Gadis manis yang memiliki rambut sedikit keriting baru saja keluar dari restoran. Dia sudah mengganti seragam pelayan dengan baju gantinya. Dia adalah Glenda Abraham, tetapi teman-temannya hanya mengenal identitas Glenda tanpa embel-embel Abraham.
Glenda memegang erat buket bunga yang didapatnya sejak pagi. Dia akan membawanya pulang ke rumah.
Zelene sudah menunggunya di depan restoran sesuai waktu yang telah disepakati
"Hai, sayang. Wah, cantik sekali bunganya. Siapa yang memberikannya?" selidik Mamanya.
"Entahlah, Ma. Dari secret admirer pertamaku," jawabnya polos. Memang kenyataannya Vigor over protektif terhadap putrinya.
"Oke, simpan dulu di jok motor. Nanti, Mama siap menginterogasi. Oke, sayang?"
"Oke, Ma. Silakan," jawab Glenda semangat.
Glenda memakai helm yang diberikan Mamanya setelah memasukkan buket bunga itu. Setelah selesai, barulah Zelene mengemudikan motornya. Sepanjang jalan dia terlihat sangat santai, tetapi ada yang mengganjal di benaknya. Sebuah mobil warna hitam mengikutinya terus ketika berada di jalan besar. Sepertinya mobil itu sengaja membuntutinya.
Zelene tidak kehabisan akal. Dia harus mencari gang sempit untuk mengecoh mobil itu.
Glenda terkejut pada kelakuan Mamanya. Kenapa tiba-tiba harus keluar masuk gang sempit seperti ini?
"Ma, kenapa tidak lewat jalan biasanya?" tanya Glenda sedikit berteriak.
Zelene tidak menjawabnya. Dia fokus pada motornya supaya lekas sampai rumahnya.
Glenda sepertinya mulai tidak aman. Sebaiknya aku minta Daddy untuk mengajaknya pulang pergi dengan satu mobil yang sama.
Melewati gang membuat rute perjalanan Zelene sedikit lebih jauh dari biasanya. Motornya sudah memasuki halaman rumahnya dan berhenti tepat di depan garasi.
Zelene memarkirkan motornya di sana. Tak lupa, dia membuka joknya dan menyerahkan buket bunga mawar itu.
"Terima kasih, Ma. Oh ya, kenapa tadi Mama terburu-buru dan mengganti rute perjalanan kita secara mendadak?"
Zelene masuk ke rumah diikuti putrinya.
"Ada mobil warna hitam yang membuntuti kita, Sayang. Mommy hanya khawatir saja," ucap Zelene.
"Mommy jangan khawatir. Mungkin rute mobil itu sama dengan arah kita. Perasaan Mommy terlalu berlebihan," balas Glenda. Gadis itu langsung masuk ke kamarnya dan meletakkan buket bunga indah itu di meja riasnya.
Wah, Mr. D. Jangan buat aku penasaran! Siapa sebenarnya dirimu?
Hati Glenda sangat berbunga-bunga. Impiannya mendapatkan lelaki romantis bisa terwujud. Buktinya, lelaki itu mengirim buket bunga untuknya. Modelnya juga sangat berkelas.
Tok tok tok.
"Masuk!" jawab Glenda.
Ceklek!
Mommynya masuk dengan rasa penasarannya. Wanita paruh baya itu ingin tahu informasi tentang pengirim buket bunga itu.
"Sayang, siapa pengirimnya?" tanya Zelene.
"Dari Mr. D, Ma," jawab Glenda.
Inisial yang aneh. Kenapa aku malah teringat nama Dizon, suami dokter Olivia yang aneh itu. Setelah pergi ke luar negeri, kakak ipar juga tidak tahu kabarnya. Apalagi Kayana yang tiba-tiba menghilang. Ish, amit-amit. Dizon kan sudah tua. Mana mungkin dia mengirimkan buket bunga untuk anakku yang masih belia Ini. Oh astaga, kenapa aku masih saja kesal pada pria itu? Padahal Kak Sean sudah melupakannya dan membiarkan dia berbahagia.
"Hai, Mom. Kenapa melamun seperti itu?" tanya Glenda.
"Mommy minta maaf, Sayang. Mommy teringat sesuatu dengan inisial D, tetapi lupakan saja. Mana mungkin dia orangnya. Lagipula dia sudah sangat tua sekali," ucapnya.
"Siapa, Mom? Mantan kekasih Mommy?" tanya Glenda.
"Bukan, Sayang. Hanya orang aneh yang pernah berseteru dengan Om Sean. Lupakan saja! Mommy sebenarnya sudah lupa, tetapi inisial D mengingatkan Mommy padanya."
Glenda bisa tersenyum lega sekarang. Tidak mungkin secret admirernya itu orang tua atau mungkin pria lanjut usia. Terasa konyol, bukan?
...***...
Di tempat lain, seorang lelaki sedang kesal. Dia memukul setir mobilnya sebagai wujud pelampiasan karena tidak berhasil membuntuti gadis incarannya. Dengan susah payah dia meminta izin untuk pulang lebih awal demi mendapatkan alamat gadis itu.
"Mamanya ternyata keren. Dia sadar kalau sedang dibuntuti. Siapa sebenarnya gadis dan wanita paruh baya itu? Sepertinya bukan orang biasa," gerutu Darsh. Padahal dia sengaja mengikuti dengan perlahan, tetapi wanita paruh baya itu cepat sekali menyadari keberadaannya.
Darsh semakin yakin pada gadis itu. Dia pasti sejajar dengan dirinya. Mungkin saja karena suatu sebab, orang tuanya sengaja merahasiakan jati dirinya.
"Aku semakin penasaran padamu, Glen. Kenapa sulit sekali mendapatkanmu?" ucap Darsh.
Darsh memutar mobilnya, tetapi bukan ke arah tempat tinggalnya melainkan ke rumah Frey. Dia ingin menghibur diri di sana.
Tak butuh waktu lama, mobilnya memasuki halaman rumah Frey. Lelaki itu pasti berada di rumah.
Darsh menekan bel rumah itu. Tak menunggu lama, pemilik rumah langsung membukanya. Siapa lagi kalau bukan Frey. Orang tuanya jarang berada di rumah.
"Hai, Tuan CEO. Sepertinya Anda salah alamat," sapa Frey.
"Aku hanya ingin bermain ke sini. Aku sengaja mampir," jawabnya. Darsh mengikuti Frey ke ruangan biasanya. Hanya ada dua lelaki itu karena sahabatnya yang lain tidak tahu kedatangan Darsh yang sangat mendadak.
"Kamu sedang ada masalah, Darsh?" selidik Frey. Sudah biasa lelaki itu selalu mencari teman untuk mencairkan suasana hatinya yang sedang kacau. Darsh itu persis Papanya. Walaupun dia ada masalah, jarang sekali mau membagi keluh kesahnya pada orang lain. Darsh tipikal lelaki yang bisa menyimpan rahasia dengan sangat baik.
"Tidak, Frey. Aku kebetulan lewat. Pikirku sekalian mampir mumpung aku belum terlalu sibuk ke kantor. Papaku masih memberikan kebebasan sampai enam hari ke depan."
Frey hendak pergi mengambil minuman, tetapi Darsh mencegahnya.
"Aku tidak lama, kok. Cuma sebentar," ucapnya.
Frey duduk kembali ke kursinya. Dia menatap lekat wajah sahabatnya. Dia berusaha mencari jawaban atas pertanyaannya barusan.
"Kamu yakin tidak ada masalah? Katakan saja! Aku bisa tutup mulut, kok," ucap Frey.
Memang benar, Frey sahabat terbaik Darsh sejak kecil. Namun, mengenai Glen, Darsh tidak ingin banyak orang tahu kecuali keluarganya. Bukan maksud untuk menyembunyikan kenyataan itu, tetapi menurut Darsh semakin sedikit orang yang tahu akan semakin baik sampai Darsh bisa mendapatkannya.
"Iya, Frey. Aku hanya mampir," jawabnya lelah.
Keduanya sempat diam sekitar lima menit, barulah Frey memulai pembicaraannya lagi.
"Apa kamu sudah menyampaikan pada Om Dizon mengenai ucapanku tempo hari?" tanya Frey.
"Oh, soal itu. Aku belum mengatakannya sama sekali. Tunggu, setelah seminggu aku bekerja, baru aku akan mengatakannya. Tolong bersabar sebentar, ya. Aku masih menyesuaikan diri dengan pekerjaan di kantor Papa."
"Oke, tidak masalah, Darsh. Sebelumnya, terima kasih," balas Frey.
Apa aku coba bertanya padanya saja? Aku termasuk tipe romantis atau tidak? Rasanya memaksa romantis seperti robot kehabisan batre yang dipaksa untuk berjalan. Kaku!
"Frey, aku ingin bertanya padamu. Tolong katakan dengan jujur."
"Ya, katakan saja!" Frey menyandarkan badannya pada sofa.
"Menurutmu, aku ini termasuk yang romantis apa bukan?"
Spontan Frey langsung menertawakan sahabatnya. Terdengar sangat lucu dengan pertanyaan itu.
"Kenapa kamu malah tertawa? Aku serius bertanya seperti itu." Darsh berharap mendapatkan jawaban.
"Hai, manusia kulkas. Dimana-mana yang namanya manusia kulkas itu tidak ada romantisnya sama sekali. Terasa sangat aneh jika manusia sepertimu mendadak bisa romantis. Itu saja menurut pengamatanku," jawab Frey.
Ucapan Frey ada benarnya. Dia berusaha membeli buket bunga itu padahal tidak bisa romantis. Dia memaksa menulis pesan singkat menggunakan inisial, itupun seperti robot berjalan. Tidak romantis sama sekali!
🍅🍅🍅🍅🍅🍅🍅🍅🍅🍅🍅🍅🍅🍅
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
Rani Ri
manusia kulkas 4 pintu 🤣🤣🤣🤣🤣
2022-03-16
1
Lee Shan-ti
betul mamy zelena cm itu titisan nya om dizon..hehehe..
2022-03-05
0
Mbak Rin
bisa az mr D ni
2022-02-15
1