"Apakah orang yang Daddy maksud itu sama dengan yang Mommy maksud?" tanya Glenda.
"Iya, sayang. Mommy dan Daddy hanya kenal satu orang itu yang aneh. Inisialnya sama persis dengan pengirim bunga mawar itu, tetapi mana mungkin orang itu. Lagipula dia sudah cukup tua untuk bersikap romantis," ucap Zelene.
"Sudah tua, Mom? Mana mungkin, ih. Glenda juga nggak mau kenal sama kakek-kakek," candanya.
Semua keluarga Abraham kompak menertawakan Dizon Damarion. Mereka sadar jika putrinya telah masuk ke dalam rasa penasarannya mengenai inisial D.
"Ya juga, sayang. Mommy juga nggak mungkin mau jika kamu mengenalnya. Orangnya aneh dan gaya bicaranya selalu kaku," balas Zelene.
"Wah, Mommy bisa ingat secara mendetail. Padahal ini sudah lama banget, loh," goda Vigor.
"Entahlah, Dad. Gara-gara buket bunga mawar milik Glenda dengan inisial D, aku teringat padanya."
Mereka melanjutkan makan malamnya dalam diam. Fokus pada makanannya. Nanti, setelah semuanya selesai baru melanjutkan obrolan yang sempat terhenti.
...***...
Di sebuah kamar khas cowok, Darsh merebahkan tubuhnya. Dia masih memakai pakaian kerjanya. Pikirannya sangat tidak tenang. Dia memikirkan antara tenggang waktu yang diberikan orang tuanya dan rencananya yang sangat tidak singkron.
Tok tok tok.
"Masuk!" jawabnya lesu. Darsh yakin kalau yang masuk ini adalah Mamanya.
Ceklek!
"Sayang, kenapa belum ganti baju?" protes Mamanya sembari menutup pintu.
"Darsh pusing, Ma. Mama tahu, kan. Hanya enam hari lagi untuk mengejar Glen. Sampai detik ini tidak ada kejelasan darinya," jawab Darsh.
Darsh tidak menyadari ketika Glen hendak naik motor bersama Mommynya, gadis itu terlalu bersemangat.
"Kamu mau langsung bertemu dengannya atau mau main kucing-kucingan dulu?" Olivia duduk di ranjang putranya.
"Aku bingung, Ma. Menurut Mama, bagaimana?"
Olivia beralih memandang beberapa tumpukan buku di meja putranya. Semenjak lulus kuliah, lelaki itu jarang menyambangi meja belajarnya.
"Kenapa kamu tidak memberikan dia sebuah buku yang berisi tentang cinta, misalnya. Lalu, dalam buku itu bisa kamu tulis nomor ponselmu. Selesai masalah," ucap Mamanya.
Ucapan Mamanya masuk akal. Kenapa tidak terpikirkan dari awal untuk membelikannya?
"Apa Mama yakin? Aku takut dia tidak mau menghubungiku, Ma." Darsh mengubah posisi dari rebahan menjadi duduk di samping Mamanya.
Wanita paruh baya itu lantas memegang kedua tangan dan meyakinkan putranya.
"Darsh, kalau kamu ragu dengan cara itu, kamu bisa pakai cara yang paling kamu yakini berhasil. Jika kamu ragu juga, apa salahnya memakai usul Mama."
Darsh melepaskan tangan Mamanya. Dia berdiri menuju meja belajarnya. Dia menoleh lagi ke arah Mamanya dan menatap matanya.
"Mam, judul buku romantis terlalu banyak. Aku pasti pusing memilihnya. Bagaimana kalau kuberikan coklat saja?" Darsh berbalik arah. Dia memilih duduk di sofa dan melepaskan jasnya. Hanya tersisa kemeja lengan panjang dan dasinya yang belum dilepas.
"Terserah kamu, sayang. Apapun itu, pergunakan waktu yang sangat singkat ini. Maksimalkan supaya bisa bertemu dengannya."
"Apa sebaiknya aku langsung bertemu saja, Ma?" tanya Darsh terlihat ragu.
"Kamu ragu, sayang. Pikirkan lagi nanti. Sekarang bersihkan dirimu dulu. Mama akan menyiapkan makan malam. Papamu bisa mengomel kalau kelamaan bersamamu. Dia kan sangat pencemburu." Olivia berdiri dan meninggalkan kamar putranya.
Darsh sebenarnya ingin lekas membersihkan diri, tetapi malam ini sangatlah berbeda. Kebingungannya untuk mendekati Glen semakin akut.
Ingin meminta bantuan keempat sahabatnya itu juga tidak mungkin. Bisa saja Darsh akan ditertawakan mereka.
Glen, lama-lama aku bisa gila karena memikirkan cara untuk mendekatimu. Kupikir akan sangat mudah, tetapi sangat sulit sekali.
Darsh bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Dia sudah meyakini rencana lain. Setelah selesai bersiap, lelaki itu mengambil dompet dan kunci mobilnya. Dia kembali memakai mobil bututnya untuk mengelabui gadis-gadis yang mengejarnya.
"Darsh, mau kemana?" tanya Mamanya ketika melihat lelaki itu tidak menuju meja makan.
"Ada urusan sebentar, Ma. Silakan makan malam terlebih dahulu. Jangan menungguku!" ucapnya kemudian berlalu.
Darsh ingin jalan-jalan dan menikmati suasana malam sembari memikirkan apa yang pantas diberikan pada Glen. Ini untuk pertama kalinya Darsh datang sendirian ke Mal.
Setelah memarkir kendaraannya, dia langsung masuk dan mencari toko yang menjual berbagai macam coklat. Dia hendak mengambil coklat kacang almond. Bersamaan dengan itu, sebuah tangan juga akan mengambil coklat yang sama.
"Eh, maaf," ucap gadis itu.
Darsh segera melepaskan coklat yang hendak diambilnya.
"Silakan ambil saja. Aku bisa cari yang lain," ucap Darsh. Kebetulan dia suka sekali dengan coklat almond. Makanya Darsh sengaja membelikan Glen dengan apa yang disukainya.
"Darsh?" ucap gadis itu lagi. Dia sangat familiar dengan suaranya dan gadis itu melihatnya dengan sangat jelas bahwa lelaki ini adalah orang yang dikenalnya.
"Clianta, apa yang sedang kamu cari di sini?" tanya Darsh.
"Aku mencari cemilan saja, Darsh. Untuk mengisi persediaan saja," jawabnya. Clianta sangat senang semenjak pertemuan pertamanya di Club malam itu. Dia berharap akan bertemu lagi dengan Darsh. Ternyata malam ini permintaannya dikabulkan.
"Baiklah, coklat almondnya untukmu saja. Aku bisa ambil yang lainnya." Sebagai seorang lelaki, Darsh lebih mengalah dalam hal ini.
"Tidak apa-apa, Darsh. Ambil saja kalau kamu memerlukannya." Clianta berusaha membuat lelaki itu memberikan perhatian lebih padanya. Tidak bisa dipungkiri, Helga juga sangat menyukai lelaki ini. Bagaimana mungkin mereka akan bersaing, semenjak kejadian malam itu, Darsh tidak pernah terlihat datang ke club itu lagi.
"Baiklah kalau kamu menolaknya." Darsh mengambilnya dan memasukkan ke dalam keranjang belanjanya. Dia kemudian meninggalkan Clianta yang masih termenung di tempatnya.
Darsh memilih beberapa macam coklat dan mengambil sebuah kartu ucapan. Clianta yang menyadari keberadaan Darsh, dia segera membuntuti lelaki itu.
Sampailah Darsh di kasir. Dia meminta untuk semua coklatnya itu dibungkus yang sangat cantik seperti ingin memberikan hantaran pada seseorang.
"Kamu ternyata romantis sekali, Darsh. Wah, siapa gadis beruntung itu?" ucap Clianta yang ternyata sudah berada di belakangnya.
"Titipan. Kamu tak perlu penasaran apapun yang kulakukan. Semua berjalan normal seperti biasanya." Darsh merasa kalau Clianta tidak hanya ingin tahu, tetapi malah seperti seseorang yang meminta perhatian lebih.
"Baiklah, Darsh. Itu terserah padamu. Kapan kita bisa bertemu lagi? Mungkin di Club seperti malam itu?"
Darsh tidak meresponnya karena dia sudah malas sekali untuk pergi ke Club malam. Apalagi pekerjaan dari Papanya lumayan banyak. Walaupun dia sangat cerdas, Darsh tetap seperti manusia pada umumnya yang punya rasa lelah dan jenuh.
"Lain waktu, jika masih ada kesempatan," balas Darsh singkat. Setelah menerima semua coklatnya dan membayar, Darsh segera meninggalkan toko coklat itu dan mencari beberapa referensi buku tentang cinta. Dia tidak peduli lagi jika Clianta harus mengikutinya.
🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
Mbak Rin
waduh ada saingan ni tukmu glen
2022-02-16
1
atull0310
lnjutt
2022-02-15
1
ollyooliver🍌🥒🍆
wah belum apa" dah ada bibit pelakor nih keknya
2022-02-15
0