"Aku saja yang enggan berdekatan dengan mereka," jawab Darsh.
Banyak dari sahabat dan temannya selalu menceritakan rasa sakit hati yang dialaminya, ketika bersama gadis yang dicintai ternyata mencintai lelaki lain. Banyak hubungan mereka yang berjalan backstreet karena terhalang restu orang tua maupun keluarganya.
"Baiklah, demi Tuan Darsh, mari kita bertaruh. Aku ada dua kandidat kali ini. Ada Aimee dan Helga. Jika salah satu dari dua wanita itu mampu menarik hati Darsh, maka kalian bebas mengambil mobilku yang manapun kalian sukai," ucap Max Oringo. Dia adalah pemilik showroom mobil mewah berbagai merek.
Max berani bertaruh karena dia yakin jika Darsh tidak akan tertarik seujung kuku pun. Walaupun Aimee dan Helga sama cantiknya.
"Apa rencanamu, Tuan Max?" ledek Owen. Lelaki pendiam yang terkadang bertingkah aneh itu berani menunjukkan taringnya. Harapannya cuma satu, ingin mendapatkan salah satu mobil gratis walaupun mobilnya sendiri sudah sangat bagus.
"Kita akan pergi ke Club malam ini. Bagaimana Tuan Darsh?" usul Max.
"Bagaimana keputusanmu wahai Madava Justin? Kaulah dewa penolongku!" ucap Darsh dengan tatapan penuh harap agar lelaki itu menolak ajakan Max.
Darsh mendengar nama Helga membuatnya malas. Gadis itu terlalu agresif menurutnya. Lebih tepatnya gadis malam yang selalu berseliweran di Club untuk menggoda tamu yang hadir dan memberikan pelayanan khusus jika ada yang memesannya.
"Madava Justin menyerahkan keputusan pada Tuan Darsh yang terhormat. Aku tidak bisa untuk mengatakan tidak, karena ini seperti sebuah pesta hiburan," jawab Justin yang membuat Darsh merasa resah.
Darsh berusaha menjaga diri untuk tidak terjebak dalam bujuk rayu Helga. Perempuan itu punya seribu cara untuk menjeratnya.
Sebaiknya aku ikuti saja mereka. Lagipula ini kesempatan terakhirku untuk menginap di rumah Frey.
"Baiklah, Tuan Max. Aku siap pergi ke Club, tetapi aku tidak ingin mabuk. Bisa diterima, Tuan Max?" Alasan Darsh memberikan penawaran agar dia terbebas dari Helga. Bisa saja perempuan itu memanfaatkan situasi untuk melakukan one night stand. Itu sangat bertentangan sekali dengan prinsip keluarganya.
"Baiklah, Darsh. Kami menerimanya. Oh ya, mari kita mulai. Kalian pegang siapa?" tanya Max berusaha membuat sahabatnya itu mulai memilih.
"Tidak ada pilihan, Max. Kita lihat saja nanti. Yang pasti, kalau ternyata salah satu dari mereka ada yang membuat Darsh tergila-gila, maka kamu harus mengeluarkan empat mobil untuk kami," usul Frey. Daripada susah payah menebaknya. Dia mengambil jalur pintas saja.
"Kamu mau merampokku, Frey? Aku hanya memberikan hadiah pada yang menang saja," canda Max.
Owen dan Justin tertawa.
"Apa yang kalian tertawakan?" tanya Max.
"Justru karena kamu sangat yakin jika Darsh tidak akan tertarik dengan perempuan sepertinya, makanya kamu sengaja memberikan hadiah mobil jualanmu itu," cibir Owen.
Kini giliran Max yang tertawa.
"Aku hanya penasaran. Gadis seperti apa yang akan menjadikan magnet cinta Tuan Darsh? Maksudku, Tuan Darsh akan tertarik dengan model perempuan seperti apa?" ucap Max. Ini memang masih misteri karena setiap perempuan yang bertemu dengannya, Darsh selalu mengatakan nol persen untuk suka dengannya.
Semua orang yang berada di ruangan itu memandang lekat ke arah Darsh.
"Jangan-jangan kamu tidak normal?" ucap Frey.
Kini giliran Darsh memandang wajah mereka satu per satu. "Yang pasti bukan salah satu dari Aimee ataupun Helga. Kalau kalian suka, ambil saja!"
Jangan heran, semua sahabatnya ngotot agar Darsh segera punya pasangan. Kenyataannya mereka berempat juga masih sendirian.
"Aku ke dapur dulu memanggil bibi untuk menyiapkan makanan kalian. Lanjutkan mengobrolnya!" ucap Frey.
"Terima kasih, Tuan Frey," canda Darsh sebelum lelaki itu pergi.
Max sebenarnya pernah ingat jika Darsh punya sepupu perempuan. Mungkin salah satu dari sahabatnya bisa mendapatkan gadis itu.
"Darsh," panggil Max.
"Hemm," jawab Darsh.
"Bukankah kamu punya sepupu perempuan? Kenapa bukan dia saja yang akan memilih salah satu dari kita?" Max mengusulkan sepupu Darsh karena gadis itu masih satu garis keturunan keluarga Damarion.
"Oh, Jillian? Kalian penasaran dengan gadis itu? Dia memang anak Om-ku." Darsh sengaja membuat mereka penasaran. Selama ini Darsh hanya menceritakan adanya gadis itu, tetapi belum pernah mempertemukannya sama sekali dengan sahabatnya.
Owen, Justin, dan Max menatap lekat Darsh. Mereka berharap mendapatkan informasi yang jelas tentangnya.
"Kenapa menatapku seperti itu?" protes Darsh.
Untung saja Frey masuk dengan pelayan di rumahnya membuat Darsh dan sahabatnya menghentikan obrolan sejenak.
"Makanlah! Kalian pasti malas untuk pergi ke meja makan rumahku yang kecil itu," canda Frey.
Walaupun di rumahnya ada orang tuanya juga, Frey memang tidak biasa mengajak sahabatnya untuk makan di meja makan.
Darsh segera mengambil piring yang ada di atas nampan. Namun, seseorang lebih dulu mencegahnya.
"Tunggu, Darsh! Katakan kalau salah satu dari kami bisa mengenal Jillian," ucap Justin.
Sepertinya Justin lebih tertarik pada adik sepupu Darsh yang usianya masih dua puluh tahun itu. Dia masih menjadi seorang mahasiswi di sebuah kampus ternama di tempat tinggalnya saat ini. Lebih tepatnya, ketika orang tua Darsh memutuskan pindah ke luar negeri, Om-nya tetap berada di sana bersama Grandma dan Granpa-nya.
"Hemm, itu nanti saja. Jillian masih fokus kuliah. Nanti kalau sudah selesai, aku akan memintanya untuk berkunjung kemari." Darsh sudah kelaparan. Tanpa banyak bicara lagi, dia langsung mengambil piring dan memakannya.
"Darsh, kamu kelaparan?" tanya Frey.
Darsh hanya mengangguk karena posisinya sedang mengunyah makanannya. Frey hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah konyol sahabat kecilnya itu.
Owen, Justin, dan Max juga sudah mengambil piringnya masing-masing. Frey menjadi orang yang paling akhir mengambil piringnya. Selain membawakan makanan, Frey sudah menyiapkan minuman untuk mereka.
Setelah makan minum selesai, Frey kembali memanggil pelayan untuk membereskannya. Tak menunggu lama, tempat itu kembali seperti semula.
"Darsh, lanjutkan!" perintah Max.
"Apanya, Max?" tanya Darsh.
"Ceritakan tentang Jillian lagi." Max sangat tertarik dengan gadis itu. Sepertinya dia akan bersaing dengan Justin untuk mendapatkan sepupu Darsh.
"Tidak untuk saat ini. Kamu tertarik dengannya, Max? Aku tidak akan mengizinkan Jillian dekat denganmu. Kamu cocoknya bersama Helga." Darsh punya alasan untuk itu.
"Maksudmu?" Owen, Frey, dan Justin mengatakan bersamaan.
"Ck, kalian kompak sekali jika sudah menyinggungku," protes Max.
"Tentu, karena kamu dan Helga sama-sama agresif." Darsh tersenyum setelah mengatakannya.
Max tidak diragukan lagi. Selain agresif, dia memang yang paling playboy dari semuanya. Owen yang paling pendiam, tetapi dia masih tertarik dengan pesona Helga.
"Darsh, intinya salah satu dari kami harus mendapatkan Jillian. Itu hukumnya wajib dan tidak bisa diganggu gugat!" ucap Frey.
Frey Matteo dari awal tau mengenai cerita Jillian. Dia hanya bertemu Jillian ketika masih kecil. Setelah itu, Jillian tidak pernah lagi berkunjung ke tempat Darsh. Itulah yang membuat Frey semakin tertarik pada gadis itu.
🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
Trie Widarti
Thor. adakah cerita dari generasi Sean si Aqua ??
jika sudah launching kabari dong...thanks.
2022-03-27
1
Rani Ri
jilillian damorion anak nya felix damariyon
2022-03-16
0
Fadilah Herbalis Nasa
anak nya om felix
2022-03-10
0