Kelopak mata itu akhirnya terangkat. Seseorang itu tampak bingung, terpampang jelas dari tatapan kosong miliknya. Tak lama kemudian, sosok itu mengerang, lalu dia perlahan duduk seraya memijat pelipis.
"Hey, apakah syutingnya belum selesai? Dimana sutradaranya aku lelah! Mereka benar-benar s**l*n! Memperkerjakan orang tanpa izin."
Ketiga orang di sana tampak bingung, hal itu membuat sosok tadi bertambah geram.
"Apa kalian akan terus memasang raut dungu itu?." Gadis ini menunjuk satu persatu wajah orang-orang itu. Dia marah saat ini. Dia harus segera mengerjakan pekerjaannya, mengedit novel.
"S-sut ... Apa tadi katamu?."
Sosok itu memejamkan matanya, dia lelah dengan drama ini. Apa lagi ditambah raut polos tapi memancing perkelahian dari pemuda di samping kanannya itu, semakin membuatnya ingin mencincangnya.
Sosok itu menghela nafas, "Sudahlah jangan berdrama lagi!."
Pemuda tadi menjawab, "Drama apa?."
Senyum terpaksa ia tampilkan. Sosok itu sudah tidak tahan lagi. Dia berteriak, "Argghhh! kumohon hentikan drama menggelikan ini! Apa kalian benar-benar kekurangan aktris? Aku ini hanya editor kenapa malah dijadikan aktris? Dimana sutradaranya? Aku ingin memukul kepalaanya supaya sistem sarafnya kembali berfung---"
Lagi-lagi kegelapan mengambil dirinya. Sosok itu ambruk ke sebelah kiri, tepat di bahu pemuda tampan tadi. Hal itu tentu saja membuat aliran darah pemuda tampan tersebut untuk sesaat membeku, dan berhenti. Untung saja tidak mati.
Gadis berparas lembut tadi menghela nafas lega, sedetik setelah dia menotokan jarum akupuntur di tubuh sosok tadi.
"Apa itu benar-benar Lu Wei?" tanyanya.
A-Li menggaruk pipinya yang tak gatal. Dia juga agak ragu akan keaslian sosok tadi. Pasalnya dia bingung, apa itu 'Sutradara' dan apa itu 'Aktris'.
"K-kurasa memang dia. Lihat dari cara bicaranya, dia memang sering kasar dan juga sering mengumpat." Tawa canggung mengudara, memecah sunyi diruangan itu.
Sedangkan pemuda berwajah tampan tadi hanya menghela nafasnya lirih. Dia juga berharap bahwa jiwa yang menempati raga di depannya adalah jiwa dari raga tersebut, bukan yang lain. Dan, terbesit rasa tidak suka pada hatinya, saat mendengar kata-kata dari sang adik.
Dia merasa, dia didahului.
"Benar juga. Dia memang kasar dan galak seprtiku." Gadis tadi mengangguk mengerti. Tatapannnya mulai beralih pada raut penuh pesona dihadapannnya.
Dan kau bangga akan hal itu, jiejie. Tentu saja A-Li mengatakannya dalam batin, jika ia mengatakannya langsung dia takut jiwanya tidak bisa bereinkarnasi kelak.
"Jie."
"Apa?."
"Apa kau benar-benar menghapus ingatannya?."
Paras lembut itu terlihat tidak bersemangat. Dia mendesah lelah.
Jujur saja, dia juga tak yakin pada kemampuan dirinya sendiri.
Dia menatap sosok tampan yang tadi bertanya. Penampilan tak terurus itu membuatnya sedikit merasa bersalah.
"Aku tak yakin. Maaf, kemampuanku belum seberapa."
"Tidak apa-apa setidaknya kau sudah berusaha. Maafkan aku yang menyusahkanmu, Jiejie."
Gadis tadi terburu-buru mengelak, "Tidak tidak apa. Sudah tugasku untuk membantumu, bukankah kita saudara?."
Sosok tampan itu mengangguk. "Terimakasih."
"Lalu apa aku bukan saudaramu, Jiejie?."
Gadis tadi mendengus, saat matanya menangkap raut menggemaskan sekaligus menjengkelkan.
Tak tahan, akhirnya dia membalas dendam.
A-Li sontak berteriak saat pipinya ditarik dengan kuat oleh gadis itu.
"Jiejie, lepaskan pipiku bisa copot!." teriaknya.
"Memangnya aku peduli?Siapa yang memasang raut mengemaskan itu hah? Rasakan ini!."
"Lin Qingxuan, ikut ibu."
Serentak, semua suara di ruangan itu membeku.
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments
Fifid Dwi Ariyani
trussabar
2024-05-19
0
shizun
udah mampir ya kak, ceritanya bagus banget 😭
2022-08-19
1
Gembelnya NT
Jiayou!
2022-08-02
0