Bertukar Jiwa
Di malam yang dingin nan sunyi, kala itu hujan deras mengguyur kota A. Karena derasnya hujan yang disertai angin ribut, banyak dari pengendara roda dua mau pun roda empat memilih untuk berteduh sejenak untuk menghangatkan tubuh, dengan menikmati semangkuk mie instan dengan segelas teh manis di sebuah warung sederhana di pinggir jalan.
Namun, disaat orang lain tengah sibuk untuk menghangatkan tubuh mereka seraya menunggu redanya hujan. Berbanding balik dengan Ruksa yang mengabaikan cuaca buruk itu, ia dengan kendaraan mobil mewahnya melaju dengan kecepatan sangat tinggi.
Meski hujan deras yang disertai angin ribut turun menerjang laju kendaraanya. Namun wanita dengan paras cantik, dengan kedua mata sipit bundar, hidung mancung serta bibir ranumnya yang tipis, terus membawanya kendaraan mobilnya tanpa berhenti sejenak pun, ia bahkan menerobos lampu merah yang tengah berlangsung.
Akibat kelalaian yang dilakukannya, akhirnya membawanya kesebuah malapetaka, dengan laju kendaraan yang begitu tinggi, ia pun tak menyadari bahwa ada seorang gadis dengan seragam abu-abunya tengah melintas di depan matanya. Karena tak bisa mengontrol laju kendaraannya, akhirnya ia pun banting stir dan menabrak sebuah pohon besar, hingga membuatnya langsung tak sadarkan diri.
*
Dari balik gorden, seberkas cahaya menyelinap dari balik tirai putih. Ruksa yang tengah tertidur merasa terusik dengan cahaya yang menyinari wajahnya. Karena merasa sangat terganggu, ia pun mau tak mau membuka kedua matanya secara perlahan.
Kedua matanya mengerjap, ketika mendapati dirinya berada di sebuah ruangan serba putih dengan bau obat-obatan yang sangat menyengat ke dalam hidungnya. Ia pun meyakini bahwa dirinya tengah berada di sebuah rumah sakit.
Ia kemudian mencoba bangun dari posisi tidurnya, akan tetapi saat berusaha untuk bangun, kepalanya tiba-tiba berdenyut nyeri, secara spontan salah satu tangannya memegangi kepalanya yang sudah terbalut dengan perban.
Wanita yang sudah berkepala tiga itu pun meringis kesakitan, ia pun terdiam sejenak, berusaha mengingat-ingat apa yang sudah menimpanya, sekelebat ingatan tentang kecelakaan pun muncul di dalam benaknya.
Meski kepalanya terus berdenyut nyeri, namun akhirnya ia bisa mengingat apa yang sudah menimpanya, ia pun dengan paksa melepas selang infus yang berada di tangannya, lalu beranjak turun dari ranjangnya yang kemudian berjalan tertatih-tatih meninggalkan ruangan tersebut untuk mencari udara segar.
Awalnya ia tak menyadari akan keanehan yang terjadi padanya, hingga sebuah panggilan alam datang padanya, ia pun bergegas pergi menuju kamar mandi.
Setelah menyelesaikan panggilan alamnya, Ruksa pun mencuci tangannya di wastafel, namun saat dirinya bercermin, kedua bola matanya terbeliak, ketika melihat bayangannya yang bukan dirinya melainkan sesosok gadis yang berusia sekitar enam belas tahun, dengan wajah yang di penuhi oleh jerawat batu, serta gigi yang memakai behel.
" Loh kok? " kedua tangannya mengucek kedua matanya seraya meyakinkan bahwa apa yang di lihatnya itu nyata, tapi tak ada perubahan sama sekali, ia pun berpikir bahwa itu mungkin sebuah mimpi buruk.
Plak! Suara tamparan di pipi pun terdengar sangat nyaring memenuhi toilet yang kebetulan sedang sepi.
Tubuh Ruksa seketika mematung, menyadari bahwa semua itu bukanlah mimpi melainkan sebuah kenyataan.
Kepalanya menunduk, lalu kemudian mendongkak, menatap bayangan rupa buruk dirinya di dalam cermin itu.
Prang!! Ruksa pun memukul cermin itu hingga menciptakan sebuah retakan besar, bahkan meninggalkan luka di tangannya.
" Oh emji sis~ itu tangan ngapain mukul-mukul cermin, memangnya nggak sakit cyin~ " tiba-tiba seseorang dengan menggunakan pakaian ketat dengan warna serba hitam dengan make up yang senada dengan pakaiannya, rambutnya yang panjang hitam kriting tergerai dengan sebuah topi kecil yang menghiasi kepalanya, serta di tangannya memegang sebuah tongkat yang ujungnya menyerupai sebuah sabit, muncul begitu saja.
Bukannya takut, kedua alis Ruksa malah mengernyit heran ketika mendapati seorang tamu tak di undang, apalagi tamu itu memiliki paras seorang pria dengan rupa pas pasan. Namun dengan percaya dirinya memakai riasan serta pakaian seorang wanita. " Lo banci dari mana? " tanyanya secara spontan.
" Idih, siapa yang kamu panggil banci? Sembarangan yah, ay ini bukan banci tapi malaikat maut. " terangnya.
" Huh? Modelan begini di sebut malaikat maut? " ungkap Ruksa yang merasa tak percaya dengan ucapan orang itu seraya menunjuk pada orang itu. " Please yah kalau mau ngamen itu jangan di rumah sakit, kalau mau ya di jalan raya, atau nggak di lampu merah. " tambahnya.
Berkat ucapan yang terlontar dari mulut Ruksa membuat Sang malaikat maut itu pun menjadi murka, dia memukul tongkatnya ke atas lantai sebanyak tiga kali.
Ruksa yang masih belum percaya pun menatap jenuh orang itu, hingga tak lama kemudian, lampu di dalam toilet itu menjadi hidup mati berulang-ulang, tak hanya itu saja, bahkan semua pintu di dalam kamar mandi itu terbuka dengan sendirinya, dengan angin yang berhembus kencang, yang datang entah dari mana.
Bulu kuduk Ruksa pun meremang, kedua lutut kakinya terasa lemas, bahkan sudah tak mampu menahan beban tubuhnya. Ia pun terduduk di atas lantai kamar mandi rumah sakit.
" Okeh, gue percaya, jadi please lo bisa berhenti sekarang. " Ruksa berkata dengan nada gemetar.
Malaikat maut itu pun menyunggingkan senyumnya, ia pun kembali memukul tongkatnya keatas lantai satu kali dan seketika suasana di dalam ruangan itu kembali menjadi normal.
Tanpa sadar, Ruksa pun menghela nafas lega, ia pun berusaha bangkit dari posisi duduknya, meski pun kedua lututnya masih terasa lemas.
Di rasa bahwa dirinya merasa tenang, Ruksa pun memberanikan diri untuk bertanya pada sang malaikat maut, dengan bertanya. " Apa tujuannya datang menemuinya?
Sang malaikat maut itu tak langsung menjawab, terlebih dahulu ia meminta pada Ruksa untuk berpindah tempat terlebih dahulu, selain tak nyaman dan bau, dia juga harus mempertemukan Ruksa dengan seseorang.
Tanpa berpikir panjang, wanita yang sudah berkepala tiga itu pun langsung menyetujui usulan sang malaikat maut.
Sebelum pergi meninggalkan kamar mandi itu, Si malaikat maut itu terlebih dahulu memperbaiki cermin itu terlebih dahulu.
Setibanya di atap rumah sakit, seorang wanita dengan pakaian rumah sakit, tengah berdiri membelakangi mereka, dan Ruksa sangat mengenal siluet tubuh itu.
Tak ingin membuang waktu lagi, Si malaikat maut pun menjelaskan tentang kesalahannya, saat itu dia tak sengaja mencabut nyawa keduanya, namun saat ingin mengembalikan jiwa mereka, dia malah salah menempatkan jiwa di tubuh yang salah.
" Jadi, aku harus menunggu selama tiga puluh hari, dan kamu akan mencari cara untuk mengembalikan aku seperti semula, dan selama itu aku harus menjalani kehidupan gadis jelek ini. " tunjuknya pada diri sendiri. " Jangan bercanda, siapa juga yang mau hidup di tubuh jelek begini?!" protes Ruksa tak terima.
" Pokoknya ay sudah jelasin semuanya, sisanya terserah you and you, kalau begitu ay pamit dulu bye bye. " Malaikat maut itu pun langsung menghilang begitu saja meninggalkan keduanya di atap rumah sakit
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
Dede Mila
baca
2024-07-30
0
Ipit Pugar
hahahaha ada2 ada ya malaikat maut salah sabut nyawa
2024-04-11
0
mr. rmayy
eihh nih malaikat-Nya enak aja yah. gk bertanggungjawab jawap hahahahah
2024-01-10
1