Change XII

...***...

Austin merekahkan senyumannya memandangi beberapa lembar kertas yang dipegangnya. Hanya satu langkah lagi, maka usahanya akan segera berakhir. Apa yang ia nanti-nantikan selama ini akan segera terwujud, "sekarang, aku hanya perlu meminta tanda tangan darinya. Setelah itu selesai," gumam Austin.

...*...

"Seperti yang sudah aku bicarakan sebelumnya kalau aku ingin meminta tanda tanganmu," kata Austin begitu ia mendaratkan bokongnya di sofa yang ada di ruang tengah. Di sampingnya Glenda terduduk seraya mendengarkan. Austin menaruh berkas ditangannya ke atas meja, ia menyodorkan pulpen yang dibawanya pada Glenda. "Kau bisa menandatanganinya 'kan?" Austin memastikan.

"Tentu saja, itu bukanlah hal yang sulit. Lalu dimana saja aku harus tanda tangan?" Glenda menoleh ke arah berkas di meja. Austin membuka berkas tersebut, ada beberapa lembar kertas di sana yang saling bertumpuk satu sama lain dengan bagian atasnya di tutupi dengan kertas putih polos. "Tidak perlu kau baca, langsung kau tanda tangan saja," kata Austin.

"Tapi memangnya ini berkas apa, sayang?" Tanya Glenda menaikkan sebelah alisnya bingung. "Ini hanya berkas kantor biasa, tidak terlalu penting. Maka dari itu kau tidak perlu membacanya, langsung tanda tangan saja." Austin tersenyum simpul ke arahnya.

"Baiklah," ucap Glenda yang kemudian menandatangani berkas itu satu persatu dengan pengawasan Austin. "Apakah ada yang harus aku tanda tangani lagi sayang?" Tanya Glenda begitu ia selesai menandatangani berkas-berkas yang diminta oleh Austin. "Tidak ada sayang. Terima kasih karena kau sudah bersedia menandatangani semua ini." Austin menjawab sembari tersenyum manis.

"Bukan masalah, kalau ada berkas lain. Kau tinggal bicara saja padaku."

"Baik, kau tidak perlu cemas." Austin merangkul pundak Glenda dan merebahkan kepala wanita itu dada bidangnya. Selangkah lebih maju, ia sudah berada satu langkah lebih maju dan semua yang ia usahakan selama ini sudah berada tepat di depan matanya. Ia hanya tinggal menunggu momen yang pas untuk mengakhiri hubungannya dan menjalankan rencana terakhirnya. Austin, saat ini dirinya tengah berada di rumah Glenda, setelah beberapa waktu lalu ia datang untuk mengambil sertifikat rumah, perusahaan dan aset-aset berharga lainnya milik Glenda dan membalik namakan jadi atas nama dirinya tanpa sepengetahuan Glenda, akhirnya sekarang ia hanya perlu menunggu sebentar sampai semua rencana terakhirnya benar-benar matang.

...*...

TING-TONG~

Pintu apartemennya itu berbunyi, Austin yang baru saja hendak membuat sarapan lalu beralih pandang. Pria itu melenggang menuju pintu masuk untuk mengecek siapa yang berkunjung ke tempatnya di pagi-pagi seperti saat ini. Tiba di depan pintu, Austin membuka pintu masuk dan mendapati Anastasya yang berdiri di sana. Begitu pintu terbuka, Anastasya spontan memeluknya erat. "Akhirnya weekend datang juga, aku sangat merindukan saat-saat kita menghabiskan waktu bersama sepanjang hari," bisik wanita itu tepat ditelinganya. Austin melerai pelukannya menatap wanita itu dalam jarak yang amat dekat. "Kau sangat cantik hari ini sayang." Austin membelai rambutnya. Tanpa aba-aba lebih dulu, Anastasya mendaratkan sebuah kecupan di bibir Austin membuat pria itu terkejut.

"Aku memang cantik, apakah kau tidak menyadarinya?" Anastasya berjalan masuk ke dalam apartemen Austin. Melemparkan tas yang dibawanya asal ke arah sofa lalu berjalan menuju ruang dapur. Austin yang masih terdiam di sana lalu menoleh ke arah wanita yang baru saja mencuri kecupan darinya. Ia menaikkan sebelah sudut bibirnya kemudian menutup pintunya pelan tanpa sadar pintunya tidak di tutup dengan benar. "Kau sudah membuat kesalahan dengan memulainya nona." Austin menghampiri Anastasya. Anastasya yang menyadari Austin mengejarnya bergegas berlari.

"Kau tidak akan bisa kabur," Austin mengejarnya.

"Haha… kau justru yang tidak akan bisa menangkap ku." Anastasya terus berlari.

...*...

Glenda meminta supir taksi itu untuk berhenti di depan apartemen yang ditempati Austin. Ia melangkah keluar dengan sebuah kotak berisi makanan yang dibuatnya untuk Austin. Sudah lama ia tidak berkunjung ke apartemen Austin ketika weekend seperti saat ini, apalagi Austin akhir-akhir ini sangat sibuk sampai-sampai weekend saja tidak memiliki waktu untuk menghabiskan waktu bersama dengannya. Pintu lift terbuka begitu Glenda tiba di lantai tempat dimana Austin tinggal, ia melangkah keluar dari dalam lift. Berjalan sebentar menyusuri koridor sampai akhirnya tiba di depan pintu apartemen Austin. Glenda hendak memencet bel yang ada di sana, tapi atensinya sudah lebih dulu tersita oleh pintu yang ternyata tidak dikunci dan sedikit terbuka, menampakkan celah kecil. "Tidak di kunci?" Glenda meraih kenop pintunya dan mendorongnya perlahan.

"Austin, sayang?" Glenda memanggil namanya. Tapi sama sekali tidak ada jawaban. Glenda melangkah masuk secara perlahan dan menutup pintunya pelan, tidak ada siapa-siapa di sana. Keadaan begitu tenang, "aneh, kenapa pintunya terbuka? Apakah ada seseorang yang menerobos masuk kemari?" Glenda merasa ada yang tidak beres. Glenda melangkah menuju ruang dapurnya lebih dulu, menaruh makanan yang dibawanya ke atas meja yang ada di sana; detik berikutnya ia melangkah menaiki lantai dua untuk mengecek Austin. Saat tengah menaiki tangga, Glenda secara samar-samar mendengar suara seorang wanita dari arah kamar Austin, ia memperlambat langkah kakinya. Jantungnya tiba-tiba saja memburu, berdebar tak karuan bersamaan dengan keringat yang mulai mengucur keluar dari pori-pori kulitnya.

Glenda menghampiri pintu kamar Austin yang sedikit terbuka, ia tidak bisa melihat dengan jelas apa yang tengah terjadi di dalam sana; tapi bisa dengan jelas ia mendengar suara wanita di dalam sana. Glenda terdiam ditempatnya, entah kenapa Glenda merasa cukup familiar dengan suara wanita yang didengar olehnya. Perasaan tidak enak tiba-tiba menghampirinya saat suara itu semakin jelas terngiang ditelinganya. Glenda menelan saliva-nya susah payah, dengan tangan gemetar dan jantung yang semakin berdebar; ia mendorong perlahan pintu dihadapannya hingga pintu itu bergerak dan menampakkan dengan jelas apa yang tengah terjadi di dalam sana. Glenda terbelalak, kedua matanya membulat, jantungnya semakin berpacu, napasnya tiba-tiba saja terasa sesak, dan tubuhnya dalam seketika terpaku membatu ditempatnya berada saat ini, saat ia melihat apa yang tengah berlangsung di dalam sana. Otak Glenda masih berusaha memproses setiap kejadian yang dilihatnya, rasanya seperti mimpi saat ia melihat semua itu tepat di depan matanya. Pria yang dicintainya dan berstatus sebagai tunangannya selama tiga tahun, tengah bercumbu di atas ranjang tidurnya dengan wanita lain, yang paling parahnya wanita itu adalah Anastasya; sahabatnya sendiri sejak masih SMA. Mereka bercumbu bahkan tanpa kain yang menutupi tubuh mereka.

Kedua mata Glenda berkaca-kaca menahan rasa sakit luar biasa yang ia rasakan sekarang.

...***...

Terpopuler

Comments

Lisa Haruna(Izin hiatus guys)

Lisa Haruna(Izin hiatus guys)

Glenda sabar,putuskan saja austin.sahabat kok jahat

semangat nulis eps baru,thor

2022-07-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!