"Kak apa disini ada Komputer atau Laptop?" Tanya Maliqa
"Untuk apa?" Amaya balik bertanya
"Aku ingin mengechek ulang rekaman CCTV yang aku dapat, tadi saat Kakak menyuruh ku cepat aku langsung melepaskan sambungan kabel USB karena ketakutan sepintas sih aku lihat sudah selesai, aku hanya ingin meyakinkan kalau data itu sudah sepenuhnya tercopy ke dalam handphone dan Flashdisk ku" ujar Maliqa
"Eh aku kira semua sudah sempurna" ucap Amaya sedikit khawatir
"Kau mengcopy di handphone dan Flashdisk juga untuk apa sebanyak itu? Pantas kau lama sekali didalam" tanya Amaya lagi
"Kakak tidak tau selicik apa Martha dan dua dayangnya itu? bila dia tau di dalam handphone ini ada bukti yang memberatkan dia, dia pasti akan melenyapkan bukti itu jadi aku harus punya cadangan bukan sebagai jaga - jaga" jelas Maliqa berapi - api
"Benar juga, disini tidak ada komputer kalau laptop aku punya tapi ada di rumah, bagaimana kalau sepulang sekolah kau berkunjung ke rumah ku" tawaran Amaya dibalas anggukan kepala beberapa kali oleh Maliqa, dia sangat antusias bila mengenai kedekatannya dengan teman pertamanya itu.
"Aku akan menelpon Ibu untuk meminta izin" ucap Maliqa dia pun merogoh ponsel dalam saku rok nya.
Amaya senang melihat Maliqa yang sekarang, dia bisa tersenyum seperti tidak punya beban dulu saat Maliqa mendapat perundungan Maliqa hanya bisa menangis bahkan setiap dia obati Maliqa tidak pernah mengeluh tentang rasa sakitnya, Amaya selalu terpikirkan hal - hal buruk yang akan menimpa Maliqa sebagai korban perundungan sampai Amaya sempat berfikir pada akhirnya Maliqa akan bunuh diri karena tekanan mental hal itulah yang paling dia takutkan.
Korban perundungan selain mendapatkan kekerasan fisik kadang juga mengalami tekanan mental yang diakibatkan psikologisnya terganggu perundungan pada masa remaja yang belum bisa mengontrol emosinya atau biasa anak remaja katakan labil bisa memicu perasaan rendah diri, introvert, cemas, depresi bahkan bisa sampai kesulitan tidur dengan nyenyak.
Korban perundungan memerlukan penanganan khusus dan masa penyembuhannya akan memakan waktu lama bila kejadiannya seperti Maliqa, beruntung Maliqa bisa menangani dan membawa diri dengan pikiran positif meski sekarang dia memberontak tapi tidak merubah keseluruhan sifatnya setelah menjadi korban perundungan.
Perundungan kadang diawali dari body shaming atau celaan fisik merasa terhibur dengan mencela orang dan menjadikannya candaan lama - lama perundungan pun terjadi dan berujung pada tindakan kekerasan fisik.
"Kakak aku sudah dapat ijin yang penting jangan pulang malam takut anak gadisnya ada yang culik katanya,hehehehe kadang aku heran dengan kata - kata Ibu yang berlebihan siapa juga yang mau menculik wanita gemuk, wajah penuh dengan jerawat, berkaca mata bergigi gingsul bertaring yang ada mereka akan jijik seperti siswa - siswa disini" ujar Maliqa tertawa sinis
"Hei tidak perlu berkata seperti itu, di mata seorang Ibu anak gadisnya lah yang paling cantik jadi kekhawatiran Ibu mu sangat beralasan kau harusnya bersyukur masih memiliki orang tua yang menyayangi mu disaat dunia ini mengabaikan mu, bersyukurlah itu jauh lebih baik" ucap Amaya memberikan nasihat.
"Dan aku juga bersyukur memiliki Kakak sebagai teman pertama ku aku sangat bahagia" ucap Maliqa lalu memeluk Amaya.
"Terimakasih Kak" timpal Maliqa lagi
"Sama - sama Maliqa aku juga senang mempunyai teman seperti mu, kau tau seharian disini sangat membosankan aku juga butuh teman yang bisa aku ajak bicara" Amaya melepaskan pelukan Maliqa
"Hehehehehe... Kakak ini sudah hampir waktu pulang aku akan ke kelas mengambil tas dan membereskan buku - buku ku"
"Cepatlah kita akan pulang bersama hari ini"
"Setiap hari pun aku mau Kak hehehehe" jawab Maliqa dengan senyuman.
"Baiklah setelah urusan kita selesai setiap hari aku akan mengantar jemput adik manja ini" ujar Amaya menepuk pelan bahu Maliqa.
"Yey... aku punya Kakak rasa teman" Maliqa bertepuk tangan dan tertawa riang
"Sudah cepat ambil tas mu aku akan merapikan ruang UKS dulu sebelum pulang kita bertemu diparkiran aku membawa sepedah motor"
Maliqa pergi memasuki kelas untuk membereskan buku bersiap bergegas keluar, ketika Maliqa berbalik tepat dihadapan Maliqa Martha berdiri menghalangi jalan dengan raut wajah marah Martha menatap Maliqa.
"Apa kau pikir kau itu pandai? Bisa membalikan fakta dan merasa menang karena dianggap korban?" Tanya Martha geram dengan tangan terkepal dan rahang mengeras aura intimidasi menyelimuti tubuh Maliqa
"Bukankah selama ini aku memang selalu menjadi korban?" Hardik Maliqa memicingkan mata
"Jadi karena sudah bisa melawan kau sudah merasa hebat? kau hanya beruntung saja tadi, keberuntungan mu kini sudah habis kau akan menerima pelajaran berharga karena telah berani melebarkan bendera perang pada ku" Martha melayangkan tatapan tajam geram
"Kalau aku jadi kamu, aku akan berpikir kembali sebelum melakukan itu karena kini yang ada dihadapan mu bukan Maliqa yang biasa kau bully, sekarang yang ada dihadapan mu adalah seorang wanita yang sakit hati melihat ibunya kecewa karena dia gagal mendapatkan beasiswa" ucap Maliqa bergetar menahan amarah
"Jangan melewati batasan mu buruk rupa?" teriak Martha kesal
"Kau yang telah melewati batasan mu dan berhati - hati lah" Maliqa bergegas pergi meninggalkan Martha
Sesampainya di parkiran sekolah Maliqa mencari keberadaan Amaya, tepukan halus menyentuh pundaknya.
"Kau mencari ku? Ayo naik" Amaya menyerahkan helm yang ia pinjam dari salah seorang guru. Maliqa mengenakan helm pemberian Amaya dan mengencangkan sabuknya hingga berbunyi klik. Maliqa menaiki motor bebek yang dibawa Amaya, kini motor bebek yang mereka tumpangi melaju dijalanan membelah jalanan kota.
"Kenapa kau lama tadi? Apa kau bertemu dengan Martha?" Tanya Amaya sesampainya di sebuah rumah sederhana dengan ditanami banyak tanaman hias dan bunga
"Ehmmp" Maliqa Mengangguk
"Ini rumah Kakak? Kak Amaya tinggal dengan siapa?" Tanya Maliqa saat dirinya dan Amaya masuk ke dalam rumah
"Dengan nenek, Ayah dan Ibu ku sudah berpisah mereka sibuk dengan urusan mereka sendiri" takut membuat Amaya tidak nyaman Maliqa segera mengalihkan pembicaraan mereka.
"Aku haus Kak?" ujar Maliqa
"Baiklah kau bisa tunggu dikamar ku selagi aku mengambilkan minum, itu pintu kamar ku" Amaya menunjuk sebuah pintu kayu bercat putih tulang
"Laptop ku ada diatas nakas, kau bisa menggunakannya"
"Baik Kak, Aku ke kamar dulu ya" Maliqa berjalan memasuki kamar Amaya, Maliqa menatapi ruangan bercat pink soft itu, terdapat banyak buku - buku pelajaran dan juga novel tersusun rapi diatas rak meja belajarnya.
Maliqa memandangi foto - foto palaroid berukuran kecil menggantung dikabel lampu - lampu kecil yang mempel didinding kamar, Maliqa melepaskan ransel dalam gendongannya dia duduk dipinggir kasur dan meraih laptop dan meletakannya dalam pangkuan, dia membuka dan menghubungkannya dengan kabel USB yang sudah terhubung dengan Handphonenya Maliqa mengechek kembali hasil rekaman tersebut seketika sudut bibirnya melengkungkan senyum.
"Kena kau!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments