BAB 10

...***...

Semenjak Nathan mencemooh Cindy dengan kalimat yang merendahkan dirinya, membuat Cindy sempat frustrasi. Ia berpikir untuk berhenti mencintai Nathan, tetapi cintanya lebih kuat dibanding rasa bencinya. Maka ia memutuskan sekali lagi untuk mencoba mendapatkan perhatian dari orang yang ia cintai.

Ia tidak akan menyerah untuk mengejar cintanya dan juga sedikit membalas rasa sakit hatinya. Sebuah kemenangan besar jika suatu saat nanti, Nathan akan berpindah hati padanya. Itu artinya Cindy bisa mendapatkan Nathan sekaligus membuat Nathan menjilat ludahnya sendiri. Maka, apa pun akan ia lakukan demi mendapatkan Nathan.

Belakangan ini, Cindy sengaja berhenti mendekati Nathan. Bukan tanpa alasan gadis itu melakukan hal tersebut, melainkan ia sengaja mengatur strategi agar bisa mendapatkan Nathan dengan cara yang tidak biasa.

Kalau selama ini, ia yang selalu memohon-mohon mengejar cinta Nathan, bahkan sampai merelakan harga dirinya diinjak-injak oleh laki-laki yang membuatnya tergila-gila. Kali ini Cindy tidak akan seperti itu lagi.

Duduk di sebuah kafe sembari menikmati ice Americano, diiringi penampilan live musik yang dimainkan oleh sekelompok band indie, Cindy tersenyum masam menatap gelas yang sejak tadi ada di tangannya. Ia sudah menyusun sebuah strategi yang akan membuat Nathan datang sendiri ke pelukannya, bahkan kalau perlu laki-laki itu bertekuk lutut di hadapannya. Tanpa harus dirinya langsung buang-buang tenaga lagi mengemis cinta.

“Gue harus mengubah penampilan dan tingkah gue biar Nathan bisa jatuh hati sama gue. Kalau emang tipenya seperti Widya, it's okey, gue bakal pura-pura polos kayak Widya,” gumam Cindy. Usai menghabiskan minuman yang ada di hadapannya, Cindy lekas meninggalkan tempat tersebut.

Di tengah perjalanan, Cindy menepikan mobilnya di pinggir jalan. Kebetulan saat dirinya melintas, ia melihat sekelompok orang yang merupakan relawan di kampusnya mengadakan penggalangan dana untuk korban bencana alam. Cindy berpikir ini adalah kesempatan awal menarik simpati Nathan.

Cindy menghampiri salah satu pengurus acara tersebut sedikit berbasa-basi guna memperkenalkan diri. Kedatangan Cindy disambut baik oleh para anggota yang lain.

“Kalau gitu, gue gabung, ya?” ujar Cindy seraya tersenyum ramah pada salah satu pengurus kegiatan itu.

“Yakin, mau gabung?” tanya salah satu relawan.

“Yakin dong! Boleh, 'kan?”

“Wah, dengan senang hati kami menyambutnya,” sambut salah satu pengurus.

Cindy tidak sungkan berdiri di pinggir jalan meminta sumbangan bersama relawan yang lain. Melihat padatnya lalu lintas sore itu membuat ia dan relawan lainnya bersemangat turun ke jalan. Kebetulan hari sudah sore sehingga banyak pegawai kantoran maupun mahasiswa yang mengakhiri aktivitas mereka.

Bagi Cindy, ini adalah momen pertama dirinya turun langsung dalam kegiatan bakti sosial. Jika bukan demi Nathan, ia tidak sudi ikutan seperti ini, merelakan tubuhnya bau debu dan asap kendaraan.

Setiap kegiatan yang mereka lakukan selalu terekam dalam liputan kampus. Sehingga para mahasiswa yang mengakses situs kampus bisa tahu kegiatan mereka.

“Apa besok kita masuk di laman berita kampus?” tanya Cindy pada salah satu pengurus perempuan yang berkacamata. Keduanya berjalan ke pinggir trotoar. Berhubung hari sudah senja, jadi mereka sudah pada bubar.

“Iya. Karena setiap kegiatan yang kita lakukan, kita masukkan ke situs kampus. Bahkan, ke situs portal nasional. Agar masyarakat yang melihat berita tersebut tidak serta merta mencap mahasiswa sebagai pembuat onar demonstrasi, melainkan memiliki rasa simpati dan empati yang tinggi terhadap sesama.”

Cindy mangguk-mangguk pertanda mengerti penjelasan salah satu relawan kampus. “Oh, iya, kalau kalian ada kegiatan lagi, kabari gue, ya! Ini nomor gue.” Cindy menyodorkan nomor ponselnya. Usai teman barunya itu menyimpan nomornya, Cindy pun pamit, “Kalau gitu, gue pulang duluan, ya. Sampai jumpa pada kegiatan selanjutnya.”

“Iya. Kenalkan nama gue, Nita, anak akuntansi!” teriak gadis berkacamata tersebut, saat Cindy berjalan menuju mobilnya. Cindy yang mendengar pun hanya membentuk huruf 'o' dengan menyatukan ibu jari dan jari telunjuknya, pertanda ‘oke’.

***

Keesokan harinya, seperti harapan Cindy sebelumnya, berita tentang keikutsertaannya dalam penggalangan dana bagi korban bencana alam menjadi topik utama hari ini. Mereka tidak menyangka jika ada anggota relawan yang cantik dengan tulus berbaik hati ikut bergabung bersama mereka secara tiba-tiba saat sore hari kemarin.

Sepanjang koridor menuju lantai desain interior semua orang menatap Cindy dengan tatapan kagum. Bahkan, di antara mereka secara terang-terangan memuji perbuatan Cindy yang sangat mulia itu.

“Nath, lo tahu nggak kalau Cindy hari ini menjadi trending topik di laman kampus?” tanya Zakir, saat berjalan menuju perpustakaan. Keduanya janjian di sana untuk mencari buku referensi untuk mengerjakan tugas. Kebetulan, Widya dan Kartika sudah di sana lebih dulu, jadi sekalian mereka berkumpul di sela waktu free.

“Nggak. Dan gue nggak mau tahu lagi tentang dia!” sela Nathan yang malas membahas Cindy lagi.

Usai meletakkan tas di loker dan mengambil kartu, keduanya masuk ke dalam ruangan. “Dengar ya, Nath! Apa cuman gue yang liat, kalau belakangan ini Cindy jadi lebih berbeda gitu sikapnya? Sudah nggak judes dan sombong lagi. Apalagi hari ini, dari semenjak dia datang sikapnya ramah banget sama semua orang. Malah, kemarin jadi simpatisan penggalangan dana. Kayaknya sikap anak itu udah berubah baik, deh.”

“Gue sama sekali tidak tertarik mendengar apa pun beritanya. Udah, ah, jangan banyak bicara lagi kalau lo nggak mau diusir dari sini!” ujar Nathan mengingatkan Zakir yang sejak tadi berghibah layaknya seorang host presenter yang selalu memuji nama Cindy.

"Memangnya lo dibayar berapa, sih, sama dia, Zak? Muji Cindy terus sejak tadi?" decak Nathan pelan. Sejenak ia mencari keberadaan Widya dan Kartika, tetapi Zakir yang pertama melihat Widya melambaikan tangan di pojok ruangan, lalu menepuk bahu Nathan sembari mengangkat dagu guna memberitahu keberadaan Widya. Nathan mengulas senyum tipis melihat gadis yang paling manis. Mood-nya yang sempat rusak gara-gara mendengar nama Cindy, seketika membaik lagi. Zakir pun senyum-senyum sendiri, entah kenapa ia melihat Kartika begitu cantik hari ini. Keduanya pun bergegas melangkahkan kaki menuju sang pujaan hati.

***

Bukan hanya Zakir yang merasa aneh dengan sikap Cindy akhir-akhir ini. Widya, Kartika, maupun Edo juga merasakan jika Cindy sudah jauh berubah. Tidak seperti Cindy yang dulu mereka kenal yang terkesan arogan, pemaksa, dan sombong. Kini, Cindy jauh lebih baik dan ramah. Seakan Cindy yang mereka kenal saat awal masuk SMA sudah kembali.

Seperti hari ini, di kelas desain interior mereka dibagi per kelompok untuk proyek yang sedang mereka kerjakan. Kebetulan Widya, Nathan, dan Cindy menjadi satu kelompok. Jadi, Cindy berpikir bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk meraih perhatian Nathan. Membuat laki-laki itu jatuh hati pada pesona Cindy. Begitulah pikirnya.

“Wid, buat tugas kajian mengenai desain hotel, gimana kalau kita ambil example dari Martapura Hotel milik keluarga gue?” usul Cindy seraya memasukkan bukunya ke dalam tas bermereknya.

“Gue, sih, terserah Nathan aja.” Widya sejenak menyenggol lengan Nathan yang sejak tadi fokus pada ponsel di tangannya.

“Lihat gimana nanti aja,” sahut Nathan tanpa menoleh ke arah Cindy.

Perkataan singkat Nathan membuat Cindy senang. Walau Nathan masih jutek, menurut Cindy itu tidak masalah. Yang jelas Nathan sudah menerima masukannya.

"Gue harap dengan adanya proyek ini, Nathan akan semakin care sama gue," batin Cindy menatap Nathan sesaat.

***

Presentasi kelompok Nathan, Widya, dan Cindy mendapat nilai A+ dari dosen pemangku mata kuliah. Di antara semua kelompok, hanya mereka bertiga yang mampu mendapat predikat tertinggi. Dan dosen mereka menawarkan agar ketiganya mengikuti pameran interior di salah satu mall yang akan diadakan satu bulan ke depan.

“Bapak harap kalian mengambil kesempatan ini untuk mewakili kampus kita!” ujar dosen pemangku mata kuliah interior design.

“Terima kasih, atas tawarannya. Kami akan mempertimbangkan tawaran Bapak terlebih dahulu. Soalnya, kami rasa desain kami sangat sederhana dan tidak percaya diri ikut bersaing dengan perusahaan property lain,” imbuh Nathan.

“Siapa bilang desain kalian sederhana. Menurut bapak, konsep kalian itu sungguh luar biasa. Bapak yakin, jika belum ada perusahaan property mana pun yang mempunyai ide kreatif seperti ini. Oh, iya, bapak penasaran dari mana kalian dapat ide cemerlang ini?” tanya pak Arif selaku dosen yang membina mereka.

“Kami terinspirasi dari konsep hotel Martapura yang kebetulan hotel itu milik keluarga Cindy, Pak. Jadi, kami bisa mengembangkan konsep yang ada sehingga perbedaannya sangat jauh berbeda, tetapi dengan tujuan yang sama yakni konsep go health, and go green,” papar Nathan.

“Wah, ide kalian memang luar biasa. Besar harapan bapak kalau kalian ikut pameran nanti. Kalau ada yang kalian butuhkan seputar informasi pameran, kalian bisa datangi bapak di ruangan.”

“Iya, Pak, terima kasih.”

Usai kepergian dosen mereka, Widya berteriak sangat senang. “Yes! Finally kita bisa ikut pameran juga. Ini semua berkat ide Cindy yang mengusulkan konsep hotel keluarganya.”

“Ah, bukan apa-apa, kok. Gue senang jika kelompok kita mendapat kesempatan ikut pameran property berskala nasional seperti itu. Ini kesempatan yang sangat langka, lho,” sahut Cindy merendah. Gadis itu harus mempertahankan sikap dan perilakunya di hadapan Nathan. Bukan tanpa alasan, ia ingin dengan apa yang dilakukannya akan mendapat respons yang bagus dari Nathan, dan perlahan laki-laki itu akan jatuh hati padanya.

Nathan memang membenarkan perkataan Cindy, tetapi lelaki itu tidak akan mudah percaya begitu saja. “Perubahan lo terlalu drastis, Kita lihat, sampai berapa lama lo mampu bertahan,” batin Nathan, sejenak memandang ke arah Cindy yang sedang asyik berdiskusi dengan Widya. Cindy yang menyadari itu pura-pura tidak tahu, walaupun debaran jantungnya berdetak tidak menentu.

“Yah, tapi setidaknya lo punya andil besar di kelompok kita. Lo yang mengundang kita ke hotel milik keluarga lo untuk cari inspirasi dan konsep baru yang sesuai dengan tema kita,” tambah Nathan.

Widya mengangguk menyetujui. “Betul banget. Lo sangat membantu kita, Cin.”

Seutas senyum seringai terbit di bibir Cindy, “Lo masuk jebakan gue, Nath,” batinnya.

“Ya sudah kalau gitu, gue sama Nathan pamit duluan, ya,” lanjut Widya.

“Oh, iya, silakan. Gue juga udah mau balik,” ujar Cindy memperlihatkan kunci mobilnya ke hadapan Widya. Ia berpura-pura berlapang dada melihat kedekatan Widya dengan pujaan hatinya.

Mereka bertiga melangkah bersama menuju ke parkiran. Widya sudah masuk ke dalam mobil Nathan. Sebelum masuk menyusul Widya, sejenak Nathan berkata pada Cindy yang kebetulan mobilnya terparkir di sebelahnya.

“Thanks. Kita semua nggak bakal dapat nilai bagus tanpa saran dari lo.”

Perkataan Nathan, membuat Cindy terkesiap. Ia yang sudah bersiap masuk ke dalam mobil tiba-tiba berhenti sejenak saat Nathan mengajaknya berbicara. Hatinya seolah melambung ke udara.

“Apa gue bilang. Akting gue bagus, 'kan? Baru beberapa hari, Nathan sudah care sama gue. Apalagi, kalau gue berakting pura-pura baik di depannya terus-menerus. Mungkin sebentar lagi dia akan takluk dan berlutut di depan gue,” batin Cindy.

“Cin … Cindy!” teriak Nathan yang melihat lawan bicaranya malah melamun. Cindy pun terperanjat.

“I-iya, Nath, sama-sama. Ini kan tugas kelompok, jadi harus dikerjakan bersama-sama, ‘kan?” kilahnya gugup.

Nathan mengangguk. “Ya sudah, lo, hati-hati di jalan! Gue duluan,” pamit Nathan, lalu masuk ke dalam mobil.

“Iya, Nath. Lo juga hati-hati!” balas Cindy dengan hati berbunga-bunga. Mendapatkan perhatian dari seorang Nathan, laki-laki yang selama ini menjadi incarannya membuat Cindy benar-benar bahagia. “Tidak sia-sia gue berakting selama beberapa hari ini,” ujar Cindy tertawa puas saat sudah berada dalam mobilnya. Ia lekas menginjak gas mobilnya meninggalkan kampus dengan perasaan gembira.

Sementara itu pikiran Nathan tidak berhenti berprasangka mengenai Cindy. “Jangan harap gue mudah percaya dengan segala kebaikan, lo. Gue kenal lo nggak cuma sehari-dua hari. Lo nggak cukup pintar buat kamuflase. Okey, gue ikutin permainan lo,” batin Nathan.

...***...

Cindy belum kapok ternyata, kita ruqyah saja bagaimana?

Yuk, ramekan komentar! Tombol like jangan lupa ditekan, gift juga agak banyakan. Biar othornya senang. 🤗

Terpopuler

Comments

Kᵝ⃟ᴸуυℓ∂єρ

Kᵝ⃟ᴸуυℓ∂єρ

cindy gak tobat² yah

2022-05-24

1

Ay_katsuki

Ay_katsuki

sumingkir sumingkir 🤣🤣

2022-03-02

1

Ani Aira

Ani Aira

Lo jual gw beli gitu ya Nath

2022-03-01

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 BAB 5
6 BAB 6
7 BAB 7
8 BAB 8
9 BAB 9
10 BAB 10
11 BAB 11
12 BAB 12
13 BAB 13
14 BAB 13.1
15 BAB 14
16 BAB 14.1
17 BAB 15
18 BAB 16
19 BAB 17
20 BAB 18
21 BAB 19
22 BAB 20
23 BAB 21
24 BAB 22.1
25 BAB 22.2
26 BAB 23
27 BAB 24.1
28 BAB 24.2
29 BAB 25
30 BAB 26
31 BAB 27
32 BAB 28
33 BAB 29
34 BAB 30
35 BAB 31
36 BAB 32
37 BAB 33
38 BAB 34
39 BAB 35
40 BAB 36
41 BAB 37
42 BAB 38
43 BAB 39
44 BAB 40
45 BAB 41
46 BAB 42
47 BAB 43
48 BAB 44
49 BAB 45
50 BAB 46
51 BAB 47
52 BAB 47.1
53 BAB 48
54 BAB 49
55 BAB 50
56 BAB 51
57 BAB 52
58 BAB 53
59 BAB 54
60 BAB 55
61 BAB 56
62 BAB 57
63 BAB 58
64 BAB 59
65 BAB 60
66 BAB 61
67 BAB 62
68 BAB 63
69 BAB 64
70 BAB 65
71 BAB 66
72 BAB 67
73 BAB 68
74 BAB 69
75 BAB 70
76 BAB 71
77 BAB 72
78 BAB 73
79 BAB 74
80 BAB 75
81 BAB 76
82 BAB 77
83 BAB 78
84 BAB 79
85 BAB 80
86 BAB 81
87 BAB 82
88 BAB 83
89 BAB 84
90 BAB 85
91 BAB 86
92 BAB 87
93 BAB 88
94 BAB 89
95 BAB 90
96 BAB 91
97 BAB 92
98 BAB 93
99 BAB 94
100 BAB 95
101 BAB 96
102 BAB 97.1
103 BAB 97.2
104 BAB 97.3
105 BAB 98
106 BAB 99
107 BAB 100.1
108 BAB 100.2
109 BAB 101
110 BAB 102
111 BAB 103
112 BAB 104
113 BAB 105
114 BAB 106
115 BAB 107.1
116 BAB 107.2
117 BAB 108
118 BAB 109
119 BAB 110
120 BAB 111
121 BAB 112
122 BAB 113
123 BAB 114
124 BAB 115
125 BAB 116
126 BAB 117
127 BAB 118
128 BAB 119.1
129 BAB 119.2
130 BAB 120
131 BAB 121
132 BAB 122
133 BAB 123
134 BAB 124
135 BAB 125
136 BAB 126
137 BAB 127
138 BAB 128
139 BAB 129
140 BAB 130. END
Episodes

Updated 140 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
BAB 5
6
BAB 6
7
BAB 7
8
BAB 8
9
BAB 9
10
BAB 10
11
BAB 11
12
BAB 12
13
BAB 13
14
BAB 13.1
15
BAB 14
16
BAB 14.1
17
BAB 15
18
BAB 16
19
BAB 17
20
BAB 18
21
BAB 19
22
BAB 20
23
BAB 21
24
BAB 22.1
25
BAB 22.2
26
BAB 23
27
BAB 24.1
28
BAB 24.2
29
BAB 25
30
BAB 26
31
BAB 27
32
BAB 28
33
BAB 29
34
BAB 30
35
BAB 31
36
BAB 32
37
BAB 33
38
BAB 34
39
BAB 35
40
BAB 36
41
BAB 37
42
BAB 38
43
BAB 39
44
BAB 40
45
BAB 41
46
BAB 42
47
BAB 43
48
BAB 44
49
BAB 45
50
BAB 46
51
BAB 47
52
BAB 47.1
53
BAB 48
54
BAB 49
55
BAB 50
56
BAB 51
57
BAB 52
58
BAB 53
59
BAB 54
60
BAB 55
61
BAB 56
62
BAB 57
63
BAB 58
64
BAB 59
65
BAB 60
66
BAB 61
67
BAB 62
68
BAB 63
69
BAB 64
70
BAB 65
71
BAB 66
72
BAB 67
73
BAB 68
74
BAB 69
75
BAB 70
76
BAB 71
77
BAB 72
78
BAB 73
79
BAB 74
80
BAB 75
81
BAB 76
82
BAB 77
83
BAB 78
84
BAB 79
85
BAB 80
86
BAB 81
87
BAB 82
88
BAB 83
89
BAB 84
90
BAB 85
91
BAB 86
92
BAB 87
93
BAB 88
94
BAB 89
95
BAB 90
96
BAB 91
97
BAB 92
98
BAB 93
99
BAB 94
100
BAB 95
101
BAB 96
102
BAB 97.1
103
BAB 97.2
104
BAB 97.3
105
BAB 98
106
BAB 99
107
BAB 100.1
108
BAB 100.2
109
BAB 101
110
BAB 102
111
BAB 103
112
BAB 104
113
BAB 105
114
BAB 106
115
BAB 107.1
116
BAB 107.2
117
BAB 108
118
BAB 109
119
BAB 110
120
BAB 111
121
BAB 112
122
BAB 113
123
BAB 114
124
BAB 115
125
BAB 116
126
BAB 117
127
BAB 118
128
BAB 119.1
129
BAB 119.2
130
BAB 120
131
BAB 121
132
BAB 122
133
BAB 123
134
BAB 124
135
BAB 125
136
BAB 126
137
BAB 127
138
BAB 128
139
BAB 129
140
BAB 130. END

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!