...***...
"Lo hati-hati, ya, di sana! Jangan lupa kasih kabar ke gue!" pinta Widya memecah keheningan yang ada.
"Siap, Tuan Putri!" Nathan tersenyum tipis, sembari mengacak rambut Widya. Walaupun rasa resah dan khawatir masih menguasai hati dan pikirannya, Nathan tidak bisa berbuat apa-apa. Dia mengerti kalau Widya masih mencerna perasaannya.
"Kalau semisalnya nanti gue jarang kasih kabar, bukan berarti gue lupain lo, Sayang. Itu berarti gue sibuk beneran," imbuh Nathan, yang membuat kening Widya berkerut dalam.
"Memangnya masalahnya berat banget, ya?" tanya Widya. Ketakutan untuk diabaikan oleh kesibukan Nathan mulai menghantui pikirannya.
"Nggak juga, bagi gue semua itu masalah kecil. Nathan gitu, lho!" Nathan bersikap angkuh sembari melipat tangan di depan dada.
"Dih, sombong!" Widya mencebikkan bibirnya. Senyuman tertahan bersembunyi di sudut bibirnya yang sedikit bergerak. Jujur, moment ini yang akan ia rindukan bersama Nathan. Celotehan dan sikap konyol Nathan yang kadang menyebalkan, tetapi justru membuat Widya merasa senang.
***
Dua hari berselang adalah hari kepergian Nathan ke Singapura. Semua perlengkapan telah disiapkan. Nathan sudah bersiap untuk pergi ke bandara menuju Singapura.
"Lo nggak usah antar gue ke bandara, ya!" pinta Nathan ketika Widya sudah berada di rumah lelaki itu. Ia ingin mengantarkan Nathan sampai ke bandara.
"Kenapa?" tanya Widya heran.
"Karena kalau lo ada di sana, bisa-bisa gue batal pergi ke Singapura. Gue takut nggak tega lihat lo nangisin gue nantinya."
"Iiih ... Nathan!"
"Aduduh ... ampun, Wid!" pekik Nathan ketika tangan sakti Widya berhasil mencubit bagian perutnya.
"Gue cuma mau ngantar lo doang! Ngapain juga gue nangisin lo!" sanggah Widya, tangannya tidak mau melepaskan perut Nathan.
"Wah, KDRT, nih! Ma, tolongin aku, Ma! Anak mama yang ganteng ini disiksa sama istrinya." Nathan beralih pada sang mama, memohon belas kasihan agar perempuan yang sudah melahirkannya itu sudi membela dirinya.
"Mama nggak ikutan, itu urusan rumah tangga kalian." Di luar prediksi, Liana malah melengos pergi menuju ke mobil yang sudah terparkir di depan rumah. "Mama tunggu di mobil, ya, sama si kembar! Yuk, Ellen, Evan, kita tunggu abang kalian menyelesaikan urusan rumah tangganya!"
"Yoook!" Dengan serempak kedua adik Nathan menyahut, lalu mengikuti jejak mamanya membentuk satu barisan.
Widya dan Nathan sempat menohok menyaksikan pementasan drama yang ditunjukkan oleh Liana dan kedua adiknya Nathan. "Keluarga lo kenapa?" tanya Widya heran. Nathan menggeleng pelan, tanpa sadar cubitan Widya pun melonggar. Hal itu dijadikan kesempatan oleh Nathan untuk menghindar.
"Ah, akhirnya lepas juga," gumam Nathan sembari mengusap bagian perutnya yang terasa kebas.
"Heh, kenapa menjauh?" Widya baru sadar kalau buruannya sudah kabur.
"Oh, jadi lo nggak mau menjauh dari gue?" goda Nathan lagi.
Widya mendengus sebal, kedua tangannya melipat di depan dada dengan wajah yang berpaling ke sembarang arah. Walaupun tidak tega, tetapi Nathan suka melihat reaksi Widya seperti itu. Sangat menggemaskan di mata Nathan. Kaki jenjangnya melangkah maju mendekati Widya, kedua tangannya dengan lancang merengkuh tubuh itu agar masuk ke dalam pelukannya. "Gue titip hati gue di sini, ya! Jangan sampek pas gue balik lagi, dia patah untuk kedua kali!" tutur Nathan terdengar tulus.
Widya seolah terombang-ambing dalam perasannya yang masih bimbang. Namun, ia sama sekali tidak menolak pelukan itu. Rasanya nyaman dan hangat. Hingga Nathan mengurainya lebih dulu, Widya tersadar dan tersipu. Sikap mereka jadi canggung dan malu-malu.
"Jadi, gue beneran nggak boleh ikut, nih?" tanya Widya memastikan lagi. Berharap Nathan berubah pikiran, dan mau mengajaknya ke bandara.
"Nggak usah, ada mama sama adik-adik gue yang antar. Lo do'ain gue aja, biar selamat sampe tujuan, dan pulang lagi dengan sehat!"
"Iya." Widya tertunduk sedih. Dia merasa sadar diri dengan statusnya saat ini. Dia bukan kekasih Nathan, jadi dia tidak berhak untuk terus menempel pada Nathan.
***
Roda kehidupan terus berputar tanpa jeda, sudah tiga hari Nathan berada di Singapura. Di hari pertama Nathan sampai di negeri seberang, ia tidak luput dari memberikan kabar ke Widya. Dari mulai chatting biasa sampai panggilan video mereka lakukan hampir sepanjang hari. Itu sudah cukup untuk mengobati rasa rindu dalam hati.
Namun, di hari kedua intensitas komunikasi mereka sedikit berkurang. Nathan sepertinya sangat sibuk di sana, sehingga dia tidak sempat untuk memberikan kabar kepada Widya. Apalagi hari ini, Widya belum mendapatkan kabar dari Nathan sama sekali. Padahal langit senja yang terlukis indah di ufuk barat, menunjukkan jika waktu sudah hampir malam. Hal itu membuat Widya seharian ini jadi sering melamun dan tidak bersemangat. Sepi dan hampa seolah bersatu melengkapi rasa penat.
"Lo kenapa, sih, Wid?" Kartika yang kebetulan menginap di rumah Widya bertanya heran. "Dari pagi gue lihat lo itu diem terus? Itu HP mau berapa lama lagi lo tatap kayak gitu? Kalau emang kangen sama Nathan, kenapa lo nggak telepon dia duluan?"
"Gue udah telepon, tapi dia nggak angkat." Widya berkata lirih, tetapi detik kemudian ia tersentak dan kepalanya mendongak, ketika mendengar Kartika tiba-tiba tergelak. "Ma-maksud gue, bukan gitu! Gue nggak lagi nungguin telepon Nathan." Widya berkelit, merasa malu dengan kata-kata yang spontan terucap dari bibirnya tadi.
"Halah, lo nggak usah nyangkal lagi. Biasanya kata-kata yang terucap secara spontan itu yang paling jujur," pungkas Kartika di sela tawanya. Ia duduk di samping Widya yang tengah duduk di tepi ranjang, tangannya merangkul leher Widya hingga gadis itu hampir terjengkang. "Udah, lo jujur aja sama perasaan lo! Greget gue lama-lama!" cetus Kartika lagi.
Widya sejenak terdiam, mencoba mencerna apa yang dikatakan oleh sahabatnya. Tidak bisa dia pungkiri jika kepergian Nathan membuat hatinya merasa hampa. Rasanya tidak lengkap hidupnya tanpa sosok Nathan di sampingnya. Namun, semua itu masih saja disangkal oleh Widya sebagai perasaan cinta. Ia masih berpikir, jika itu hanyalah perasaan yang wajar dirasakan untuk sahabat dekatnya.
***
Sementara di tempat yang berbeda, tepatnya di sebelah utara negara Indonesia yang berbatasan dengan Kepulauan Riau di Selat Singapura. Di sanalah tempat Nathan berada, negeri yang terkenal dengan julukan Kota Singa—Negara Singapura.
Nathan baru saja pulang dari kantor papanya. Rasa lelah telah menguasai tubuh lelaki itu setelah seharian berhadapan dengan sang paman. Ya, penyebab keonaran yang terjadi di perusahaan papanya adalah pamannya sendiri. Walaupun Nathan tahu bagaimana caranya menghadapi lelaki tersebut, karena dia mempunyai kartu AS pamannya yang ia yakini akan membuat pamannya tidak bisa berkutik lagi. Namun, ia juga harus mengumpulkan bukti, agar semuanya bisa aman dan terkendali.
Nathan merebahkan tubuhnya di atas ranjang dengan posisi telentang. Waktu di jam dindingnya sudah menunjukkan pukul 20.00. Itu artinya di tempat Widya sekarang sudah pukul 19.00. Tentu saja Nathan yakin, jika kesayangannya belum tidur, makanya dia berniat untuk meneleponnya saat itu juga. Siapa lagi kalau bukan Widya.
Nathan merogoh saku celananya untuk mengambil ponselnya. Lantas dengan segera mencari nomor kontak Widya lalu menghubungkan panggilannya. Tidak lama panggilan itu pun terhubung. Namun, Nathan yang mau membuka suara tiba-tiba harus menjauhkan ponselnya sejenak dari daun telinga.
"Ngapain aja, sih, lo, jam segini baru telepon gue?!" Suara Widya menggelegar bak petir yang menyambar.
Nathan pun terkekeh pelan, lalu mendekatkan ponsel itu ke telinganya lagi. "Kenapa? Lo kangen sama gue?" tanya Nathan yang berhasil membuat Widya gelagapan.
...***...
🙋: Syokoor, kena amuk Widya noh, si Nathan 😅
💆♂️: Dikit amat, Thor 🙄
🙋 : Sengaja, hoy, biar hemat bab. Entar kalau dah masuk list rekomendasi novel, aku double up.
💆♂️: Fix, hari ini nggak like 👍
🙋: Fix, kita putus!
💆♂️: 🤔
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Ay_katsuki
Iya, Sayang. Aku paham, kok. 😌
2022-03-02
1
filaricsa
entahlah aku ngak bisa relaain dirimu sama Nathan 🤭
2022-02-27
1
Fitri_hn28
tinggal bilang aku sih yes, gitu aja kok Angel men sih Wid🙃🙃🙃🙃
2022-02-21
0