lSudah pagi? Aku baru saja memejamkan mataku! Ayam-ayam itu kenapa berisik sekali?
Heiyo! Saatnya membuka mata, tapi yang keluar malah secimit cerca.
Erangan menggema dalam ruangan. Li Na perlahan bangkit dan mulai melakukan rutinitas paginya.
Mulai dari beberapa lompatan sebagai pemanasan dan berakhir peregangan. Tubuhnya sudah sedikit lebih segar, lain halnya dengan matanya yang bersikeras ia sangga. Berjalan beberapa langkah menuju jendela, ia membukanya. Kalian sungguh percaya dia melakukan itu semua? Aduh, baka. Tentu saja dia bangun tapi tidak sesantai itu.
Suasana pagi yang menyegarkan diganggu oleh suara ribut. Li Na melongok, dia mengambil kesimpulan. Apakah akan ada pesta? Lumayanlah makan gratis! Kuharap ada dendeng!
Senyumnya seketika mengembang karna sesuatu. Pintu diketuk memadamkan senyum manis itu.
"Masuklah."
Siapa lagi jika bukan dia? Lin QiLi sepertinya adalah orang yang sangat perhatian. Atau mungkin dia orang yang punya banyak waktu luang, sehingga dia bisa leluasa mengunjungi Li Na kapanpun ia mau? Impressive.
"Kenapa dengan mukamu?"
Li Na mengerang. "Mereka sedang apa sih? Tanganku gatal ingin menampol mulut mereka satu persatu. Telingaku panas mendengar kebisingan ini."
Setelah meletakan nampan makanan ke meja, Lin QiLi menjawab, "Oh itu, maaf. Hari ini adalah hari pelantikan kakakku sebagai putra mahkota. Itu sebabnya hari ini lumayan mengusik telinga."
Li Na termenung. Dia baru ingat setelah menggali otaknya. Hari ini adalah hari bersejarah bagi kedua pemeran utama.
Pada cerita yang asli, mereka diikat. Ya, bertunangan
Li Na mengangguk. Dia bertanya, "Lalu kenapa kau masih biasa saja? Memangnya kau tidak bersiap-siap?"
"Perayaannya nanti malam, jadi kenapa harus bersiap dini sekali. Lebih baik aku melakukan hal yang kusuka."
"Wah, santai sekali."
Lin QiLi tertawa renyah. Sungguh, kadang Li Na berpikir itu tawa atau kicauan burung? Kenapa merdu sekali. Suara tawanya yang seperti tikus terjepit tertampar keras oleh ini.
Seraya menuang teh, Lin QiLi berucap, "Kemari, dan makanlah. Aku tau kau pasti lapar."
Seperti biasa Li Na berkecoh dalam hati. Oh baik sekali! Kau baru ingat setelah matahari menyadarkanmu? Tidak tahu kah kau kalau malam itu aku tidak makan malam? Aiihh aku mau yoghurt kesukaanku. Sedangkan pada kenyataan dia hanya bisa tersenyum.
Ludahnya ia teguk susah payah, setelah matanya menyapu hidangan yang tersaji. Woohh daging itu sepertinya sarat akan bumbu! Berkilau, berkilat memikat. Tanpa pendahuluan yang memualkan, dia langsung menyerbu.
Li Na makan seperti orang yang terkena busung lapar. Bahkan mungkin mangkoknya bisa ia telan.
Lin QiLi menggeleng sembari tersenyum. Dia sudah tidak heran lagi melihat tingkah bar-bar sahabatnya itu. Dulu bahkan pernah, sumpit yang digunakan Lu Wei hampir patah saking beringasnya Lu Wei dalam hal itu.
"Pelan-pelan kau bisa tersedak."
Nasehat itu malah membuat Li Na curiga. Tidak tidak bisa! Kau pikir aku akan tertipu?Dia menyangka perkataan Lin QiLi itu tidak hanya sekedar nasehat melainkan seperti berbunyi, 'Hey! Jangan habiskan semuanya! Aku juga mau!'
Jahat sekali. Padahal sumpit Lin QiLi sedari tadi tidak pernah mengarah kearah daging. Benar-benar sahabat yang baik.
Li Na menganggukan kepala sebagai jawaban.
Malam akhirnya tiba. Malam ini lebih hangat dari biasanya. Suara suara tersiar di sepanjang jalan, tak absen kembang api pun turut merayakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments
Gembelnya NT
Jangan dibayangin
2022-10-04
0
Gembelnya NT
Hahaha, sabaar jan emosi 😂😂
2022-10-04
0
Gembelnya NT
Bukan, tombak bermata tiga ... kayak senjatanya Dewa Asura. Ntar kukirim WA
2022-10-04
0