Seberkas Asa Untuk Cinta
...Hallo, Gengs .......
...Ada yang udah kangen sama Eska'er?...
...Kangen, dong! Kangen ajalah!...
...Wkwkwkwk ... maksa 🤣...
...Oh, iya. Eska'er mau ngadain giveaway....
...So... Jangan lupa buat selalu ngikuti cerita Seberkas Asa Untuk Cinta, akan ada hadiah menarik bagi komen terbaik dan yang mengikuti IG @EsKaEr10 Buat yang rajin koment dan promosiin ke saudara, tetangga, pacar, mantan pacar, mantan musuh ... pokoknya semuanya, deh 😁😉😉...
...Kuy, ramaikan 😍😍...
...Happy Reading...
...***...
Hari baru, bulan baru, dan tahun yang baru. Tanpa terasa waktu bergulir begitu cepat. Widya, Harsa, dan kawan-kawan sudah memasuki semester lima di bangku perkuliahan. Widya, Nathan, dan Cindy berada di jurusan arsitektur interior atau biasa disebut desain interior, sedangkan Harsa dan Zakir berada di jurusan ilmu arsitektur. Karin dan Kartika memilih jurusan teknik industri. Mereka bertujuh masih dalam naungan satu fakultas yang sama, kecuali Edo yang terpaksa memilih masuk fakultas ekonomi dan bisnis jurusan ilmu manajemen karena harus meneruskan bisnis keluarga. Meski begitu, mereka masih tetap menyempatkan waktu untuk berkumpul bersama. Kecuali Cindy yang jarang ikut kumpul karena dilarang oleh Nathan, mengingat perbuatan Cindy di masa lalu.
***
Hari ini seperti biasa mereka bertujuh akan berkumpul di kafe Hamber. Sejak pagi room chat ‘Sahabat Selamanya' sudah dipenuhi oleh pesan janji temu mereka, dan seperti biasa orang yang paling berisik di room chat adalah Zakir, sepertinya motto hidup Zakir hanya satu ‘Gak ada gue gak rame’.
Zakir: Gimana, guys, jadi ngumpul, 'kan?
Widya: Jadi, dong.
Karin: Jadi.
Kartika: Harus jadi.
Edo: Gue mungkin telat, guys. Ban motor gue bocor.
Harsa: Lo, nebeng mobil gue aja, Do. Bareng si Bokir.
Setelah beberapa menit pesan dari Nathan pun muncul.
Nathan: Widya sayang, nanti malam lo, Karin, sama Tika, gue yang jemput, ya! Kangen gue sama lo.
Widya: 🙄
Harsa yang membaca pesan Nathan merasakan sesak. Ia merasa cemburu dengan sikap Nathan yang sok romantis dengan Widya. Lantas ia memilih untuk mengabaikan percakapan teman-temannya tersebut dengan tidak lagi membalas pesan apa pun di sana.
...***...
Jingga mulai mewarnai langit sore, pertanda jika malam mulai menjelang. Nathan bergegas ke luar dari kampus dan berjalan menuju mobilnya usai mengikuti kegiatan tambahan, tetapi ia dikejutkan oleh kehadiran Cindy yang mendekat ke arahnya dengan senyum merekah, dengan tidak tahu malu gadis itu langsung menggandeng tangan Nathan. “Lo mau ke mana, Nath? Mau ngumpul bareng anak-anak di kafe Hamber, ya? Gue boleh ikut, nggak?” cecar Cindy dengan semua pertanyaannya. Sekarang Cindy memang jauh lebih berani dan terang-terangan mendekati Nathan, bahkan yang lebih ekstrim gadis itu mulai menjadi stalker. Di mana ada Nathan di situ pasti ada Cindy.
Namun, dengan sikap dinginnya, Nathan menepis keras tangan gadis itu, “Udah gue bilang berkali-kali, jauhi gue dan Widya! Gue nggak pernah mau ngelihat lo ada di dekat gue apalagi Widya.” Nathan memasuki mobilnya meninggalkan gadis berambut gelombang itu sendirian.
Dengan perasaan kesal dan tangan mengepal erat gadis itu mencoba menahan amarah. “Kalau gue enggak bisa ngedapetin lo, gue bakal bikin cewek lain juga nggak boleh deket-deket sama lo.” Cindy mendengus sebal, “Gue bakal terus gangguin lo, sampe lo bisa terima gue, Nath!” Gadis itu masih bergumam sendiri.
Tepat pukul tujuh malam mobil mini Cooper keluaran terbaru milik Nathan terparkir rapi di halaman rumah Widya. Setelah merapikan rambutnya, Nathan turun dari mobil kemudian mengetuk pintu rumah Widya. Selang berapa saat pintu rumah Widya terbuka, Arini muncul dengan senyum ramah yang selalu menghiasi wajahnya, "Eh, Nak Nathan.”
“Selamat malam Bunda, Widya ada?” tanya Nathan dengan senyum sejuta watt yang bisa memberikan efek tidak sadarkan diri bagi yang melihat.
“Ada, kok. Yuk, masuk! Mungkin Widya sedang bersiap-siap," ajak Arini kemudian diikuti Nathan di belakang. “Sebentar ya, Nak Nathan, bunda panggilkan Widya dulu.” Arini menaiki tangga menuju kamar Widya yang terletak di lantai dua.
Sedangkan Nathan ngeloyor masuk ke ruang keluarga, menemui ayah yang sedang asyik bermain catur seorang diri. Ia terkekeh tertahan, melihat ayahnya Widya bermain catur sendirian. “Ini pasti karna ayah nggak punya teman main,” celetuknya sembari berjalan mendekati pria paruh baya itu. Pria itu tersenyum semringah melihat kehadiran Nathan.
Di dalam kamar, Widya yang tengah memperhatikan penampilannya di depan cermin terkejut saat melihat Arini sudah berdiri di depan pintu kamarnya ikut memperhatikan sembari tersenyum, “Anak bunda sudah cantik, kok. Pasti nanti Nathan suka. Kebetulan, Nak Nathan sudah nungguin kamu tuh, di bawah.” Bunda Arini mendekat dan membantu Widya merapikan pakaiannya.
“Ah, Bunda apaan, sih! Widya sama Nathan, kan, cuman sahabat.” Tanpa Widya sadari pipi seputih kapas itu berubah merona bak pualam etowah (batu pualam yang berasal dari Georgia) yang berwarna merah muda, ketika Arini menggodanya. Arini hanya tersenyum lucu melihat tingkah anaknya yang tersipu.
Tidak perlu menunggu lama, setelah pembicaraan singkat itu Widya dan Arini pun turun bersama menemui ayah dan Nathan yang tengah asyik bermain catur.
“Ayo, Nath, kita berangkat! Entar Karin dan Tika kelamaan nunggu.” Widya menepuk bahu Nathan pelan, membuat Nathan sedikit tercekat sebelum dirinya menoleh ke arah Widya.
“Eh, Sayang, kamu udah siap?” Nathan memperhatikan penampilan Widya lekat, “Gue nggak nyangka semakin hari cewek kesayangan gue makin cantik aja,” ucap Nathan menggoda dengan tampang jahilnya.
“Ish, resek lo, gue emang udah cantik kali dari dulu. Lo, aja yang baru sadar.” Widya berbicara sambil merotasikan matanya.
Ayah dan bunda yang memperhatikan interaksi antara Widya dan Nathan tersenyum bahagia. Pasalnya, memang hanya Nathan orang yang selalu bisa membuat Widya terlihat ceria dan bahagia setelah disakiti oleh Harsa.
“Udah-udah, jangan berantem terus! Keseringan berantem nanti kalian malah jadi jodoh, lho.” Ayah menaik-turunkan kedua alisnya sambil tersenyum jahil.
“Ayah, kok malah ngedukung Nathan, sih! Sebenarnya anak Ayah itu Widya apa Nathan?” Widya memberengut kesal dengan wajah imutnya berjalan menuju ke arah ayah kemudian memeluknya dengan manja. Membuat semua orang yang ada di ruangan itu sontak tertawa melihat tingkah menggemaskan gadis kesayangan mereka.
“Yah, Bun, kalau gitu Nathan sama Widya pamit dulu. Kasihan kalau Karin dan Tika harus nunggu lama.” Nathan berpamitan kemudian mencium punggung tangan ayah dan bunda diikuti oleh Widya dengan wajah masih memberengut, tetapi tetap imut.
Di dalam mobil yang ada hanya keheningan dan itu membuat Nathan merasa bosan. “Sayang, kok diam aja, sih? Lo masih ngambek gara-gara diledekin ayah tadi?” Nathan berbicara diiringi senyum tipis di bibirnya.
“Apa, sih, lo dari dulu manggil gue sayang mulu. Entar kalau gue dikira cewek lo beneran gimana?” Widya berucap tegas, tetapi pandangannya tetap lurus ke luar jendela memandangi gemerlap lampu-lampu malam.
“Ya udah, biarin aja. Kalau beneran juga gak papa, 'kan? Memangnya lo nggak mau jadi cewek gue?" Nathan menoleh ke samping, tetapi Widya tetap bergeming karena menganggap apa yang diucapkan Nathan hanya sebuah candaan yang hanya membuatnya pusing. Tentu saja iya, Nathan memang bukan sosok lelaki yang bisa diajak serius. Sifatnya yang tengil dan slengean membuat dia suka bersikap konyol bahkan menyebalkan. Terutama bagi Widya yang setiap hari diganggu lelaki itu.
Perjalanan menuju rumah Karin pun tidak membutuhkan waktu lama. Di sana sudah ada Karin dan Kartika yang menghabiskan waktu menunggu dengan bercerita dan sesekali tertawa renyah. Entah apa yang mereka bicarakan, hanya mereka berdua yang tahu. Hanya mimik wajah ceria dari kedua gadis itu, yang bisa Widya dan Nathan lihat dari jauh.
Widya yang merasa rindu dengan kedua sahabatnya karena sudah seminggu tidak bertemu, berlari kecil menghampiri Karin dan Kartika, lalu memeluk mereka untuk melepas rindu. Lebay memang, tetapi seperti itulah perempuan. Jika sudah bertemu, dunia langsung ramai.
“Yuk, berangkat! Kasihan Zakir, Harsa, sama Edo, kalau harus nunggu lama,” Kartika yang pertama mengurai pelukan mereka, lantas mengajak kedua sahabatnya untuk melangkah menuju mobil Nathan. Nathan yang si empunya kendaraan malah ditinggalkan, tidak dihiraukan apalagi diajak jalan. Namun, lelaki itu bisa apa selain mengikuti dari belakang. Sekali lagi, dia harus mengalah kepada perempuan.
...***...
Di lain tempat, di sebuah kamar yang luas bernuansa hitam putih, sudah ada Zakir dan Edo yang sedang menunggu Harsa bersiap. Edo masih diam dengan game online-nya, tetapi tidak dengan Zakir yang sudah seperti cacing kepanasan karena sudah terlalu lama menunggu. Mereka akan pergi bersama ke kafe Hamber menggunakan mobil Harsa.
“Ah, elah, Sa. Lo udah kaya anak perawan aja kalau mau pergi. Persiapannya lama bener. Capek nih, gue nunggu,” gerutu Zakir seraya mendengus kesal, setelah dirinya lelah mondar-mandir di dalam kamar.
“Kenapa, sih, lo gak sabaran amat?” Kangen lo, sama Tika?” cicit Harsa pelan, tetapi masih terdengar oleh dua sahabatnya.
Zakir hanya melengos masam. Mengingat apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu memang benar adanya, sehingga tidak ada alasan untuk dia membantahnya. Sedangkan Edo hanya mendongak sejenak, lantas kembali sibuk dengan ponselnya. Harsa yang menyadari sahabatnya mulai kesal, lekas mempercepat gerakannya memakai baju sembari terkekeh kecil. Tidak lupa ia menyemprotkan ramuan ajaib yang membuat tubuhnya wangi. Ia juga merasa kasihan dengan sahabat yang sudah menemaninya dari semenjak TK itu, jika harus lebih lama menanti.
"Yok, pergi!" ajak Harsa kepada dua sahabatnya. Harsa langsung pergi ke luar dari kamar meninggalkan mereka berdua tanpa menunggu Edo dan Zakir. Hal itu membuat Zakir semakin kesal. Rasanya ingin sekali untuk mengumpat kasar, tetapi hanya helaan napas berat yang bisa terlontar. Apalagi ketika melihat Edo—si Raja cuek yang melewati tubuhnya begitu saja dengan wajah datar.
"Dasar! Punya temen nggak ada akhlak semua!" sembur Zakir sebelum ia mengikuti keduanya.
...***...
...To be continued.... ...
Gimana, gimana? Udah terobati kangennya?
Udah, dong, ya. Sekarang kasih komentar sama likenya. Bintang tujuh sama favoritnya jangan lupa, biar besok Eska'er up sudah ada pengingat.
Makasih 🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
istri nya suga
hay gaiesss baru gabung soal nya baru kelar baca seosan satu nya😊😊😊😊👋👋👋👋
2022-06-08
0
Miss Ayyyu_ptr
aku mampir kak' er🙌
2022-03-26
0
Isni Fitriyanti
ternyata pada ngumpul disini to..reader tercintah...
2022-03-17
1