Waktu demi waktu kondisi Nilam mulai menurun. Dokter menyarankan dirinya untuk kemoterapi. Nilam memutuskan untuk berbohong kepada Azhar, dia meminta izin untuk pergi keluar karena urusan pekerjaan.
“Azhar besok aku mau pergi ke luar kota selama dua minggu. Ada pekerjaan yang harus aku selesaikan,“ ucap Nilam.
“Kalau kamu mau pergi silahkan pergi! tidak perlu pamit,“ jawab Azhar.
“Tapi aku istri kamu dan sudah kewajiban aku untuk izin sama kamu,“ ucap Nilam.
“Istri kamu bilang? maksud kamu istri diatas kertas?“ jawab Azhar lalu pergi.
Sedih rasanya melihat suami yang sangat dicintai harus bersikap dingin dan acuh dengannya.
“Sekeras itukah hati kamu Azhar? sampai kamu membenci pernikahan kita?“ ucap Nilam didalam hatinya lalu meneteskan air mata.
Saat di rumah sakit Nilam merasa sangat hancur. Disaat dirinya sakit tidak ada satupun orang yang memperhatikannya. Sebagai suami Azhar sama sekali tidak peduli dengan dirinya.
“Azhar seandainya kamu tahu begitu besar cinta aku untuk kamu, tapi kenapa kamu harus mencintai Shinta. Kenapa bukan aku? sebagai istri aku hanya ingin dihargai dan dicintai,“ ucap Nilam lalu menangis.
“Disaat aku terbaring lemah di rumah sakit tidak satupun orang yang ada disampingku. Suamiku sama sekali tidak mau memperhatikanku,“ ucap Nilam dengan menahan rasa sakit.
Kemoterapi yang begitu menyakitkan membuatnya menangis menahan rasa sakit, Nilam harus berjuang sendiri tanpa suami disampingnya. Cinta yang indah selalu menyiksa dirinya, Nilam sadar bahwa cinta Azhar begitu besar untuk Shinta.
“Meski kamu suamiku tapi hatimu bukan untukku. Aku hanyalah rembulan yang menangis karena cinta. Sinarnya redup karena sebuah rasa yang begitu menyiksa,“ ucap Nilam didalam hatinya lalu menangis.
Selama dirumah sakit hati Nilam sangat hancur melihat pasien yang didampingi oleh suaminya saat kemoterapi.
“Seandainya Azhar mau mencintai aku dengan tulus, aku pasti akan jujur kalau aku sakit,“ ucap Nilam dalam hati lalu meneteskan air mata.
Seorang suster menghampiri dirinya
“ Selamat siang Ibu sudah waktu nya makan siang,” Sapa suster tersebut dengan ramah. Suster tersebut melihat Nilam yang menangis
“Ibu kenapa menangis? apa ada yang sakit?” tanya suster dengan panik.
“Tidak suster hati saya yang sakit, di saat saya sakit suami saya tidak ada disamping saya,“ ucap Nilam lalu meneteskan air mata.
“Ibu yang sabar ya? saya yakin suatu saat nanti suami Ibu akan menyadari semuanya, bahwa dirinya sangat beruntung memiliki istri seperti Ibu yang ikhlas dan tulus mencintai dirinya,“ jawab suster tersebut lalu tersenyum.
Nilam merasa termotivasi oleh suster tersebut, setiap hari suster itu selalu menemani dirinya.
“Suster jika saya pergi nanti apa boleh saya meminta satu hal kepada suster?” tanya Nilam.
“Jika saya bisa membantu pasti saya akan membantu,“ jawab suster tersebut lalu tersenyum.
Dua minggu sudah Nilam menjalani kemo, Sebelum kemo Nilam membeli sebuah bahan untuk membuat baju kebaya.
Untuk apa Nilam membeli bahan baju kebaya?
“Aku akan menjahit baju kebaya yang paling indah untuknya, sebagai rasa cinta aku ingin dia bahagia, ”
Setelah itu Nilam dengan wajah yang begitu cantik karena make up. Nilam melihat Azhar yang duduk seorang diri tanpa menyambut dirinya.
“Disaat aku pulang ke rumah suamiku sama sekali tidak peduli denganku,” ucap Nilam dalam hatinya lalu pergi ke kamarnya.
“Sampai kapan aku seperti ini? menahan rasa sakit karena mencintai tanpa dicintai," ucap Nilam dalam hatinya.
Bersambung. . .
Baca juga ya readers ceritanya ku yang lain, salah satunya "Penantian cinta di kota Bahari" yang menceritakan tentang seorang wanita yang menemukan jodohnya melalui sebuah amanah cinta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Megi
laki"bodoh
2020-11-26
1
Anis
ini knp dr awal cerita nya sedih doang g ad bahagia nya sm skali... ntar smpek tmat jg sad ending ya thor
2020-10-28
1
Sinta Uma Al Haris
suka sama judulnya
2020-05-21
1