11

" Ya ampun kok aku bisa lupa sih. " Dania mendecakkan lidahnya. " Tadinya aku mau nanyain kabar ayah, ya sudah besok saja. " putusnya dengan perasaan kecewa. Padahal dirinya sudah sangat merindukan sosok ayahnya. Tapi karena rasa takutnya terhadap Ruksa membuatnya enggan untuk memanggil kembali.

Dengan perasaan dongkol, ia pun beranjak dari atas ranjang, jari tangannya menekan tombol on pada sebuah remote televisi.

Televisi berukuran raksasa itu pun menyala dan menampilkan sebuah cuplikan di mana cuplikan itu memperlihatkan sebuah teknik dasar bela diri.

Karena ia menyadari bahwa nyawanya tak selalu berada di posisi aman, maka dari itu ia berinisiatif untuk melatih kemampuan bela dirinya sendiri.

Agar tak di curigai, ia pun diam-diam membeli beberapa kaset tentang teknik dasar bela diri, sebab dari penuturan Ruksa, bahwa nyawanya selalu ada yang mengincar maka dari itu wanita itu menyuruhnya untuk berwaspada, bahkan untuk di dalam rumah sekalipun jangan pernah menurunkan kewaspadaannya sedikit pun.

Setelah memutuskan membolos untuk pertama kalinya, Dania pun kehilangan arah, tak tahu harus kemana. Apalagi saat itu hujan turun secara tiba-tiba, membuatnya menjadi panik.

Saat akan mencari tempat untuk berteduh, ia tak menyadari bahwa ada sebuah kendaraan yang melaju kencang ke arahnya, kedua kakinya terasa mati rasa. Dan kecelakaan pun menjadi tak terelakkan.

Suara kicauan burung, membangunkannya dari tidur panjangnya, ia pun mengerjapkan matanya beberapa kali. Seraya menyusuri setiap sudut ruangan itu yang terlihat sangat luas dan juga besar.

Ia pun perlahan bangkit dari posisi tidurnya seraya melepaskan selang-selang yang menempel di seluruh tubuhnya.

Tubuhnya termenung sejenak sembari memandangi telapak tangannya yang terasa berbeda dari sebelumnya. Di lihatnya sebuah cermin yang tersimpan di atas meja, salah tangannya pun meraih benda tersebut.

Di detik berikutnya kedua bola matanya terbeliak, ketika melihat bayangan di dalam cermin itu bukanlah wajah dirinya melainkan seorang wanita cantik nan asing.

" Apa ini aku? Kenapa wajah ku tiba-tiba berubah? Apa aku sudah mati? " racaunya tidak jelas.

" Yu belum mati, Ini semua salah ay, seharusnya ay nyabut nyawa kucing di dekat yu, ekh nggak tahunya yu malah ngikut. Pas mau ay balikin eh malah salah badan. "

" Kamu siapa? " tanyanya sedikit takut, terutama kemunculannya yang tiba-tiba membuatnya ketakutan setengah mati.

" Ay malaikat maut. "

" Jadi aku sudah mati! " Paniknya. " Kalau aku mati, ayah aku gimana? Dia pasti sedih. Mana aku ada ulangan lagi. "

Sang malaikat maut hanya memutar bola matanya malas, padahal sebelumnya ia sudah menjelaskan bahwa dirinya salah memasukkan jiwanya ke tubuh orang lain.

" Ayah~ maafin Dania yang belum bahagiain ayah huhuhuhu. Jika tahu seperti ini harusnya Dania nggak bolos sekolah, padahal sebelumnya aku nggak pernah bolos, sekalinya bolos malah pergi ke akhirat huaaaa. " Tangisnya seketika pecah.

" Stop! "

Dalam hitungan detik, Dania pun berhenti menangis, kedua kelopak matanya kembali mengerjap, dengan ingus yang keluar dari kedua lubang hidungnya, menatap sosok yang mengaku sebagai malaikat maut.

" Please jangan nangis lagi, suara yu bikin kepala ay sakit kepala! " ujarnya dengan nada tinggi, tangan kirinyan memijat pelipisnya yang sakit.

Andai saja dia tahu bahwa ternyata mencabut nyawa itu tak semudah yang terlihat, dirinya pasti tak akan memilih departemen bagian pencabutan nyawa.

" Kok ay bodoh banget sih, coba aja kalau ay daftarnya di bagian tukang catet dosa, pasti ay nggak berakhir kayak gini. " Gumamnya yang menyesali keputusannya yang sudah menjadi bubur itu.

" Kalau aku nggak mati, trus aku berada di mana? " Tanya Dania.

Sang malaikat maut pun mendesah, kemudian menjelaskan kembali serangkaian kejadian yang menimpa gadis itu dari awal hingga akhir. Ia juga menambahkan bahwa dirinya akan mencari solusinya, dan memintanya untuk bersabar selama 30 hari.

" Lalu bagaimana dengan tubuh asliku? " tanyanya kembali.

Tanpa menjawab pertanyaan Dania, malaikat maut itu pun menjentikkan tangannya dan membawanya ke atap rumah sakit di mana tak ada siapapun di sana kecuali dirinya.

" Yu tunggu dulu di sini, ay mau jemput tubuh yu dulu. " ujarnya. " Tapi inget, jangan pergi sampai ay kembali, mengerti? "

Dania pun langsung menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Setelah kepergian sang malaikat maut, Dania pun kembali menyentuh wajah itu lagi, rasanya seperti bohongan.

Dirinya tak pernah menyangka bahwa ia akan terjebak di tubuh seorang wanita cantik dengan bentuk tubuh yang sempurna. Sesuatu yang paling diidamkannya.

Wajahnya yang halus seperti pantat bayi, membuat Dania merasa iri pada wanita itu.

Sejak dulu, para tetangga selalu mengira bahwa Dania bukanlah anak kandung ayahnya, hanya karena ayahnya memiliki wajah yang tampan sedangkan wajahnya begitu jelek dengan wajah yang di tutupi oleh jerawat.

Terkadang ia juga merasa bahwa omongan tetangga itu ada benarnya, sebab. Mana mungkin ayahnya yang tampan memiliki gadis jelek seperti dirinya.

Tak perlu lama untuk menunggu, sang malaikat maut pun kembali dengan membawa tubuhnya.

Sebelum meninggalkan keduanya, Sang malaikat maut kembali menjelaskan kesalahan yang telah diperbuatnya. Dia juga mengingatkan pada keduanya untuk tidak memberitahukan kejadian ini pada siapa pun, karena jika tidak, Dia tak akan segan-segan mencabut nyawa keduanya.

Mendengar ancaman tersebut, bulu kuduknya seketika meremang. Ia tak ingin mati muda sebelum dirinya bisa membahagiakan ayahnya.

Setelah memberi peringatan pada keduanya, Sang malaikat maut pun pergi meninggalkan keduanya.

Tanpa memberi Dania budi sedikit pun, Ruksa pun langsung berbicara pada intinya, dan mengatakan bahwa dirinya bukanlah orang biasa seperti umumnya, sebab dia merupakan putri dari seorang kepala mafia terkuat nomor tiga di dunia.

Seketika pundak Dania terasa amat berat, dirinya tak pernah menyangka akan mendapat beban yang beratnya melebihi sebuah ujian dadakan.

Bulu kuduknya kembali meremang, ia terlalu takut. Menghadapi Queensha saja dia tak berani apalagi jika nanti dirinya bertemu dengan gangster beneran.

Di dalam hati, Dania ingin menjerit menangis, kenapa nasib baik tak selalu berpihak padanya?

Esok harinya, setelah di nyatakan sehat oleh dokter dan sudah di perbolehkan pulang. Sebisa mungkin ia harus membuat wajahnya tetap netral dan dingin.

Namun ternyata menjaga wajahnya tetap netral, merupakan sesuatu yang sangat sulit dilakukan. Apa lagi ia tak bisa berhenti berdecak kagum menatap kekayaan yang di miliki oleh Ruksa yang bahkan belum tentu ia dapat meskipun ia berkerja bagaikan kuda.

Rumah itu terlihat sangat megah dengan halaman yang begitu luas. Bahkan kamar miliknya sendiri memiliki luas yang setara dengan ruang tamu di rumahnya.

Terlepas dari kemewahan yang di miliki rumah itu, Dania kembali teringat akan peringatan Ruksa yang menyuruhnya untuk tidak menurunkan kewaspadaannya, apalagi saat berada di dalam rumah.

Mengingat hal tersebut akhirnya membuat Dania tak bisa tidur sama sekali hingga menjelang pagi.

Clik! Tiba-tiba sebuah notifikasi masuk kedalam ponselnya. Kedua alisnya tak bisa berhenti mengernyit ketika Ruksa mengatakan bahwa dia akan membuat Queensha mendapat pelajaran.

Terpopuler

Comments

Siska Feranika

Siska Feranika

Thor saran aja sebaiknya diberi tanda POV jika memang ada,biar readers tau sisi dari masing-masing pemerannya...agar nggak bingung bacanya...

2022-04-06

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!