Dunia bagaikan berputar 180 derajat bagi Maliqa, kini namanya selalu digaungkan disetiap sudut sekolah, semua siswa memuji kecantikan dan perangainya.
Sikap ramah, sopan santun dan ceria selalu mendominasi Maliqa, sebelum kecantikan mengalihkan mata semuanya, Maliqa memang pada dasarnya sudah baik hati tapi dengan adanya kecantikan yang Maliqa miliki seolah - olah tiada wanita sesempurna Maliqa yang mereka lihat dari sisi manapun.
Hal itu juga awal mula munculnya perasaan Aland terhadap Maliqa, Aland selalu mengambil peluang untuk mendekati Maliqa bahkan Aland dengan sengaja mengekori Maliqa dimulai dari berangkat sekolah, kegiatan Maliqa disekolah hingga Maliqa pulang sekolah.
Aland selalu dibuat penasaran oleh Maliqa, hanya dia yang bisa menggoyahkan hati yang selama ini dia jaga, Aland memang terkenal pendiam dan memiliki sifat introvent dia hanya bisa bertegur sapa dengan teman dekatnya dan itu semua hanya laki - laki.
Aland yang tidak mudah didekati membuat banyak wanita menaruh hati padanya, tapi entah mengapa Maliqa hanya menganggapnya teman biasa seperti yang lainya.
Disekolah Maliqa mendengar dari teman sekelasnya bahwa pemilik serta donatur utama disekolah ini akan berkunjung, mendengar kabar tersebut sungguh membuat Maliqa antusias, dia sangat ingin sekali melihat siapa pria baik hati yang selama dua tahun ini membantu dia meringankan biaya sekolah.
Maliqa sangat mengagumi pria tersebut karena kedermawanannya, meski ditahun ini dia tidak mendapatkan beasiswa lanjutan tapi tidak membuat rasa kagumnya berkurang sedikitpun.
"Apa kalian sudah dengar? Pria kaya raya yang menjadi donator utama disekolah kita akan berkunjung siang ini" ujar Martha
"Benarkah apa kau serius?" Tanya Maliqa hampir tersedak lemon jus yang sedang dia minum
"Kau ini kenapa? Antusias sekali" Tanya Martha heran menautkan kedua alisnya.
"Apa kau tidak tau kalau donatur utama itu sejatinya adalah idola Maliqa, dia sangat mengaguminya karena kedermawanannya" ungkap Amaya panjang lebar.
Mereka kini sedang berada disalah satu stand dikantin sekolah.
"Wah kau ini aneh sekali Maliqa, idola itu seperti artis ternama, aktor, atau penyanyi yang wajahnya sering keluar masuk acara TV" Martha terkekeh geli
"Biarkan saja, suka - suka kau saja mengidolakan kapten basket sekolah kita" ucap Maliqa sengaja karena kesal dengan ucapan Martha
"Maliqa! Kenapa kau menjelaskannya disini bagaimana jika ada orang yang mendengar mu" ujar Martha kesal dia bahkan secara reflek memukul pundak Maliqa
"Martha jangan berani - berani memukulnya atau kau akan tau akibatnya!" ucap Amaya geram
"Hahaha.. Maaf Martha lidah ku tak bertulang" Maliqa terkekeh melihat Martha marah hingga mengerucutkan bibirnya.
"Dan lebih kasihannya lagi lelaki itu malah mengejar temannya.. hahahaha" sahut Amaya ikut terbahak - bahak
"Hahahahahaahaha.." Maliqa dan Amaya tak kuasa menahan dan tertawa bersama.
"Apa harus Kakak perjelas semuanya? Kenapa tidak sekalian saja kalian buat pengumuman di mading sekolah" Martha menatap kedua temannya dengan sinis.
Bell tanda selesainya waktu istirahat terdengar semua siswa yang masih ada dikantin dan sekitar sekolah membubarkan diri memasuki kelas mereka masing - masing.
Amaya dan Martha kembali ke ruangan mereka masing - masing sedangkan Maliqa ijin pergi ke toilet dahulu, sebenarnya ini hanya akal - akalan Maliqa saja, dia sangat penasaran dengan sosok pria dermawan yang hampir semua siswa belum pernah melihatnya.
Maliqa mengendap - endap menyusuri lorong sekolah menuju ruang guru untuk mengetahui pria dermawan itu, tepat dibalik dinding ruang guru Maliqa berjinjit mengintip pada celah kaca jendela.
Sekilas Maliqa melihat pria dengan tumbuh tinggi tegap mengenakan jas berwarna navy senada dengan celana bahan yang dikenakannya duduk dengan berwibawa dikelilingi para guru, sayangnya Maliqa tidak bisa melihat wajah pria itu.
Maliqa mendekat kembali menghampiri pintu, dibalik pintu Maliqa menempelkan telinganya mencoba mendengar sedikit percakapan mereka entah mengapa dia merasa bahwa suara bariton itu tidak asing di telinganya.
Brak
Pintu terbuka sempurna.
semua yang ada diruangan itu terkejut melihat Maliqa tersungkur dengan posisi terduduk dilantai, pandangan Maliqa bersiborok bertemu pandang dengan orang yang dikeliling semua guru.
Deg
Mas Arya!
Maliqa tertunduk malu.
Kenapa dia ada disini, apa dia pria dermawan itu?!
"Nona Maliqa sedang apa?" Tanya Willy mendekati membantu Maliqa berdiri
"Tuan Willy kenal dengan anak murid kami?" Kepala sekolah bertanya
"Ya kami kenal baik dengan Nona Maliqa" Willy tersenyum ke arah Maliqa.
"Maaf Pak saya mencari Bu Siska, tadi saya kira pintunya dikunci jadi saya mendorongnya" Maliqa tertunduk mencari alibi mengurangi rasa malu
"Oh Bu Siska beliau ijin tidak bisa mengajar, beliau memberikan tugas sebagai gantinya coba kamu ambil di atas mejanya" ujar Kepala sekolah menunjukan meja Bu Siska
Huh untung waktunya tepat.
Maliqa menghela nafas panjang.
"Terima kasih pak" Maliqa segera mengambil lembaran tugas yang menumpuk di atas meja kerja Bu Siska.
"Saya permisi Pak, selamat siang" ucap Maliqa menundukan kepalanya.
"Selamat siang" ujar para guru serempak kecuali Arya.
Arya merasa kesal pada Maliqa dia sudah menjalin pertemanan dan membawa Maliqa makan malam bersama dirumahnya, tapi semenjak itu Maliqa seolah menghindar darinya, Maliqa kembaki membuat jarak dengannya.
Saat tadi Maliqa terjatuh tepat dihadapan matanya, Arya ingin sekali membantu dan merengkuh wanita yang dia rindukan akhir - akhir ini.
Sempat terfikir untuk menjauh dan hilangkan rasa yang mungkin hanya cinta sepihak baginya, tapi hadirnya Maliqa hari ini membuat hati dan pikiran Arya tidak bisa menerima wanita yang dia cintai menjauhinya.
Acara kunjungan telah usai, Arya dan Asisten pribadinya Willy kembali ke perusahaan didalam mobil Arya hanya termenung.
"Apa anda merindukannya Tuan?" Willy bertanya dia khawatir dengan sikap diam dengan tatapan kosong Tuannya
"Aku tidak mengerti Will, kenapa dia menjauhi ku lagi, kita bahkan sudah mulai berteman, aku sudah mengajaknya makan malam dan mengenalkannya dengan Ayah" keluh Arya putus asa ini pertama kalinya dia jatuh cinta tapi kenapa tak sesuai yang dia inginkan.
"Apa saya boleh mencoba mencari tahu nya Tuan" ujar Willy
Dia tau semua yang berkaitan dengan Tuannya, kegelisahan yang Arya rasakan akan berdampak buruk pada pekerjaan, yang akhirnya akan terengkalai dan menumpuk, Willy harus pandai - pandai menjaga perasaan Tuannya semenjak Arya mengenal Maliqa perubahan suasana hati Tuannya sangat berpengaruh diperusahaan.
Terkadang Willy rindu dengan Arya yang dulu, tidak ada berkas pekerjaan yang menggunung jam pulang sesuai jadwal dan dia bisa tidur tenang dalam bayang - bayang pekerjaan yang belum selesai.
"Apa kau bisa?!" Tanya Arya antusias dia bahkan mendongkakkan kepala dan mendekati Willy yang sedang mengemudikan mobil.
"Saya akan usahakan Tuan" Jawab Willy dia akan mengesampingkan pekerjaan dan lebih mengutamakan suasana hati Tuannya.
"Baiklah buat dirimu berguna, kabari aku secepatnya!" Arya seperti mendapat angin segar
"Baik tuan"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Made Mudana
oh tnyata bgtu he.he..arya mulai bucin ya
2022-03-28
0