bagai pedang yang menghunus jantung Sofi. Sekilas membuat Sofi takut.

“Memangnya kenapa kalau aku mau bekerja? Belum puas kamu sudah merampas kebebasanku dengan pernikahan ini, sekarang apa lagi?”

Sofi menatap dalam-dalam suaminya, ia menguatkan diri menatap suaminya tersebut. Meskipun sebenarnya ia takut juga. Karena sorot mata Dirga yang tajam itu.

“Aku tidak mengijinkanmu! Jangan harap kamu bisa bertindak sesukamu,” ancam Garda, ia merasa paling berkuasa atas istrinya.

“Kamu pikir kamu siapa? Jangan mentang-mentang punya segalanya kamu bisa seenaknya memperlakukanku!” teriak Sofi frustasi.

Rasanya sangat lega meluapkan semua amarahnya, kini Sofi menunggu reaksi suaminya itu. Jujur, jauh di lubuk hati. Ia sangat ketakutan, apalagi ditatapnya badan tegap Garda yang berdiri tepat di depannya.

“Aku suamimu!” ucap Garda marah.

“Kamu hanya pria pemaksa!” Sofi mendorong tubuh Garda, bukannya suaminya yang tumbang. Justru ia sendiri yang hampir jatuh, karena Garda terlalu kokoh untuk ia jatuhkan.

Tambah geram, Sofi pun berteriak histeris. “Aghhh,”

Melihat reaksi Sofi yang seperti ini, Garda hanya mengacuhkanya. Ia membiarkan tangan Sofi terus memukuli dadaanya yang bidang.

Sofi kemudian memandang Garda dengan geram, ”Pria jahat!” rutuk Sofi dalam hati.

Ini semua gara-gara papanya, Sofi kembali menyalahkan sang papa. Kalau bukan papanya yang menyetujui pernikahan ini, pasti ia sudah bebas bagai burung di luar sana. Terbang tanpa beban, tapi kini? Ia sekarang bagaikan burung dalam sangkar emas. Sofi merasa terjebak dalam pernikahan dengan pria arogan yang sangat dibencinya.

Beberapa saat kemudian, Sofi sudah sedikit tenang. Tidak ingin bersitegang lama-lama, keduanya pun masuk ke rumah dan duduk di meja makan. Mama sudah menunggu mereka berdua sejak lama. Mama menatap tajam pada putra dan menantunya, sebenarnya dari mana saja mereka berdua. Membuat waktu sarapan tertunda saja, bukan karena mama merasa lapar, toh yang dia makan hanya daun-daun hijau saja. Yang membuatnya tidak suka adalah, kata terlambat. Mama ini orangnya suka on time.

Mereka bertiga pun sarapan pagi ditemani dengan keheningan dan kebisuan. Suara kunyahan dari mama pun sampai tak terdengar di telinga Sofi.

"Keluarga macam apa ini?” gerutu Sofi dalam hati. Diliriknya Garda.

Pemandangan yang sama, cara makan Garda pun juga sama dengan mamanya. Hampir tidak terdengar suaranya.

“Apa mereka langsung menelannya tanpa mengunyah?” gumam Sofi pelan.

“Ehem,” Mama berdehem karena Sofi sedari tadi hanya memperhatikan mereka makan tanpa menyentuh makanannya. Mendegar deheman dari ama, Sofi lantas menoleh ke sumber suara. Mereka pun malah bertemu pandang. Merasa malu, ia lantas menurunkan wajahnya.

“Mengapa dalam semalam ia berubah jadi nenek sihir?” gumamnya lirih, saat melihat sorot mata mertuanya untuk sekilas.

Akhirnya acara makan pun selesai juga. Makan bersama yang penuh ketegangan. Semuanya terlihat kaku.

***

“Mama berangkat dulu, ada pertemuan pagi ini!” belum sempat Sofi menjawab atau bertanya, mama berlalu begitu saja meninggalkan rumah, menuju mobil yang sudah siap dengan sopir yang selalu stand by.

“Mama keluar, kamu keluar, aku boleh kan?” tanya Sofi. Wajahnya penuh harap, semoga suaminya mengijinkan dia keluar. Tidak seperti kemarin, ia dikurung dalam rumah seharian. Mau kabur para bodyguard sudah siap siaga di seluruh penjuru rumah.

“Mau kemana? Biar nanti diantar sama sopir dan asisten,” ucapnya seraya menyeruput kopi terakhirnya.

“Asisten? Yang benar saja, aku gak mau ya kemana-mana ada yang ngintilin. Oke supir aku bisa paham, tapi asisten? No way!” seru Sofi dengan berapi-api. Namun, ketika ia melihat sorot mata Garda yang lebih menyala, apinya pun segera padam.

“Ish!” Sofi hanya bisa menghela napas dalam-dalam.

Beberapa saat kemudian, datanglah seorang pria. Namun, gemulai sekali.

“Ngak salah ini?” pikir Sofi di dalam hati.

“Astaga!” Kembali Sofi mengerutu, ia tidak habis pikir dengan isi kepala suaminya tersebut.

“Hallo Nona Sofi!” sapa pria itu dengan kemayu. Membuat Sofi langsung menatap aneh, ia geli gimana gitu. Melihat pria tegap itu tapi gayanya melambai-lambai.

“Hallo,” sapanya balik.

“Mulai sekarang kamu akan menemani kemanapun Sofi pergi!” titah Garda pada asisten sang istri.

“Baik, Tuan!”

Tidak bisa menolak, Sofi pun menerima keputusan dari suaminya itu. Yang penting ia bisa bebas ke sana kemari.

“Pastikan ponselmu selalu menyala!” perintah Garda sembari meninggalkan Sofi yang terdiam terpaku di samping asisten barunya.

Setelah bayangan Garda menghilang dari pandangannya, Sofi langsung bergegas ke kamar. Dari belakang sang asisten terus mengekori dirinya, hingga Sofi sempat sebal dibuatnya.

“Tunggu di luar! Ngapain kamu ikut ke dalam? Kamu itu cowok!!!”

Sofi yang kesal pada suaminya, malah melampiaskan amarahnya pada pria gemulai yang tak tahu apa-apa itu. Karena hampir saja pria itu kebablasan ikut ke dalam.

Ini semua karena titah Garda, saat perjanjian kerja dan sudah distempel merah. Asisten itu harus berada di radius yang bisa melihat Sofi dengan jelas. Ia sampai lupa bahwa saat ini nonanya tengah di dalam kamar pribadinya.

Lama sekali sang asisten menunggu Sofi yang tak kunjung keluar, ia juga sudah mengetuk pintu berkali-kali. Namun, tidak ada sahutan dari dalam. Karena merasa curiga, ia menyuruh penjaga lain untuk membuka kunci kamar dengan paksa.

Begitu pintu terbuka, wajah sang asisten langsung pucat pasi.

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

putia salim

putia salim

bikin ulang apalagi itu si Sofi

2022-09-16

0

Sunarty Narty

Sunarty Narty

nah kabur kh

2022-07-18

0

Sri Handayani

Sri Handayani

mama ini ulat atau ap ya kok makanx daun-daunan🤔🤔🤔🤔

2022-06-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!