Dipaksa Menikah Bagian 15
Oleh Sept
Rate 18 +
Sepertinya, rumah itu tidak akan pernah tenang. Semenjak kemarin, ada-ada saja yang terjadi.
Sekarang, asisten baru Garda yang ditugaskan menjaga Sofi, nampak panik bukan main. Ketika ia meminta penjaga membuka paksa pintu kamar Sofi, ia langsung lemas.
"Gawat!" gumamnya, belum apa-apa ia sudah tidak becus menjaga istri sang atasan.
"Bagaimana ini?" ia mondar-mandir. Bila tidak segera ditemukan, maka tuan Garda akan mencabik-cabik jantungnya. Tidak ingin memikirkan hal buruk terlalu dalam, pria itu langsung memanggil para bodyguard yang ada.
Ia yang sudah merasa panik bukan main langsung meminta para bodyguard itu menyebar, memerintahkan pada semua untuk mencari nyonya muda mereka. Bila tidak, maka siap-siap hukuman yang berat dari tuan Garda yang terkenal sadis tersebut.
Semua pun berpencar mengelilingi penjuru ruangan. Rumah itu terlalu luas, nyonya muda mereka pasti masih ada di sekitar sana. Benar apa yang mereka pikir, karena saat ini Sofi masih ada di dalam rumah itu. Wanita tersebut ternyata masih sembunyi, bila sudah aman barulah ia akan keluar dan kabur.
Ketika semua sedang fokus dalam pencarian, Sofi mulai mengendap-ngendap. Terus bersikap siaga, agar jangan sampai ketahuan. Dengan langkah berjinjit ia keluar dari tempat persembunyian.
"Akhirnya!" ucap Sofi ketika berhasil melewati beberapa bodyguard.
Sayang seribu sayang, rupanya dewi fortuna belum berpihak pada Sofi. Karena baru akan keluar lewat pagar samping rumah, terdengar suara binatang menyalak keras padanya.
"GUK ... GUK ... GUK ...!"
"Astaga!" hampir saja ia jatuh karena kaget.
Takut? Pasti. Terlebih lagi ia kaget bukan main, sejak kapan binatang guk guk itu ada di sana? Namun, Sofi masih bisa bernapas lega, lantaran hewan masih dirantai.
Ia pun kembali mengendap-ngendap, berjalan pelan agar tidak tertangkap.
"Ya ampun, bukan pemilik rumahnya saja yang galak, tapi penjaganya juga sama!" rutuk Sofi sembari tetap berjalan miring merapat ke tembok pagar. Matanya melirik guk guk yang sudah agak jauh darinya.
"Huufffh!"
Sofi merasa sangat lega ketika berhasil keluar dari pagar rumah yang megah itu. Baru juga tersenyum sumringah karena berhasil keluar dari rumah yang bagai penjara, akan tetapi begitu menatap sebuah mobil terparkir tidak jauh darinya. kaki Sofi langsung lemas.
"Ya Tuhan."
Sofi beringsut, ia berjalan mundur ketika melihat sang suami berjalan ke arahnya.
Bukannya suaminya tadi keluar rumah, lalu mengapa masih ada di depan pintu? Tidak ingin suaminya marah-marah, Sofi berlagak pusing dan pura-pura pingsan seketika itu juga.
"Ya Tuhan, demi apa coba? Aku sampai harus pura-pura pingsan?" rutuk Sofi ketika bayangan-bayang Garda semakin dekat.
Pria kharismatik dengan setelah jas yang pas di tubuhnya, sedikit mempercepat langkahnya. Ia tahu, benar-benar tahu akal bulus dari istrinya.
Garda dapat melihat jelas akting pura-pura dari Sofi. Baginya akting sang istri sangatlah buruk. Bila ikut audisi seni peran, jelas istrinya itu yang akan tersingkir untuk yang pertama.
"Cih!" Garda mencebik, ia mencoba mengatur napas.
"Kamu mau main-main rupanya?" ucap Garda dengan sangat lirih, hingga hanya telinganya saja yang mampu mendengar suara yang meluncur dari bibirnya.
Tidak ingin main drama panjang, pria itu langsung membopong tubuh istrinya masuk lagi ke dalam istananya. Sebuah hunian penuh dengan penjaga di mana-mana. Mungkin bagi Garda itu adalah istananya, tapi tidak bagi Sofia Kelana Ayunda. Rumah megah yang ia tinggali saat ini sudah sangat mirip dengan penjara Alcatraz.
Mengikat kebebasannya, untuk melangkah, semua ruang menjadi sangat terbatas. Batasan itulah yang semakin memupuk rasa benci Sofi pada sang suami.
Tap tap tap
Garda berjalan sambil membopong tubuh istrinya.
"Buka matamu!" titah Garda sambil terus melangkah ke kamar.
Ingin tetap mempertahankan kepura-puraannya. Wanita pemilik hati Garda itu bersikukuh tetap menutup mata. Biar aktingnya bakal ketahuan, pokoknya ia akan tetap menutup mata.
BRUKKK
Pria itu malah melempar tubuh Sofi yang munggil itu tepat di tengah ranjang. Tentunya dengan lemparan halus, pelan-pelan dengan penuh perasaan. Meskipun terlihat keras dan dingin, hati seorang Garda itu lembut.
"Sampai kapan terus pura-pura?" sindir Garda sembari melongarkan dasi yang melingkar di lehernya.
Sofi yang sempat melirik lewat ekor matanya langsung tegang.
"Apa yang akan dilakukan pria gila ini?" Sofi terus merutuk dalam hati, takut bila Garda berbuat yang tidak-tidak lagi pada dirinya.
SREEKKK
Garda menutup korden kamar yang semula terbuka lebar.
"Ngapain dia menutup itu?" batin Sofi mulai galau, panik dan gelisah.
"Tidak ada orang di sekitar sini, sudah ku suruh penjaga di depan kamar untuk pergi. Buka matamu segera, atau aku akan...!" Garda menghentikan kata-kata yang bernada ancaman itu, saat manatap dua bola mata Sofi perlahan mulai membuka.
Jelas Sofi membuka matanya, ancaman sang suami sangat mengusik.
Sementara itu, melihat Sofi membuka mata, Garda menatap remeh. Sebegitukah Sofi tidak mau bersamanya? Hingga berusaha kabur dari rumah ini.
"Kau mau kabur lagi?" tanya Garda dingin.
"Ingat, Sof! Kemanapun kamu pergi. Aku akan selalu bisa menangkapmu!"
Garda memegang dagu Sofi kasar, kemudian mendekatkan wajahnya. Dan Sofi yang benci moment seperti ini hanya bisa mengepalkan kedua tangan.
"Siapa yang kabur, aku hanya ingin mencari udara segar!" dengan mengumpulkan banyak kekuatan. Sofi menantang suaminya yang masih memegang dagunya itu.
Garda pun mendengus kesal, masih juga berbohong. Jelas-jelas tadi ia memergoki Sofi keluar mengendap-ngendap di pintu pagar samping rumah.
Belum lagi, rekaman CCTV rumah yang selalu tersambung di ke ponselnya. Setiap gerakan kecil Sofi, Garda selalu mengawasinya.
Suasana hening sesaat, kemudian Garda kembali berucap.
"Rupanya kamu sudah bosan di rumah? Ganti pakaianmu, ikut denganku!" perintah Garda sembari melepas tangannya dari dagu lancip istrinya tersebut.
Garda keluar dari kamar, ia lantas menemui beberapa penjaga. Dari jauh ia menatap tajam pada asisten barunya, lewat sorot mata, jelas sekali ia akan menerkam asisten baru itu secara hidup-hidup.
Dengan dingin Dirga berjalan menghampiri sang asisten.
Derap langkah Garda, terdengar lebih seram dari pada backsound film horor di layar kaca. Belum apa-apa sang asisten baru sudah dibuat bergidik ngeri, merinding tak terkira. Gara-gara aksi kabur Sofi, mungkin ia akan mendapat hukuman di hari pertama bekerja.
“Ingat! Saya tidak suka ada hal semacam ini lagi!” ujar Garda galak.
“Baik, Tuan. Saya akan lebih waspada.”
Bila selama ini ia sedikit gemulai, sekarang saat bicara dengan Garda terdengar tegas. Suaranya juga ngebass. Pokoknya laki banget. Dan tidak seperti dugaan sang asisten, Garda terus berjalan meninggalkan dirinya yang diam terpaku karena takut.
Kini, ia pun bisa merasa lega, berbanding terbalik dengan sang nona saat ini. Wanita itu masih ketar-ketir lantaran aksinya yang kabur untuk kedua kali telah mengalami kegagalan. Ia cemas, hukuman apalagi yang akan diberikan pada dirinya. Sembari menganti pakaian, ia terus saja merutuki sang suami.
Sambil melepas baju, ia komat-kamit mengomel suaminya. Hanya itu yang ia bisa saat ini, mengumpat di belakang orangnya. Bila secara terang-terangan, jujur ia masih belum berani melakukannya. Nanti, suatu saat bila keadaan berbalik. Sofi berjanji akan membalas semua pada suaminya itu.
Drett drett ...
Sofi menatap ponselnya yang tergeletak di atas ranjang. Ponselnya sempat terlempar karena ulah garang suaminya yang melempar tubuhnya di atas ranjang barusan. Diliriknya siapa yang menghubungi saat genting seperti ini.
Matanya membulat sempurna tak kala membaca nama pemilik nomor tersebut, di atas layarnya tertulis sebuah nama. Nama yang selalu ada di hati Sofi. Tanpa ragu-ragu Sofi langsung menekan tombol hijau lalu mengesernya.
BERSAMBUNG
Jangan lupa, mampir ke novel perterongan.
"DINIKAHI MILYADER"
Hehehhe
Ig : Sept_September2020
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Ney Maniez
geregetn ma c sofi
2022-12-09
0
Nita Wati
sudah baca thor yg perterongan,bagus ceritanya
2022-11-15
0
putia salim
juna kah yg telepon
2022-09-16
0