...***...
Hujan yang mengguyur bagian puncak membuat mereka mau tidak mau harus membatalkan acara grand opening villa yang baru selesai dibangun beberapa waktu lalu itu. Para tamu undangan mau tidak mau, terpaksa harus pulang karena cuaca yang buruk luar biasa. Malvin Islwyn, harus menelan kekecewaan karena harus pulang dengan tangan kosong setelah ia membuang-buang waktunya di acara Ronald, pria yang menjadi teman dekat sekaligus orang yang mengundangnya datang dalam acara grand opening villa miliknya di puncak. Malvin yang semula ingin melihat seberapa mewahnya villa yang dibuat temannya sekalian hendak memasukkan beritanya di redaksi miliknya terpaksa harus pulang bersamaan dengan para reporter-nya akibat hujan yang tidak mendukung berlangsungnya acara.
Hari mulai gelap, Malvin terdiam di jok belakang sembari memijat perlahan keningnya yang terasa pening akibat harus menelan kekecewaan yang ia rasakan, sia-sia ia datang jauh-jauh ke puncak tapi tidak mendapatkan apa-apa. Walau begitu, ia berharap semoga saja salah satu reporter-nya berhasil mengambil setidaknya satu gambar di bagian villa itu agar bisa masuk dalam beritanya; ya, walaupun sebenarnya ia juga bisa mengambil gambarnya saat acara grand opening itu resmi di buka setelah mengalami kemunduran. Dallen Curt, supir, asisten, tangan kanan, sekaligus orang kepercayaan Malvin itu melirik kearahnya lewat spion tengah. Pria itu hanya bisa diam tak bersua saat melihat wajah atasannya ditekuk. Dallen yang mengemudikan mobil lalu menghentikan laju mobilnya sejenak, hal itu membuat Malvin di sana mendongak menatap ke arahnya lewat spion. "Ada apa?" Tanyanya saat menyadari mobilnya itu berhenti melaju di tengah jalanan curam bercabang, jalanan cukup gelap, ditambah becek dan cukup terjal juga.
"Sepertinya kita tidak bisa melewati jalur semula tuan karena medannya yang cukup terjal ditambah jalan yang basah karena hujan dan gelap, bisa-bisa kita celaka dan jatuh ke jurang. Bagaimana kalau kita lewat jalan sebelahnya? Tapi… kalau kita memotong jalan mungkin kita akan memakan waktu lebih lama untuk tiba di rumah." Dallen menjelaskan, ia melirik pada Malvin.
"Hal seperti itu tidak perlu kau tanyakan padaku. Lakukan saja, asalkan kita bisa pulang dan tiba dengan aman."
"Baik tuan." Dallen melajukan lagi mobilnya, berbelok ke arah lain dan mengemudikannya mengitari jalan utama.
...*...
Glenda membuka kedua manik matanya perlahan, pandangannya mengabur; ia tidak bisa melihat dengan jelas. Air menetes membasahi seluruh tubuhnya, termasuk wajah dan matanya yang perlahan bisa melihat pemandangan sekitar. Gelap, itulah yang ia lihat saat ini. Tidak ada hal lain selain kegelapan yang menyelimutinya. Glenda meringis kesakitan saat ia merasa seluruh tubuhnya merasakan nyeri luar biasa akibat terjatuh dari atas jurang di sana. Glenda bangun secara perlahan, ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling. "Ma…" panggil Glenda sembari mengedarkan pandangannya, tak ada jawaban; yang didengarnya hanya gemercik air yang turun membasahi pepohonan dan daun-daun disekelilingnya.
"Mama!!" Glenda berteriak, ia bangun dari posisinya; bertumpu pada pohon yang paling dekat dengannya. "Mama!!!" Sekali lagi, dan tidak ada jawaban sama sekali. Glenda mulai menangis, ia benar-benar kehilangan satu-satunya orang yang ia percaya sekarang ini. Entah dimana orang-orang yang semula menculiknya itu menjatuhkan Fidela, tapi yang pasti Glenda benar-benar tidak bisa menemukan siapa-siapa kecuali dirinya. Glenda tertatih, berjalan terseok-seok mencari jalan keluar dari dalam hutan. Ia melangkah mengikuti cahaya kilat yang saling menyambar satu sama lain, saling bersahut-sahutan dengan suara nyaringnya yang luar biasa menginterupsi gendang telinganya. Dengan seluruh tubuh yang sakit, ia terus melangkah bertumpu dari pohon yang satu ke pohon yang lain. Jalan semakin lebat dipenuhi pohon dan tanaman, Glenda menerobos dan terus berjalan hingga menemukan jalanan beraspal tua yang tampaknya jarang dilewati. Ia melangkah, tersungkur jatuh dengan tubuhnya yang semakin lecet.
Glenda tak menyerah, ia terus berjalan tak tentu arah. Sesekali ia berteriak meminta tolong; berharap seseorang mendengar suaranya. Tapi hujan terlalu lebat meredam suaranya, Glenda hampir putus asa. Ia menangis tersedu, Glenda jatuh terduduk di tengah jalan. Tunangannya selingkuh, sahabatnya mengkhianatinya, harta keluarganya dirampas, dan ibunya hilang entah kemana. Semuanya terjadi secara bersamaan menyisakan dirinya seorang dalam balutan hujan, tak ada yang mendengarkan suaranya. Tak peduli seberapa kencang ia berteriak, dan tak peduli seberapa jauh ia melangkah. Pada akhirnya… ia tetap sendirian.
Perhatian Glenda tersita oleh cahaya yang tiba-tiba bersinar diantara kegelapan jalan, Glenda menoleh. Ia berusaha bangkit, cahaya yang dilihatnya itu semakin terang seiring dengan jarak mereka yang semakin mendekat. Glenda merentangkan kedua tangannya dan berdiri tegap diantara cahaya yang dilihatnya, perlahan ia bisa melihat dengan jelas asal cahaya itu; yang ternyata berasal dari mobil yang berusaha menerobos lebatnya hujan. Saat si pengemudi melihatnya berdiri ditengah jalan dengan merentangkan tangan, mobil itu berhenti mendadak tepat sekitar tiga meter dari arah Glenda berdiri.
"Apa yang kau lakukan?" Malvin di dalam mobil itu melirik ke arah Dallen. "Ada seorang wanita, tuan. Dia berdiri di tengah jalan," kata Dallen seraya menunjuk ke arah Glenda di luar mobilnya. Malvin menoleh sekilas. Wanita itu berjalan menghampiri mobil mereka, mengetuk-ngetuk pelan mobil mereka seraya menangis. Ia mengetuk jendela pintu mobil yang di duduki Dallen.
Dallen menoleh melihat Glenda dengan wajah keputusasaannya yang kini menangis dengan tangan memohon, mulutnya berusaha mengisyaratkan padanya kalau ia membutuhkan bantuan. "Tuan, sepertinya dia baru mengalami kecelakaan atau semacamnya, bagaimana kalau kita bantu dia?" Dallen tak ingin mengabaikan hati nuraninya, jujur saja melihat Glenda di luar sana berhasil membuat hatinya terenyuh. "Jalan saja!" Malvin tak peduli.
"Tapi tuan…"
"Aku bilang jalan saja. Jangan membawa orang di jalanan. Sudah, jangan hiraukan dia dan terus jalan!" Kata Malvin yang kemudian melipat kedua tangannya didepan dada seraya memejamkan matanya, bersandar pada sandaran jok mobil yang ditempatinya. Dallen terdiam sejenak, ia beralih pandang ke arah Glenda dan memperhatikannya, ia ingin harus mengikuti perintah tuannya. Tapi ia juga tidak ingin mengabaikan hati nuraninya yang sangat ingin menolong Glenda. "Jalan!" Malvin menekan kalimatnya. Dallen diam sesaat, tangannya bergerak hendak melajukan mobilnya lagi. Tapi ia berubah pikiran dan memilih untuk tidak menghiraukan ucapan dari tuannya, Dallen membuka pintu mobilnya untuk membantu Glenda. Aksinya berhasil membuat Malvin yang melihatnya itu tersentak kaget, ia benar-benar tidak habis pikir dengan Dallen yang sama sekali tidak menghiraukan perintahnya. "Aku mohon… bantu aku…" Glenda memohon pada Dallen seraya menangis tersedu dihadapannya. Dallen memperhatikan Glenda dihadapannya.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Sky
crazy up dong Thor!!
2022-02-15
0
Sky
semangat terus authorku tercintah
2022-02-15
0
Sky
lanjut
2022-02-15
0