Sesuai kesepakatan, hari ini Glenda berangkat bersama Daddynya ke restoran. Mommynya menyiapkan sarapan untuk mereka, tetapi Vigor harus buru-buru ke restoran. Ada beberapa barang yang tiba-tiba datang lebih awal dari biasanya.
"Honey, maafkan aku. Mendadak mereka mengabari jika pagi ini ada barang datang. Walaupun bukan aku yang langsung ke lapangan, tetapi mereka butuh tandatanganku," ucapnya pada sang istri.
"Iya, honey. Tidak masalah. Setidaknya makanlah roti selai dulu untuk mengisi perutmu. Glenda sayang, lekaslah. Daddymu buru-buru," teriaknya pada putrinya.
"Iya, Mom. Sebentar lagi Glenda siap," ucapnya sembari meletakkan baju kotor di keranjang baju dekat mesin cuci.
Vigor hanya menikmati selembar roti selai dan secangkir kopi yang sudah tidak panas. Secepatnya dia menuju ke mobil sembari menunggu putrinya. Berselang sebentar saja, Glenda sudah masuk ke kursi penumpang.
"Sudah siap, Tuan Vigor. Bisa kita berangkat sekarang?" canda Glenda.
"Hemm, aku Daddymu, sayang. Bukan atasanmu!" protes Vigor yang mulai menjalankan mobilnya.
"Daddy tetaplah atasanku di restoran. Selain kita masih satu keluarga, kita juga partner kerja, loh. Atasan dan bawahan. Ini sangat lucu sekali, Daddy. Kapan Glenda keluar dari persembunyian yang menyayat hati ini?" canda gadis itu.
"Tunggu sampai seorang lelaki datang melamarmu dan tidak melihat siapa sebenarnya dirimu. Daddy akan mengatakan yang sebenarnya pada lelaki itu." Vigor sangat bersungguh-sungguh dengan ucapannya.
"Ayolah, Dad. Mana ada yang seperti itu?" ucap Glenda.
"Pasti ada. Kamu jangan khawatir." Vigor selalu memberikan semangat pada putrinya.
Pagi ini, Glenda datang lebih awal. Keberuntungan berada dipihaknya karena tidak banyak yang tahu jika dia berangkat satu mobil dengan atasannya sekaligus Daddynya.
Glenda langsung masuk ruangan yang telah disediakan beberapa loker untuk menyimpan tas dan mengganti pakaiannya dengan seragam restoran. Rasanya hidupnya akan berubah seperti beberapa temannya yang sudah memiliki pasangan. Mereka bisa jalan berdua, nonton bareng, makan malam bersama, dan semua hal yang membahagiakan. Sayang, Daddynya belum mengizinkan untuk melakukan semua itu. Mereka sebatas boleh bertemu dan selalu dalam pemantauan.
"Hai, Glenda. Tumben kamu datang lebih awal? Atau jangan-jangan kamu penasaran dengan pengirim buket mawar itu, yah? Sudahlah, buat aku saja. Kamu cantik pasti banyak lelaki yang naksir selain dia," ucap salah seorang teman kerjanya.
"Benar, Glenda. Walaupun sama-sama pelayan, kamu sangat cantik. Sebaiknya mengalah saja dari kami," sahut teman lainnya.
"Maaf, aku tidak pernah memaksa siapapun untuk suka atau peduli denganku. Tentang lelaki yang kalian maksud, biarkan dia memilih. Bukan aku juga yang berhak menentukan," balas Glenda.
"Baiklah, kalau begitu kita bersaing secara sehat," sahut temannya yang lain.
Oh ya ampun, setampan apa lelaki itu sampai mereka semua ikut berebut untuk mendapatkannya?
Glenda telah selesai dengan seragam pelayannya. Dia tidak ingin meladeni rekan kerjanya yang sedang membahas lelaki itu. Dia lebih memilih ke depan dan menunggu pelanggan restoran walaupun belum waktunya untuk masuk kerja.
Sepertinya keberuntungan berada di pihaknya. Seorang lelaki memakai jas kerja lengkap dan kacamata hitam yang dibicarakan rekan kerjanya kemarin datang mendekat. Di tangannya nampak dua buah bungkusan yang Glenda juga tidak tahu apa isinya.
Sementara Darsh, jantungnya seperti melompat keluar menuju gadis itu. Dipikirannya, gadis itu akan datang agak siang seperti kemarin, tetapi malah lebih pagi dan sekarang berada di depannya.
Lelaki dan gadis itu nampak kikuk ketika berhadapan. Untuk mencairkan suasana, Darsh berusaha lebih dulu menyapanya. Hari ini, dia juga tidak boleh terlambat ke kantor.
"Hai, Glen," sapa Darsh.
Glenda berusaha mengingat siapa sebenarnya lelaki di hadapannya itu? Sepertinya sangat tidak asing untuk Glenda. Darsh yang merasa diperhatikan, menatap gadis itu secara intens dibalik kacamata hitamnya.
"Hai, kamukah Mr. D itu?" tanya Glenda. Rasa penasarannya sudah tidak bisa dibendung lagi.
Darsh tidak langsung menjawab. Dia malah memberikan dua box untuk gadis itu.
"Maaf, aku tidak bisa berlama-lama di sini. Aku hanya mengantar ini untukmu." Darsh meletakkan di meja resepsionis yang saat ini Glenda berada di sana.
Ketika Darsh hendak berbalik untuk melanjutkan perjalanannya, Glenda berusaha menahannya. Dia tidak ingin kalah dengan beberapa rekan kerjanya yang memaksa untuk menyerahkan lelaki itu pada mereka.
"Tunggu, Mr. D! Siapa sebenarnya dirimu?" tanya Glenda.
"Panggil saja, D. Itu akan lebih baik, Nona." Darsh berbalik arah, tetapi Glenda terus memaksanya.
"Kamu tidak ingin mengenalku?" Tawaran Glenda sebenarnya sangat menarik, tetapi Darsh belum siap bertatapan langsung dengan gadis itu.
"Katakan siapa namamu?" tanya Darsh yang posisinya memunggungi gadis itu.
"Glenda A__" Hampir saja Glenda menyebutkan nama keluarganya.
"Terima kasih, lain waktu kita bicara lagi," ucap Darsh hendak keluar dari restoran itu. Secepatnya dia harus pergi ke kantor.
"Tunggu! Jangan buat aku penasaran atau aku tidak akan mau mengenalmu lagi," ancam Glenda. Dia bukan gadis agresif, tetapi rasa penasarannya membuat Glenda nekat.
Langkah Darsh terhenti. Gadis itu mulai memberikan sinyalnya. Sepertinya ini akan lebih cepat dari dugaannya. Darsh sebenarnya ingin berbalik arah, tetapi gadis itu lebih cepat mendekatinya.
Glenda mengulurkan tangannya untuk sekadar berkenalan dengan lelaki misterius itu.
"Glenda ... dan terima kasih untuk beberapa bingkisannya," ucapnya dengan tangan yang masih terulur.
Darsh ingin menyembunyikan dirinya terlalu lama, tetapi melihat suasana restoran yang mulai ramai dan tidak ingin melewatkan kesempatan, Darsh membalas jabatan tangan gadis itu.
"Darsh," ucapnya kemudian lekas melepas tangan gadis itu.
Glenda merasa kagum pada lelaki itu. Dilihat dari wajahnya yang tertutup kacamata hitam saja sudah sangat tampan. Bagaimana kalau kacamata itu dilepas? Glenda tidak mempunyai keberanian untuk itu.
"Sepertinya kamu sangat terburu-buru, Darsh. Tunggulah sebentar, aku akan memberimu sesuatu sebagai ucapan terima kasih untuk buket bunga dan beberapa bingkisan hari ini." Glenda lari ke meja dan mengambil kertas serta bolpoin untuk menuliskan sesuatu. Setelah selesai, dia kembali mendekati Darsh.
Darsh diam menunggu. Dia mulai merasa aneh diperhatikan seperti ini oleh Glenda. Gadis itu memberikan selembar kertas kecil di tangannya. Darsh tidak ingin berlama-lama menyembunyikan dirinya. Dia sengaja melepas kacamatanya di hadapan Glenda.
"Kamu?" Glenda terkejut. Darsh adalah lelaki aneh yang memesan beberapa makanan dari restorannya beberapa hari yang lalu.
Untuk meminimalisir keterkejutan Glenda, Darsh sengaja menutup bibir gadis itu dengan jari telunjuknya.
"Maaf, Glenda. Ini pertemuan kedua kita. Aku minta maaf, tetapi aku buru-buru." Darsh secepatnya meninggalkan restoran itu. Dia tidak ingin membuat keributan di sana.
Glenda sendiri masih merasa syok dengan kenyataan bahwa Mr. D pernah membuatnya berpikir macam-macam tentang lelaki itu. Apalagi kenyataannya waktu itu penampilan lelaki itu sangat berbeda dengan hari ini. Dia terlihat lebih tampan dan berkharisma. Glenda tersenyum mengingat wajah Darsh.
🍑🍑🍑🍑🍑🍑🍑🍑🍑🍑🍑🍑🍑🍑
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
Agustina Kusuma Dewi
ohhh.. melting gue.. othor..please Visual D kasih yg berjemeja jas yo.. please🤤🤤🤤🙏🙏🙏
2022-02-18
1
Ayu Ningrum
lnjuuutt bnr2 bikin pnasaran😘😘😘😘
2022-02-18
1
Nafisa Izza azzahra
yesss semangat drash
2022-02-18
0