...***...
Glenda berjalan mengikuti Malvin dihadapannya, ia baru saja diperbolehkan keluar dari rumah sakit setelah menjalani masa pemulihan sekitar dua Minggu lamanya, dan saat ini Glenda entah harus pergi kemana. Tiba di luar rumah sakit, Malvin melangkah menuju tempat parkir. Namun langkahnya terhenti saat menyadari Glenda terus saja mengikutinya, Malvin berbalik menatap Glenda di sana. Glenda yang terkejut spontan berhenti dan menatapnya dengan raut wajah polosnya. "Dengar! Jangan anggap apa yang aku lakukan ini sebagai utang bagimu, aku tidak ingin bertemu denganmu lagi. Dan sekarang lebih baik kau katakan dimana rumahmu agar aku dan Dallen bisa mengantarkan kau pulang, dan agar kau tidak terus menyusahkan aku. Kami akan mengantarkan mu sampai ke rumah," ujar Malvin.
"Kalau aku pulang, aku pasti akan langsung di usir. Di tambah lagi, aku tidak tahu apa yang mereka lakukan pada mama. Jika aku kembali, bagaimana kalau mereka melenyapkan-ku lagi? Aku tidak bisa pulang sekarang apalagi kalau mereka sampai tahu bahwa aku masih hidup…" Glenda membatin, ia berusaha untuk mencari cara agar ia bisa tetap hidup dan tetap aman. "Sejujurnya… aku tidak memiliki tempat tinggal," gumam Glenda yang berhasil membuat Malvin melongo dibuatnya. "Jadi maksudmu kau gelandangan, begitu?" Malvin memperjelas situasinya, Glenda hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban. Malvin terdengar menghela napasnya kasar.
"Maaf merepotkan sebelumnya, tapi kalau boleh… izinkan aku untuk tinggal bersamamu untuk sementara waktu." Glenda memberanikan diri.
"Apa? Tidak! Aku tidak ingin menerimamu, kau sudah cukup membuatku susah dengan harus membawamu ke rumah sakit seperti ini. Aku tidak ingin membantumu lagi, apalagi memberikanmu tempat tinggal." Tukas Malvin kesal. "Ta-tapi… aku mohon, aku benar-benar tidak tahu harus pergi kemana. Kalau kau mengizinkan aku untuk tinggal di rumahmu aku janji tidak akan membuatmu susah." Glenda berjalan mengikuti Malvin saat pria itu berbalik meninggalkannya menuju mobil.
"Tidak! Aku tidak mau!" Malvin berkeras. "Aku mohon, kalau perlu aku akan bekerja secara cuma-cuma untuk membayar semua utang-ku padamu. Aku bisa menjadi pembantu di rumahmu, aku bisa mencuci pakaian, mengepel, membersihkan rumah, dan aku juga bisa memasak." Glenda tak menyerah, bagaimanapun ia benar-benar tidak memiliki tujuan dan tempat bernaung untuk saat ini, dan mungkin satu-satunya cara agar ia bisa tetap aman bersembunyi dari Austin dan Anastasya hanyalah dengan cara tinggal bersama dengan Malvin. "Aku tidak mau! Apakah perkataan-ku kurang jelas?" Malvin menegaskan.
"Aku mohon, bantu aku sekali lagi." Glenda menarik tangannya, Malvin kesal dibuatnya. Dallen yang sejak tadi menunggu di mobil lalu beralih fokus saat ia melihat Glenda bersama dengan Malvin yang berjalan menghampirinya, ia melangkah keluar begitu melihat Glenda yang menarik-narik tangan Malvin. "Aku mohon, bantu aku sekali lagi." Glenda kembali memohon, hal itu membuat Dallen bingung dengan apa yang terjadi.
"Ada apa?" Tanya Dallen begitu mereka tiba dihadapannya, "kau tidak perlu tahu. Ayo kita pulang." Malvin berusaha tidak menghiraukan pertanyaannya, Dallen menoleh ke arah Glenda. Ia lantas bertanya apa yang tengah terjadi, dan Glenda mulai menceritakan semuanya. Dallen yang lagi-lagi tidak bisa mengabaikan hati nuraninya lalu berusaha membantu Glenda membujuk tuannya. Ia kemudian berbicara dengan Malvin dan membujuknya berulang kali, bersama dengan Glenda; hal itu berhasil membuat Malvin kesal sampai mau tidak mau akhirnya mengizinkan Glenda untuk ikut dengannya dan tinggal di rumahnya. Setelah mendapatkan izin dari Malvin, Glenda lalu masuk ke dalam mobil bersama dengan Dallen dan Malvin. Sejurus kemudian mereka melaju meninggalkan tempat parkir.
...*...
Rasanya masih seperti mimpi semua itu terwujud dalam hidupnya, balas dendam atas nama ayahnya dan merebut semua harta keluarga Elvaretta seraya melenyapkan seluruh anggota keluarganya hingga tak tersisa. Kini hidupnya berubah setelah bertahun-tahun dalam masa-masa sulit, dan kini semuanya berada dalam genggaman Austin. Rumah, harta, dan perusahaan Elvaretta Corp yang kini berada di puncak kejayaan atas kerja kerasnya. Tidak sia-sia selama tiga tahun ini ia bertahan dengan wanita gemuk yang bahkan untuk melihatnya saja ia jijik, karena setelah bersabar selama tiga tahun; semuanya menjadi miliknya. Ditambah lagi ia mendapatkan bonus wanita cantik nan seksi yang selalu bisa ia nikmati setiap hari, setiap inchi tubuhnya.
Austin melangkah keluar dari kamar mandi hanya dengan berbalutkan handuk yang melingkar di pinggangnya, ia menghampiri Anastasya yang berdiri didepan cermin dengan balutan kimono mandinya. "Kau lebih cantik saat hanya mengenakan kimono seperti ini," bisik Austin ditelinganya. Anastasya terkejut dengan kehadirannya yang secara tiba-tiba. "Kau mengejutkanku," kata Anastasya. Austin tersenyum simpul, wajah tampannya terpantul dari cermin dihadapannya.
"Ayo kita menikah, karena mulai sekarang tidak ada lagi yang akan mengganggu hubungan kita," bisik Austin ditelinga Anastasya.
"Masih terlalu cepat, apalagi Glenda dan ibunya baru saja menghilang beberapa hari yang lalu. Kalau kita langsung menggelar pernikahan, orang-orang akan curiga. Apalagi kalau pengacara keluarga mereka sampai tahu, dia pasti akan menyadari kalau ada yang tidak beres." Jawab Anastasya. "Kalau begitu kita buat pernikahan tertutup saja, setelah itu kita buat pernikahan besar-besaran nanti setelah cukup untuk mengulur waktu. Aku sudah tidak sabar ingin menjadikanmu milikku, dengan begitu aku bisa bercinta denganmu setiap malam." Austin menciumi tengkuk Anastasya dari arah belakang.
"Pikiranmu benar-benar mesum, memangnya tidak cukup kita melakukannya beberapa kali selama ini?" Anastasya berbalik membuat Austin berhenti, wanita itu memegangi wajah Austin dan menatapnya dari jarak yang begitu dekat. "Kau terlalu menggoda, aku tidak akan pernah puas hanya melakukannya beberapa kali denganmu. Aku ingin bersamamu selamanya, kau milikku, dan tidak boleh ada pria lain yang menyentuhmu. Maka dari itu… aku harus menjadikanmu milikku selamanya." Austin menatapnya lekat, dibawah sana tangannya bergerak menyelinap diantara belahan kimono yang membalut tubuh Anastasya. Wanita itu mendesis saat tangan berurat pria itu memelintir ujung dadanya, apalagi saat tangannya terus meremasnya bagaikan memainkan sebuah balon yang diisi dengan air.
"Jangan mulai." Anastasya berusaha menolaknya, ia sudah terlalu lelah melakukannya; apalagi mereka sudah melakukannya berulang kali selama semalaman lamanya. Sialnya setiap kali ia menolak, Austin selalu lebih berani memulainya. Anastasya berusaha mendorong tubuh Austin saat pria itu menyelinapkan tangannya yang lain memasuki bagian bawah kimono-nya, dan bermain dengan dua jarinya di sana. "Ngh…" Anastasya melangkah mundur dan terjebak diantara cermin yang ada dibelakangnya, Austin memulai permainannya. Menciumi tubuhnya sementara tangannya terus bermain di kedua area sensitifnya, Anastasya hanya bisa diam menikmati permainannya.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments