BAB 13

...***...

Beberapa hari ini Kartika dibuat jengkel dengan ulah para sahabatnya. Mereka selalu saja menyinggung tentang perasaan dan hubungannya dengan Zakir. Dan yang paling membuat Kartika tambah kesal, yaitu ketika mereka berdua berada dalam satu tempat yang sama. Para sahabatnya semakin menjadi saja menggoda dirinya. Salah tingkah itu pasti, tetapi itu mampu dia tutupi dengan sikapnya yang pura-pura ketus pada Zakir.

Berbeda lagi dengan Zakir. Cowok itu justru menanggapinya dengan santai. Bahkan, ia lebih berani menunjukan perhatiannya pada Kartika.

Seperti hari ini, Kartika, Karin, Zakir, dan Harsa sedang makan bersama di kantin kampus. Zakir tanpa rasa malu memberikan banyak perhatian kepada Kartika. "Makan yang banyak, biar kuat menghadapi kenyataan, Tik!" oceh Zakir sambil memindahkan pentolan bakso di mangkok Tika. Lalu tiba-tiba duduk tegak, seraya menepuk-nepuk pundaknya sendiri, "Tapi kalau lo nggak sanggup menghadapi kenyataan, ada pundak abang yang siap menopang untuk lo bersandar,” imbuhnya lagi seraya menaikturunkan kedua alisnya.

"Apa-apaan, sih, Zak?! Gue sudah kenyang. Lagian gombalan basi aja, lo pakek! Nggak mempan sama gue, tau!" ketus Kartika menangapi perhatian Zakir, walaupun gadis itu tetap saja melahap bakso pemberian Zakir.

Harsa yang melihat tingkah teman di depannya cuma bisa geleng-geleng kepala, sembari memegang ponsel. Dia yang datang duluan bersama Zakir memang sudah selesai makan. Kini, keduanya tinggal menunggu Karin dan Kartika menyelesaikan makannya.

"Itu bukan gombalan, Tik, tapi perhatian." Kali ini Karin yang bersuara. Dengan tersenyum dia memperhatikan wajah Kartika yang bersemu merah. Kartika menyadari itu, maka dengan cepat dia mengubah ekspresinya menjadi muka ketus.

"Lagian yang butuh makan banyak itu, lo, Zak! Badan lo kelihatan lebih kurus." Omelan Kartika ditangapi dengan senyum jahil Zakir.

"Ini bukan kurus, tapi berotot, Tik," sanggah Zakir. "Eh, betewe ... makasih, ya, lo ternyata perhatian juga sama gue," sambung Zakir sembari mengerlingkan mata.

"Udah, woy, ngegombalnya! Di sini ada anak di bawah umur," protes Harsa. Tatapannya yang semula tertuju pada Zakir, berpindah ke Kartika. "Widya kemana, sih, Tik? Bosen gue nggak ada dia." Harsa yang merasa bosan, karena cewek pujaannya nggak kelihatan akhirnya memotong perdebatan Zakir dan Kartika.

"Mana gue tahu? Yang satu jurusan sama dia itu Nathan, mungkin belum selesai jam kelasnya." Dengan mulut penuh makanan, Kartika menjawab pertanyaan Harsa. Sehingga bibirnya jadi belepotan dengan kuah bakso. Zakir tidak tinggal diam. Ia dengan sigap mengambil tisu lalu mengelap bibir Kartika yang belepotan. Kartika ingin menolak, tetapi gerak refleks kepalanya ternyata kalah cepat dengan gerakan tangan Zakir yang kini sudah menempelkan tisu di bibirnya yang mendadak jadi bisu.

Harsa tidak tahan melihat kelakuan Zakir, ia pun berdecak lalu berdiri. "Gue pergi duluan, deh. Males gue jadi obat nyamuk kalian berdua!" gerundel Harsa lalu pergi meninggalkan temannya. Harsa sengaja pergi karena ingin memberi kesempatan pada Zakir agar bisa berduaan dengan Kartika, karena dia tahu jika sahabatnya itu ada rasa untuk Kartika. Karin yang seakan mengerti maksud Harsa juga ikut pergi dengan alasan pergi ke toilet.

"Gue ke toilet dulu, ya, Tik!" pamit Karin.

Kartika yang semula tertunduk, karena menyembunyikan wajahnya yang bersemu merah akibat perlakuan Zakir, sontak mendongak lalu mengangguk. Zakir sendiri merasa kaget dengan sikapnya yang spontanitas, dia merasa tidak rela melihat wajah manis Kartika harus terlihat belepotan. Mungkin itu insting seorang pria saja, pikirnya.

"Maaf, Tik, reflek! Lagian lo makannya kayak anak kecil aja, belepotan. Pernah dengar, nggak, lagu zaman dulu? 'Kalau makan jangan bersuara'." Zakir melontarkan bait lagu pada kalimat terakhirnya sembari bernyanyi.

"Gue tadi makan sambil jawab pertanyaan Harsa. Lo denger sendiri, 'kan, tadi Harsa nanya ke gue? Ya, gue jawablah!" cetus Tika ketus.

"Emang itu anak nanyanya aneh-aneh, udah tahu kalian nggak satu jurusan." Terdiam sejenak, Zakir sedikit ragu untuk melanjutkan kalimatnya. "Ehm ... Tik, besok malam lo ada acara, nggak?"

"Kenapa?" sahut Kartika.

"Jalan, yok!" Ajakan Zakir dengan sorot mata memohon, seakan membuat kerja jantung Kartika untuk memompa darah jadi lebih cepat. Sehingga jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya, dan mempengaruhi kerja otak Kartika sehingga responsnya jadi lambat.

Gadis itu malah tertegun sejenak sebelum dirinya menjawab, "Ki-kita nggak nongkrong sama temen-temen yang lain?" Dengan terbata-bata Kartika balik bertanya pada Zakir. Sosok Kartika yang ketus seperti biasanya tidak nampak sama sekali, berganti dengan sosok Kartika yang manis dan mengemaskan di mata Zakir. Sehingga membuat Zakir semakin yakin dengan perasaannya terhadap Kartika.

"Enggak. Gue pengin jalan berdua sama lo."

Deg!

Kaget dan bingung dengan jawaban apa yang harus Tika berikan kepada Zakir. "Apa ini seperti ajakan kencan?" gumam Kartika dalam hati.

Sesaat Kartika tertegun sampai akhirnya suara deheman Karin menyadarkannya. Ia pun urung menjawab pertanyaan Zakir.

"Ayo, Tik, kita balik ke kelas!" ajak Karin.

Dengan cepat Kartika berdiri, lalu berpamitan, "Kita duluan, ya, Zak."

"Ajakan gue gimana?" Zakir mempertanyakan jawaban atas ajakannya kepada Kartika, tetapi tanpa menoleh Kartika menjawab,

"Gue lihat dulu nanti, ya." Suara Kartika terdengar pelan, tetapi masih terdengar oleh Zakir. Lantas berlalu sambil menggandeng tangan Karin.

\*\*\*

Bukan tanpa alasan Kartika mengambil jurusan teknik industri, dia bercita-cita memiliki usaha sendiri di salah satu bidang industri yang sesuai dengan kemampuannya. Pastinya itu tidak mudah, dia akan memulai dengan menjadi karyawan di salah satu perusahaan besar di Jakarta terlebih dahulu sambil mengumpulkan modal. Harapan itu selalu ditanamkan di dalam pikirannya, mengingat papanya juga seorang karyawan swasta. Walaupun gajinya sekarang terbilang tinggi, tetapi sang papa pasti ada masa pensiunnya. Dan lagi kondisi papanya yang sering sakit, ditambah lagi dia masih memiliki dua orang adik, yang masih membutuhkan biaya untuk sekolah sampai kuliah.

Sambil menghela napas kasar, Kartika bersandar di salah satu sofa di ruang keluarga. Kedua matanya memandang layar televisi, tetapi pikirannya mengembara entah ke mana. Sebenarnya dekat dengan Zakir membuat dirinya merasa nyaman, apalagi dengan perhatian Zakir. Itu adalah sesuatu yang bisa membuat bibirnya selalu mengembangkan senyum setiap kali mengingatnya. Namun, apakah benar itu cinta? Apakah dia harus memelihara rasa itu dan memupuknya dengan menjalin hubungan dengan Zakir.

Pertanyaan seperti itu berkecamuk dalam pikirannya, sedangkan Kartika merasa hanya akan membuang-buang waktu jika harus berkomitmen dengan seorang laki-laki. Kartika ingin memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk mengejar mimpinya.

Suara dering dari ponsel yang menandakan satu notifikasi pesan masuk dari nomor WhatsApp seseorang membuat Kartika tersentak, lalu bergegas menyahut ponsel tersebut dan membuka isi pesannya.

Zakir: Tik, gimana? Jadi jalan, nggak?

...***...

Gantung, kan? Emang sengaja, biar penasaran 🤣🏃‍♀️🏃‍♀️

Jangan lupa like dan komentarnya. Dadah 👋👋

Terpopuler

Comments

HeniNurr (IG_heninurr88)

HeniNurr (IG_heninurr88)

Visualnya oke😍

2022-06-27

0

Ani Aira

Ani Aira

cameon Tika

2022-03-12

1

Ani Aira

Ani Aira

udah mulai terang²an nih Zakir

2022-03-12

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 BAB 5
6 BAB 6
7 BAB 7
8 BAB 8
9 BAB 9
10 BAB 10
11 BAB 11
12 BAB 12
13 BAB 13
14 BAB 13.1
15 BAB 14
16 BAB 14.1
17 BAB 15
18 BAB 16
19 BAB 17
20 BAB 18
21 BAB 19
22 BAB 20
23 BAB 21
24 BAB 22.1
25 BAB 22.2
26 BAB 23
27 BAB 24.1
28 BAB 24.2
29 BAB 25
30 BAB 26
31 BAB 27
32 BAB 28
33 BAB 29
34 BAB 30
35 BAB 31
36 BAB 32
37 BAB 33
38 BAB 34
39 BAB 35
40 BAB 36
41 BAB 37
42 BAB 38
43 BAB 39
44 BAB 40
45 BAB 41
46 BAB 42
47 BAB 43
48 BAB 44
49 BAB 45
50 BAB 46
51 BAB 47
52 BAB 47.1
53 BAB 48
54 BAB 49
55 BAB 50
56 BAB 51
57 BAB 52
58 BAB 53
59 BAB 54
60 BAB 55
61 BAB 56
62 BAB 57
63 BAB 58
64 BAB 59
65 BAB 60
66 BAB 61
67 BAB 62
68 BAB 63
69 BAB 64
70 BAB 65
71 BAB 66
72 BAB 67
73 BAB 68
74 BAB 69
75 BAB 70
76 BAB 71
77 BAB 72
78 BAB 73
79 BAB 74
80 BAB 75
81 BAB 76
82 BAB 77
83 BAB 78
84 BAB 79
85 BAB 80
86 BAB 81
87 BAB 82
88 BAB 83
89 BAB 84
90 BAB 85
91 BAB 86
92 BAB 87
93 BAB 88
94 BAB 89
95 BAB 90
96 BAB 91
97 BAB 92
98 BAB 93
99 BAB 94
100 BAB 95
101 BAB 96
102 BAB 97.1
103 BAB 97.2
104 BAB 97.3
105 BAB 98
106 BAB 99
107 BAB 100.1
108 BAB 100.2
109 BAB 101
110 BAB 102
111 BAB 103
112 BAB 104
113 BAB 105
114 BAB 106
115 BAB 107.1
116 BAB 107.2
117 BAB 108
118 BAB 109
119 BAB 110
120 BAB 111
121 BAB 112
122 BAB 113
123 BAB 114
124 BAB 115
125 BAB 116
126 BAB 117
127 BAB 118
128 BAB 119.1
129 BAB 119.2
130 BAB 120
131 BAB 121
132 BAB 122
133 BAB 123
134 BAB 124
135 BAB 125
136 BAB 126
137 BAB 127
138 BAB 128
139 BAB 129
140 BAB 130. END
Episodes

Updated 140 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
BAB 5
6
BAB 6
7
BAB 7
8
BAB 8
9
BAB 9
10
BAB 10
11
BAB 11
12
BAB 12
13
BAB 13
14
BAB 13.1
15
BAB 14
16
BAB 14.1
17
BAB 15
18
BAB 16
19
BAB 17
20
BAB 18
21
BAB 19
22
BAB 20
23
BAB 21
24
BAB 22.1
25
BAB 22.2
26
BAB 23
27
BAB 24.1
28
BAB 24.2
29
BAB 25
30
BAB 26
31
BAB 27
32
BAB 28
33
BAB 29
34
BAB 30
35
BAB 31
36
BAB 32
37
BAB 33
38
BAB 34
39
BAB 35
40
BAB 36
41
BAB 37
42
BAB 38
43
BAB 39
44
BAB 40
45
BAB 41
46
BAB 42
47
BAB 43
48
BAB 44
49
BAB 45
50
BAB 46
51
BAB 47
52
BAB 47.1
53
BAB 48
54
BAB 49
55
BAB 50
56
BAB 51
57
BAB 52
58
BAB 53
59
BAB 54
60
BAB 55
61
BAB 56
62
BAB 57
63
BAB 58
64
BAB 59
65
BAB 60
66
BAB 61
67
BAB 62
68
BAB 63
69
BAB 64
70
BAB 65
71
BAB 66
72
BAB 67
73
BAB 68
74
BAB 69
75
BAB 70
76
BAB 71
77
BAB 72
78
BAB 73
79
BAB 74
80
BAB 75
81
BAB 76
82
BAB 77
83
BAB 78
84
BAB 79
85
BAB 80
86
BAB 81
87
BAB 82
88
BAB 83
89
BAB 84
90
BAB 85
91
BAB 86
92
BAB 87
93
BAB 88
94
BAB 89
95
BAB 90
96
BAB 91
97
BAB 92
98
BAB 93
99
BAB 94
100
BAB 95
101
BAB 96
102
BAB 97.1
103
BAB 97.2
104
BAB 97.3
105
BAB 98
106
BAB 99
107
BAB 100.1
108
BAB 100.2
109
BAB 101
110
BAB 102
111
BAB 103
112
BAB 104
113
BAB 105
114
BAB 106
115
BAB 107.1
116
BAB 107.2
117
BAB 108
118
BAB 109
119
BAB 110
120
BAB 111
121
BAB 112
122
BAB 113
123
BAB 114
124
BAB 115
125
BAB 116
126
BAB 117
127
BAB 118
128
BAB 119.1
129
BAB 119.2
130
BAB 120
131
BAB 121
132
BAB 122
133
BAB 123
134
BAB 124
135
BAB 125
136
BAB 126
137
BAB 127
138
BAB 128
139
BAB 129
140
BAB 130. END

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!