18

Tak seharusnya Ruksa membiarkan gadis itu untuk menghadiri pesta tersebut. Alhasil ia tak bisa tidur semalaman karena memikirkan nasib dari gadis itu, meski dirinya sudah meminta bantuan Ismail, namun ia tak bisa tenang sebelum memastikan dengan kedua matanya sendiri.

Apalagi gadis itu begitu sulit untuk di hubungi. Dia tidak mungkin mati 'kan? pikirnya.

Kepalanya pun langsung menggeleng dan menepis pemikiran tersebut, sebab ia yakin bahwa si malaikat maut tak akan membiarkan salah satu dari mereka mati sebelum waktunya.

Pagi menjelang. Lingkaran hitam pun menghiasi kelopak bawah matanya, wajahnya terlihat sangat kusut untuk di lihat di pagi hari. Bahkan Ruslan, Ayah Dania terkejut melihat penampakan putrinya yang sudah menyerupai hantu.

Pria itu pun seketika menjadi panik.

" Aku baik-baik saja, mungkin karena aku terlalu semangat belajar hingga lupa waktu. " ucapnya bohong.

" Kamu ini, jangan terlalu serius belajar, perhatikan juga kesehatan, jangan sampai hal itu membuat mu tumbang. Ayah tak mau kehilangan mu " ujar Ruslan.

Seketika Ruksa pun semakin bersalah, mengingat kejadian yang menimpa putri dari cinta pertamanya itu, ia pun hanya terdiam seraya berusaha sebisa mungkin untuk menghabiskan sarapan paginya. Padahal biasanya dirinya yang dulu selalu melewatkan sarapan pagi karena malas.

Ruslan pun tersenyum melihat putrinya dengan lahap memakan sarapannya. " Untuk hari ini ayah akan mengantarkan mu ke sekolah. "

Pergerakkan tangan Ruksa pun seketika terhenti, ia menatap wajah ayah Dania, di detik berikutnya ia menggelengkan kepalanya seraya mengatakan bahwa dirinya akan di jemput oleh seorang teman.

" Benarkah? Kalau begitu berhati-hatilah. Jangan ngebut, perhatikan rambu-rambu lalu lintas." Terangnya panjang lebar seraya menanyakan apakah temannya itu laki-laki atau perempuan.

Ruksa yang merasa kepalanya akan pecah kapan saja, langsung beranjak dari tempat duduk nya, dan tergesa-gesa keluar dari rumah dengan alasan bahwa temannya itu sudah menunggu sejak tadi.

Padahal yang sebenarnya, tak ada siapapun yang menunggunya atau pun menjemputnya.

Namun tanpa di ketahui oleh Ruksa, setelah keberangkatannya, EL pun tiba dengan mengendarai sepeda sport miliknya yang berniat mengajaknya untuk berangkat sekolah bersama.

Setibanya di sekolah, Ruksa tak berhenti memikirkan kondisi Dania, ia bahkan mengabaikan ponselnya yang terus berdering sejak tadi.

" Apa dia baik-baik saja? " pikirnya seraya berjalan menuju kelasnya yang masih sangat sepi, karena dia sengaja agar dirinya bisa menjernihkan otaknya yang sedang runyam.

Tanpa di sadari ada empat orang gadis yang sejak tadi mengikutinya dari belakang yang kemudian membekap mulutnya lalu menyeretnya ke atap sekolah.

Setibanya di sana, tubuh Ruksa di lempar begitu saja layaknya membuang seonggok sampah.

Ia pun meniup kasar rambut poninya. Merasa jengah karena sudah ketiga kalinya ia di perlakukan kasar setelah dirinya berada di dalam tubuh gadis itu.

Ruksa tak mengerti kenapa kehidupan gadis ini sungguh menyedihkan? Apa dia tak bosan hidup seperti ini terus menerus? ia pun perlahan bangkit dan menatap telapak tangannya yang terdapat beberapa luka lecet.

" Bisakah kalian bersikap lembut sedikit? " Pinta Ruksa kepada ke empat gadis yang merupakan pelaku yang membuat tangannya mendapatkan luka.

Salah satu gadis dengan rambut sebahu itu mendengus, dia berjalan lalu langsung menarik rambut Ruksa hingga kepalanya mendongkak ke atas.

" Hei denger yah Gomi! bukan berarti kedekatan lo dengan Mikael kita bisa membuat lo lupa diri, " ujarnya seraya menoyor kepala Ruksa. " Inget julukan lo di sini itu Gomi alias sampah. Dan nggak ada sampah di dunia ini yang berhak bersanding dengan seorang pangeran kayak Mikael. "

Ruksa terkekeh geli, ia pun langsung membalas menjambak rambut gadis itu, ketiga gadis itu pun langsung membantu temannya dengan ikut memukuli dirinya.

Namun sepertinya mereka salah mengambil dirinya sebagai bahan cemoohan mereka, sebab yang di dalam tubuh itu bukanlah Dania yang penakut melainkan seorang mafia. Ia pun membabi buta menyerang keempat gadis itu.

Bahkan tak perlu waktu lama untuk dirinya membereskan ke empat gadis itu.

" Kalau kalian lapor hal ini ke kepala sekolah, maka jangan salahkan aku jika dunia tahu siapa kalian. " Ucapnya seraya menyunggingkan senyumnya, lalu meninggalkan ke empat gadis itu yang sudah terkapar.

Tring! Sebuah pemberitahuan pun muncul dari ponsel usang miliknya. Ia pun menghentikan langkahnya menuruni tangga.

Dahi Ruksa pun mengernyit heran, tat kala melihat pesan dari Ismail yang mengajaknya untuk bertemu.

Pas sekali, dirinya yang tengah khawatir dengan Dania langsung menerima ajakan pria itu, ia juga mengirimkan sebuah alamat kafe. Untuk hari ini dirinya akan membolos sekolah.

Di sebuah kafe yang terletak di pinggir jalan. Ruksa dengan seragam abu-abunya tengah memakan eskrim Vanila dengan taburan bubuk coklat di atasnya seraya menatap kendaraan yang berlalu lalang yang terlihat dari balik jendela kafe.

Tanpa menunggu lama, Ismail pun datang tentunya dengan pakaian formalnya. Ruksa pun jadi berpikir, apakah pria itu tak memiliki pakaian lain selain blazer dan kemeja putih?

" Maaf membuat anda menunggu, tadi saya terjebak macet. " Ungkapnya yang sebenarnya Ruksa tak terlalu peduli. Lagi pula dirinya juga baru saja sampai.

" Tidak apa-apa. "

Pria dengan wajah datar itu pun menarik kursinya lalu memesan secangkir kopi hitam panas.

Tanpa membuang waktu percuma, Ismail pun langsung pada tujuan utama dirinya mengundang gadis itu.

pria itu pun bertanya tentang hubungan antara dirinya dengan bosnya, dan sejak kapan?

Saat hendak membuka mulutnya, tiba-tiba sang malaikat muncul entah dari mana dan langsung melemparkan tatapan tajam ke arahnya. Seakan-akan ingin melahapnya saat itu juga.

Tak ingin kalah, Ruksa pun membalas menatap tajam makhluk itu. Di saat di butuhkan makhluk itu tak pernah muncul, tapi di saat tidak di butuhkan saat ini dia selalu datang tanpa di undang.

Melihat sikap aneh dari gadis di depannya, ia pun mengikuti arah pandang gadis itu, namun tak ada siapa pun di sana.

" Apa ada sesuatu? " tanya Ismail penasaran.

Tubuh Ruksa pun tersentak ia pun menjadi gelagapan, dan pada akhirnya ia menjelaskan hubungan awal mereka yang terjalin akibat kecelakaan tunggal yang menimpanya.

" Apa bos mu itu baik-baik saja? "

Tanpa menaruh rasa curiga, Ismail pun menganggukkan kepalanya seraya menjelaskan tentang kondisi bosnya yang saat ini tengah terbaring di atas ranjang karena demam tinggi yang di alaminya.

Hatinya langsung berdenyut nyeri. Kasihan, dia pasti sangat syok mendapat perlakuan bar bar dari mantan kekasih nya itu.

" Lalu di mana pesanan ku? " tanya Ruksa.

Pria itu pun langsung mengeluarkan sebuah paving bag berukuran besar yang berisikan beberapa produk skincare serta ponsel baru yang ia minta sebelum mereka bertemu.

Terpopuler

Comments

Siska Feranika

Siska Feranika

Semangat 💪💪💪

2022-04-06

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!