A-Li, oh namanya adalah Lin QiLi merasa bersyukur saat cubitan itu akhirnya hilang. Namun, suasana saat ini malah lebih menyeramkan dari cubitan tadi.
Dia melirik kakaknya. Rautnya masih datar, tapi di matanya terpampang jelas raut sendu bercampur tak terima.
Mendapati itu, Lin QiLi tentu saja tidak tega. "Ratu, mohon maaf menyela ... tapi kakak sepertinya tidak bisa."
Sosok yang dipanggil Ratu itu sama sekali tidak menggubris.
Kali ini Gadis berparas lembut tadi yang berdalih, "Benar, Ratu. Tolong berikan A-Xuan butuh waktu. Dia sudah dewasa, dia tahu apa yang harus dilakukan."
Lin QiLi mengangguk membenarkan.
Ratu itu mendengus. Matanya berkilat dingin. Aura kepemimpinannya menguar, membuat dua sosok tadi bergidik.
"Jika dia memang sudah dewasa, seharusnya dia tidak melakukan hal bodoh seperti itu." Tatapan tajam ia serangkan pada anaknya.
Lin QiLi masih tak berkutik. Sinar matanya meredup.
"Ratu----"
"Orang luar jangan ikut campur."
Lin QiLi terdiam. Ya, dia sadar dia tidak boleh ikut campur.
"Lin Qingxuan!"
Menyadari situasi sudah sangat mencekam. Gadis tadi menengahi. Dia melirik Lin Qingxuan. Nada lembut membalut ucapannya, "Pergilah, percayakan padaku."
Lin Qingxuan mendongak.
Binar redup mata itu sungguh membuat gadis tadi iba. Mata yang biasanya dipenuhi jejak embun beku, kini meredup, membendung air mata yang siap jatuh.
Baru kali ini dia melihat Lin Qingxuan sehancur ini. Dia kembali meyakinkan dengan anggukan.
Lin Qingxuan akhirnya mengalah. Dengan berat dia berkata, "Aku mempercayakannya kepadamu."
"Tentu."
Lin QiLi ikut menganggukkan kepala.
Gebrakan pintu mengguncang udara. Kini tersisa mereka bertiga.
Lin QiLi menatap Lu Wei yang masih menutup mata. Setelahnya dia menghela nafas. Matanya melirik gadis tadi. "Jiejie, bagaimana ini?."
Gelengan dari gadis tadi membuatnya semakin bingung.
Malam tiba, Bulan menggantung indah di atas sana. Li Na akhirnya sadar. Matanya menyapu penjuru ruangan ini. Ya, namanya Li Na. Sosok yang kebelet bertemu sutradara
"Sungguh, ini seperti asli."
Ruangan itu menguarkan atmosfer dingin, namun disisi lain juga menguarkan rasa nyaman yang dapat membuat orang kehilangan jiwa dengan ikhlas.
Dia menatap kesal pada dua sosok yang tertidur di pojok kanan ruangan ini.
Ide jail muncul. Sekalian balas dendam tentu saja.
Dia beranjak, mengambil cangkir di nakas. Kemudian tanpa terselip rasa iba di hatinya, Li Na mengguyur dua sosok itu. Sialnya hanya satu yang terkena.
"Bangun!"
Dua sosok itu terlonjak. Pemuda tadi yang memeluk lengannya, mengusap wajahnya yang di penuhi air.
Seusai mengucek mata, gadis yang di sisinya mengerang. Saat matanya terbuka sempurna, dia melotot.
Tanpa menunda kesempatan, Li Na bertanya, "Kalian! Katakan dimana ini?"
Keduanya kompak menjawab, "Istana Salju. Kediaman Klan Lin"
Li Na menguak dan menggali memori tentang kata-kata itu. Agaknya seperti familiar. "Klan Lin, Klan Lin, Klan Lin ... Klan---A-apa?!"
"WHAT THE F\*CK!!!"
Teriakan bermakna umpatan itu melengking tajam, memecah suasana damai di ruangan itu. Li Na terjungkal saking kagetnya. Bibirnya berkedut, tak terima akan kenyataan ini.
Terheran heran, Pemuda tadi bertanya, "Ada apa, kenapa kau sekaget itu?" Tapi ada sedikit keganjalan dalam jawabannya itu.
Li Na menoleh dengan kecepatan cahaya. Tatapannya setajam silet. "Sekaget itu, sekaget itu ... Sekaget itu!"
Intonasinya sarat akan ketidak terimaan. Awalan lirih, akhirannya ... sungguh membuat orang ingin mencopot kuping milik dirinya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments
Fifid Dwi Ariyani
trusceria
2024-05-19
0
Rizki Al-Mubarok
kok malah lebih cantik pelayanannya?
2022-09-26
1
Jing Xuan
Suka gaya bahasanya
2022-06-30
2