Mendapat serangan dari Maliqa membuat Martha terbelalak kaget tangannya terkepal dengan rahang mengeras. Dia tidak habis fikir bahwa gadis buruk rupa dan penurut itu bisa membuat dia tak punya muka dihadapan orang lain terlebih Ayahnya sendiri.
Martha sangat membenci Maliqa sejak Maliqa mendapatkan beasiswa pertamanya, bagaimana tidak Maliqa telah menggeser Martha dari predikat anak terpintar dikelas nya dan sekarang Maliqa selalu mendapatkan pujian dari Ayahnya sebagai ketua yayasan karena sering mendapatkan beasiswa lanjutan setiap tahunnya.
Dirumah kedua orang tuanya selalu membanding - bandingkan Martha dengan kakak laki - lakinya yang jenius, mendapat tekanan dari orang terdekat yang dia sayangi membuat Martha menjadi sosok gadis pemberontak dan pelaku pembullyan.
Setiap kali Martha berjumpa dengan Maliqa, kekesalan itu selalu membuncah merasa ingin tersalurkan dengan cara menghina atau body shaming, dia selalu berfikiran inti dari semua tekanan dan kekecewaan yang ia dapatkan berawal dari Maliqa maka Martha sering melakukan body shaming dan pembullyan yang berakhir dengan kekerasan yang dialami Maliqa.
"Martha bagaimana ini? Ayah mu salah paham, mungkin memang ia kita membully nya tapi kami berdua bisa bersaksi bahwa kau tidak sampai menampar si buruk rupa itu" ucap Liana cemas
"Dan apakah ayah ku akan percaya semua itu setelah dia melihat luka memar dan luka robek disudut bibirnya??!" Hardik Martha kesal
"Lantas apa yang harus kita lakukan? kita harus secepatnya membalas perlakuan si buruk rupa karena telah berani membuat kita seperti ini!" Tanya Nilam geram
"Kau benar, kita akan membalas lebih berkali - kali lipat dari apa yang dia lakukan saat ini tapi untuk sementara waktu kita abaikan dulu gadis buruk rupa itu kita harus meredam kemarahan ayah ku dalam beberapa hari ini" ujar Martha manik mata elang nya menunjukan aura intimidasi
"Martha apa kami juga harus menjauh dari mu seperti perkataan ayah mu barusan?" tanya Liana sedih
"Ini tidak akan lama, setelah kita menyelesaikan si buruk rupa dan membuatnya seperti pelayan yang patuh kembali kita akan selalu bersenang - senang bersama" jawab Martha dengan seringai jahat membingkai diwajah cantiknya.
"Baiklah bila kau membutuhkan bantuan kami, kau bisa langsung menghubungi kami kita akan selelu berteman" ucap Nilam dengan senyum sempurna.
Teman yang dimaksudkan Liana dan Nilam hanyalah hubungan saling membutuhkan atau simbiosis mutualisme, Martha membutuhkan teman sebagai pendamping dalam segala perintah dan keinginan yang selalu harus dituruti sedangkan Liana dan Nilam memerlukan kucuran dana untuk membeli kebutuhan gaya hidup.
Martha sering memanjakan ke dua temannya mulai dari mentraktir mereka makan enak direstaurant mewah, kadang Martha memberikan pakaian, tas atau sepatu bermerk meski kadang barang itu adalah barang bekas pakai yang masih layak milik Martha, mereka tetap senang karena mereka tau bahwa barang - barang pemberian Martha adalah barang - barang mahal berkisar jutaan bahkan puluhan juta rupiah.
Liana dan Nilam berfikir selagi Martha bisa memanjakan mereka maka mereka dengan senang hati menjadi teman sepermainan yang harus selalu mematuhi perintahnya, mereka sempat khawatir tambang emas yang mereka miliki akan menghilang karena larangan dari Farhan ayah dari Martha.
Hari mulai senja Maliqa berniat undur pamit dari rumah Amaya sesuai janji Maliqa pada Ibunya.
"Kak sudah sore aku pamit ya, terima kasih bantuannya Kak" ucap Maliqa
"Apa bukti rekaman itu akan kau serahkan kepada pihak sekolah untuk mendapatkan beasiswa itu kembali?" Tanya Amaya antusias
"Mungkin tapi untuk sementara bukti ini bisa aku jadikan sebagai tameng atau bisa aku jadikan senjata bila sewaktu - waktu mereka mengganggu ku lagi" jawab Maliqa
"Baiklah, selalu kabari teman mu ini bila kau butuh bantuan" ujar Amaya mengelus puncak kepala Maliqa
"Baik Kak" jawab Maliqa memberi hormat dengan meletakan tangan kanan diatas alis matanya
"Kak nenek kemana? sampaikan ucapan terima kasih ku pada Nenek untuk jamuannya aku suka sekali dengan pisang goreng buatan Nenek"
"Baik nanti akan ku sampaikan kau bisa pulang sendiri?" tanya Amaya
"Iya nanti aku naik angkutan kota saja, aku pamit ya"
Maliqa berlalu dengan melambaikan tangan, dibahu jalan besar Maliqa berdiri menunggu angkutan kota lewat tanpa sengaja sebuah mobil MPV premium berukuran cukup besar dengan lima pintu melaju kencang dibahu jalan dan melindas genangan air berlumpur, Maliqa yang saat itu berada tidak jauh secara tidak sengaja cipratan genangan berlumpur itu mengenai sebagian tubuhnya.
"Aaagghhh" Maliqa berteriak terkejut.
Mendengar teriakan keras dari Maliqa Mobil tersebut secara spontan berhenti seorang pria berstelan rapi turun menghampiri Maliqa
"Maaf Nona saya tidak melihat ada genangan air disini" ujar pria tersebut seraya memberikan sapu tangan untuk membersihkan percikan lumpur yang mengenai wajah Maliqa
"Tidak apa - apa tuan saya hanya terkejut, terima kasih" Maliqa menerima sapu tangan dari pria tersebut.
"Apa saya bisa membawa nona ke butiq terdekat untuk mengganti pakaian nona?" tanyanya sopan
"oh tidak perlu, ini hanya noda saya hanya perlu mencucinya" ujar Maliqa segan
"Willy apa kau masih lama?! Apa kau lupa kita harus segera pergi!" Bentak seorang lelaki yang hanya menoleh dari jendela mobil tanpa berniat turun.
"Sebentar tuan" jawab pria bernama Willy didepan Maliqa
"Maaf Nona saya tidak bisa mengantar anda ke butiq maupun mengantar anda pulang" ujar Willy dia mengeluarkan kartu nama dan beberapa lembar uang kertas berwarna merah muda dan menyerahkan ke tangan Maliqa
"sekaki lagi saya minta maaf ini kartu nama saya" Willy pun pergi dan masuk kembali ke dalam mobil
"Tapi tuan.." belum sempat Maliqa menghampiri mobil tersebut mobil sudah bergerak membelah jalanan.
"Aku akan mengembalikannya nanti" gumamnya
"Maliqa Nak" teriak lelaki paruh baya dari dalam angkutan kota dibelakang Maliqa
"Bapak" Maliqa menghampiri Bapaknya dan meraih punggung tangan kanannya menciumnya
"Kenapa badan mu kotor sekali?" tanya Bapak Maliqa yang melihat keadaan anaknya
"Tadi ada kena cipratan genangan air pak" jawab Maliqa dengan cengengesan
"Kamu ini ayo pulang bareng" ajak Bapak menaiki angkutan kota, Bapak Maliqa bekerja sebagai supir angkutan kota milik temannya setiap sore Bapak akan pulang untuk menyetorkan hasil tarikannya.
Sesampainya dirumah Ibu Maliqa sedang berbincang dengan wanita paruh baya seperti seumuran Ibu tapi masih terlihat cantik dan terawat.
"Maliqa sini duduk Nak, ini ada Ibu nya Martha teman kamu berkunjung" ujar ibu melambaikan tangan memanggil Maliqa.
Ibu nya Martha? Untuk apa dia disini Maliqa
"Hallo tante saya Maliqa" Maliqa meraih punggung tangan Ibu Martha dan menciumnya dengan takzim
"Tante Dinda Ibunya Martha" ujar Dinda tersenyum
"Maliqa bersih - bersih dulu ya Bu badan Maliqa kotor" ucap Maliqa sambil berlalu.
Kegiatan bersih - bersih pun selesai Maliqa kembali ke ruang tamu, Maliqa tau kedatangan Dinda ada kemari pasti ada yang ingin beliau bicarakan dengannya.
"Nak kamu temani dulu Ibu dinda disini, Ibu mau ke dapur dulu menyiapkan makan malam untuk kita" pinta ibu sambil berlalu pergi
"Ada yang bisa saya bantu tante?" Tanya Maliqa to the point
"Maliqa maafkan Martha, apa itu luka yang Martha buat?" tanya Dinda sedih
"Dari dulu Martha selalu dibanding - bandingkan oleh ayahnya, dia dituntut harus sempurna seperti Kakaknya Ibu sering melihat Martha menangis setiap malam Ibu tau dia pasti tertekan apa lagi semenjak dia mendapat saingan orang yang lebih pintar darinya dia menjadi sosok gadis pemberontak dulu saat dia kecil dia adalah gadis yang baik dan ceria, kesalahan yang Martha lakukan terhadap mu bukan semata - mata salahnya dia hanya mencari pelampiasan untuk rasa amarahnya yang pantas disalahkan adalah kami sebagai orang tuanya jadi kami mohon maafkan kami, kami akan lebih mengawasi tindak tanduk Martha kedepannya agar tidak melukai orang lain lagi" Dinda berlutut dan menggenggam kedua tangan Maliqa.
Kenapa aku harus mengetahuinya sekarang disaat aku ingin memberikan bukti rekaman itu pada pihak sekolah ini sungguh tidak adil Maliqa
"Maafkan kami nak" ujar Dinda dengan mata berkaca - kaca
"Tante bangunlah jangan seperti ini, saya akan coba memaafkan Martha" jawab Maliqa meski dengan berat hati
"Apa tante boleh meminta sesuatu padamu?" Tanya Dinda dengan ragu
"Apa itu tante?" jawab Maliqa waspada
"Bisakah kamu berteman dengan Martha?" tanya Dinda terbata
Berteman yang benar saja sakit ini pun masih bisa aku rasakan Maliqa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Nangong Wan
mampir lagi kakak
2022-03-24
0