BAB 5

...Mau mengingatkan lagi soal Giveaway kita. ...

...Yuk, ikut ramaikan! Cuma ikutin novel ini terus, sama kasih komentar semenarik mungkin. Bikin hati othornya kepincut sama komentar kalian. Mau merayu othornya juga boleh, tapi mohon maaf othornya anti ghosting kecuali sama Nathan 😅😅...

...Follow juga akun IG eska'er @eskaer10...

...tiktok @eskaer.skr dan fb: eskaerskr...

...Terimakasih 🤗🤗...

...***...

Belakangan ini, Nathan tidak pernah membiarkan Widya lepas darinya. Saat di kampus, Nathan akan dengan setia menunggu Widya ketika gadis itu sedang mengikuti kelas, walaupun sebenarnya Nathan tidak berada di satu mata kuliah yang sama.

Pengakuan Widya tentang perasaannya terhadap Harsa, masih membuatnya ragu. Pasalnya Widya pun masih membiarkan Harsa mendekatinya, padahal lelaki itu sudah pernah menyakitinya. Nathan berkali-kali melihat Widya pulang bersama Harsa, membuat Nathan semakin emosi melihat kedekatan mereka.

Nathan yang sedang berjalan menuju ruang dosen, tidak sengaja matanya menangkap seorang lelaki dan wanita yang sangat dia kenali sedang duduk berdua di meja makan outdoor yang berada di dekat kantin kampus. Keduanya terlihat sedang menyantap makanan sembari mengobrol santai. Nathan mempertajam penglihatannya. Langkahnya terhenti begitu menyadari bahwa itu adalah Widya dan Harsa.

Dari penglihatan Nathan, Widya begitu senang dengan kehadiran Harsa, hingga membuat gadis tersebut selalu tertawa. Bahkan, Nathan beberapa kali melihat tangan Harsa mulai aktif menyelipkan beberapa helai rambut yang menutupi sebagian wajah Widya.

“Eh, Tik, lo mau kemana?” tanya Nathan begitu melihat Kartika membawa sepiring siomay di tangannya.

“Lo nggak lihat gue lagi bawa apa? Ganggu aja, lo!” sewot Kartika. Setelah menjawab pertanyaan Nathan, Kartika berjalan meninggalkan Nathan.

Nathan yang melihat Kartika berjalan berlawanan dengan tempat Widya, segera berlari mengejarnya. “Tik, lo, kok ke sini? Nggak makan bareng Widya?”

“Ya ampun, Nath, apa gue harus selalu laporan sama elo dulu, gue mau ngapain, makan di mana, sama siapa? Unfaedah banget tau, nggak?” Kartika memutar bola matanya malas, dibuat geram dengan tingkah Nathan. “Minggir!” usirnya ketus.

Namun, dengan cepat Nathan menahan lengan Kartika yang akan berlalu. “Tik, gue butuh bantuan lo. Nggak susah, kok. Gue janji!” Nathan mengangkat kedua jarinya sebagai simbol perdamaian.

Kartika sejenak menoleh ke arah Nathan. Walaupun malas, ia juga tidak tega kalau tidak sahabatnya meminta bantuan. “Apa? Buruan!” cecarnya.

“Lo temenin Widya makan, ya? Gue mau ngumpulin artikel sebentar,” pinta Nathan, “tuh, di sana,” tunjuk Nathan tepat di mana Harsa dan Widya makan bersama.

Kartika mengikuti arah yang ditunjukkan Nathan. Seketika membuat Kartika memutar bola matanya. “Kan, udah ada Harsa, Nath.”

“Ya justru karena ada Harsa, KARTIKA. Gue takut Harsa bakal berulah lagi.” Nathan pun membanting setumpuk kertas yang ia bawa ke atas meja. Rahangnya mengeras, ketika melihat Harsa menggenggam tangan Widya dan beranjak dari tempatnya.

“Tau, dah!” Kartika melihat segerombolan temannya yang sudah membubarkan diri. “Tuh, ‘kan! Temen gue udah pada bubar. Gara-gara elo, sih!”

Tidak ada pilihan lain, akhirnya Kartika memilih duduk di depan Nathan. Meletakkan siomay ke atas meja lalu menyantapnya. “Lo, itu kenapa, sih?”

Nathan pun memilih duduk bersama Kartika. Menatap nyalang kursi yang tadinya ditempati oleh Widya. Wajahnya terlihat muram dengan kedua tangannya menopang dagu. Dia tidak terima, seandainya Harsa diberikan kesempatan kedua, apalagi jika sampai lelaki itu kembali menyakiti Widya.

“Lo cemburu?” Kartika kembali bertanya, saat tidak mendapat jawaban dari Nathan.

Nathan beralih menatap Kartika. “Lo, tuh, jangan mendeskripsikan cinta dengan mudah.”

“Terus yang tadi apa? Kalau Widya sama Harsa, ya udah. Biarin aja kenapa, sih?”

“Lo nggak ada simpatinya sama sahabat lo, ya?”

Kartika yang sedang mengunyah potongan tahu, terpaksa menelannya secara paksa, meletakkan sendoknya, lalu menatap Nathan tajam. “Maksud lo?”

“Elo membiarkan Harsa berduaan terus sama Widya. Kalo Widya baper lagi, gimana?"

Kartika mulai kesal dengan Nathan yang tidak mau mengakui perasaannya. Ternyata gengsi Nathan jauh lebih besar dari cintanya atau memang Nathan tidak menyadari bahwa sebenarnya dia mencintai Widya?

“Nath, kalo lo suka sama Widya, ngomong! Jangan diem-diem aja! Widya mana tahu perasaan lo yang sebenarnya?” jelas Kartika. “Lo tiap hari panggil dia 'sayang', apa menurut lo Widya menganggap bahwa lo suka sama dia? Enggak, Nath. Widya Cuma menganggap lo sekedar bercanda.”

Mendengar penjelasan Kartika tak lekas membuat Nathan menyadari perasaannya. Dia memang sering memanggil Widya dengan panggilan 'sayang' atau bahkan menyebut gadis itu sebagai kekasihnya.

Cemburu? Benarkah? Nathan cukup kesal saat mendengar keputusan Widya berpacaran dengan Harsa. Namun, sebagai sahabat dia tetap mendukung apa pun keputusan Widya.

Saat melihat Harsa menyakiti Widya, emosi Nathan sudah tidak dapat ditahan lagi. Nathan begitu marah dengan sikap Harsa, apalagi dengan melihat ketulusan yang diberikan oleh Widya. Nathan merasa Harsa tidak pantas untuk bersanding dengan Widya.

“Gue sayang sama Widya, tapi itu bukan berarti gue cinta, ‘kan?” Nathan memastikan. “Gue marah, waktu Harsa menyakiti Widya. Bahkan sampai sekarang pun gue belum bisa memaafkan kejahatan Cindy terhadap Widya.”

Kartika segera mengunyah suapan terakhir ke mulutnya, lalu menyedot es tehnya. “Kejahatan Cindy? Cindy ngelakuin apa sama Widya?”

Nathan menghembuskan napasnya. “Gue minta maaf, karena gue nggak bilang apa-apa sama kalian. Lo masih inget kejadian surat cinta di mading?”

Kartika mengangguk antusias. Dia masih ingat benar kejadian yang menjadi awal hubungan mereka bertiga terpecah. Membuat Kartika menjadi sahabat yang paling bodoh karena tidak mengetahui perasaan sahabatnya sendiri.

“Itu ulah Cindy. Dia yang sengaja menempelkan surat itu di mading.” Nathan menunduk mengingat kejadian itu. Kejadian yang sangat membuatnya semakin bersimpati pada Widya. Gadis pendiam dan rapuh yang sangat ingin ia lindungi.

Kartika menggeleng tidak percaya. “Gue masih nggak percaya tuh cewek yang ngelakuin itu.”

“Terserah ... elo mau percaya atau nggak. Alasannya, sih, karena dia suka sama gue, dia nggak suka gue deket sama Widya,“ ucap Nathan mengangkat kedua bahunya.

Brak!

“Tik! Lo gila?” sentak Nathan karena Kartika tiba-tiba menggebrak meja kantin. Membuat mereka menjadi pusat perhatian beberapa mahasiswa di sana.

“Woy! Santai, dong!” teriak salah satu mahasiswa.

Kartika hanya nyengir begitu menyadari kebodohannya. “Maaf kakak-kakak dan adik-adik sekalian. Silakan dilanjutkan sesi makan siangnya. Terima kasih.”

“Makanya, jadi cewek itu yang bener.”

“Lo pikir gue cowok? Mau bukti?” Kartika mendadak berdiri dari duduknya, membuat meja yang memisahkan tempat mereka hampir terbalik.

“Woho ....” Ucap Nathan menahan keseimbangan meja. Dia segera berdiri di samping Kartika. “Santai, Tik, lo mau dihajar sama seluruh mahasiswa yang di kantin?” ucap Nathan menenangkan Kartika. Nathan menepuk bahu Kartika untuk memintanya duduk kembali. Kartika menurut. Hancur sudah image tampannya di kampus jika sampai terlibat masalah hanya karena gadis jadi-jadian seperti Kartika.

“Emosi Nath, gue, denger soal kelakuan Cindy. Ditambah mulut lemes lo yang bikin gue makin emosi!”

Nathan tersenyum memperlihatkan barisan giginya. “Elo jadi cewek aneh, tau.”

Kartika berdecak kesal. “Ya udahlah, lupakan! Terus lo gimana?” Kartika kembali menatap Nathan dengan intens. Mendekatkan tubuhnya ke arah Nathan sambil bersedekap dada. “Lo masih nggak mau mengaku perasaan lo sebagai rasa cinta?”

Nathan mengusap wajahnya kasar. “Gue nggak mau cepat mendeskripsikannya, Tik. Gue takut nanti akhirnya malah menyakiti Widya. Gue nggak mau kayak Harsa.”

“Terserah, lo, Nath. Gue udah kasih saran buat lo. Jangan sampai lo nyesel pada akhirnya,” saran Kartika untuk Nathan. Kartika segera meninggalkan Nathan yang masih duduk diam di tempatnya. Mencoba mencerna setiap perkataan Kartika. Entah kapan dia menyadari tentang perasaannya terhadap Widya. Hingga ia tersadar, jika dirinya harus kembali ke ruangan dosen untuk segera mengumpulkan tugasnya. Nathan pun bergegas pergi ke sana.

Greget nggak, sih, sama Nathan?

Kalau suka bilang, dong. Othornya emosi, Nathan curhatnya setengah doang 😌

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian 🤗

Terpopuler

Comments

Nur Yanti

Nur Yanti

nathan klw cinta langsung tembak widia dor..dor..dor maslah kena apa ga nya itu mah urusan nanti..dari pada nyesel kena tikung harsa lagi mewek deh patah hati 😂

2022-03-15

0

Ani Aira

Ani Aira

terlalu banyak pertimbangan banget sih tinggal bilang lope lope sama Widya aja susah bener

2022-02-24

1

Ani Aira

Ani Aira

menolak sadar ya Nat

2022-02-24

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 BAB 5
6 BAB 6
7 BAB 7
8 BAB 8
9 BAB 9
10 BAB 10
11 BAB 11
12 BAB 12
13 BAB 13
14 BAB 13.1
15 BAB 14
16 BAB 14.1
17 BAB 15
18 BAB 16
19 BAB 17
20 BAB 18
21 BAB 19
22 BAB 20
23 BAB 21
24 BAB 22.1
25 BAB 22.2
26 BAB 23
27 BAB 24.1
28 BAB 24.2
29 BAB 25
30 BAB 26
31 BAB 27
32 BAB 28
33 BAB 29
34 BAB 30
35 BAB 31
36 BAB 32
37 BAB 33
38 BAB 34
39 BAB 35
40 BAB 36
41 BAB 37
42 BAB 38
43 BAB 39
44 BAB 40
45 BAB 41
46 BAB 42
47 BAB 43
48 BAB 44
49 BAB 45
50 BAB 46
51 BAB 47
52 BAB 47.1
53 BAB 48
54 BAB 49
55 BAB 50
56 BAB 51
57 BAB 52
58 BAB 53
59 BAB 54
60 BAB 55
61 BAB 56
62 BAB 57
63 BAB 58
64 BAB 59
65 BAB 60
66 BAB 61
67 BAB 62
68 BAB 63
69 BAB 64
70 BAB 65
71 BAB 66
72 BAB 67
73 BAB 68
74 BAB 69
75 BAB 70
76 BAB 71
77 BAB 72
78 BAB 73
79 BAB 74
80 BAB 75
81 BAB 76
82 BAB 77
83 BAB 78
84 BAB 79
85 BAB 80
86 BAB 81
87 BAB 82
88 BAB 83
89 BAB 84
90 BAB 85
91 BAB 86
92 BAB 87
93 BAB 88
94 BAB 89
95 BAB 90
96 BAB 91
97 BAB 92
98 BAB 93
99 BAB 94
100 BAB 95
101 BAB 96
102 BAB 97.1
103 BAB 97.2
104 BAB 97.3
105 BAB 98
106 BAB 99
107 BAB 100.1
108 BAB 100.2
109 BAB 101
110 BAB 102
111 BAB 103
112 BAB 104
113 BAB 105
114 BAB 106
115 BAB 107.1
116 BAB 107.2
117 BAB 108
118 BAB 109
119 BAB 110
120 BAB 111
121 BAB 112
122 BAB 113
123 BAB 114
124 BAB 115
125 BAB 116
126 BAB 117
127 BAB 118
128 BAB 119.1
129 BAB 119.2
130 BAB 120
131 BAB 121
132 BAB 122
133 BAB 123
134 BAB 124
135 BAB 125
136 BAB 126
137 BAB 127
138 BAB 128
139 BAB 129
140 BAB 130. END
Episodes

Updated 140 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
BAB 5
6
BAB 6
7
BAB 7
8
BAB 8
9
BAB 9
10
BAB 10
11
BAB 11
12
BAB 12
13
BAB 13
14
BAB 13.1
15
BAB 14
16
BAB 14.1
17
BAB 15
18
BAB 16
19
BAB 17
20
BAB 18
21
BAB 19
22
BAB 20
23
BAB 21
24
BAB 22.1
25
BAB 22.2
26
BAB 23
27
BAB 24.1
28
BAB 24.2
29
BAB 25
30
BAB 26
31
BAB 27
32
BAB 28
33
BAB 29
34
BAB 30
35
BAB 31
36
BAB 32
37
BAB 33
38
BAB 34
39
BAB 35
40
BAB 36
41
BAB 37
42
BAB 38
43
BAB 39
44
BAB 40
45
BAB 41
46
BAB 42
47
BAB 43
48
BAB 44
49
BAB 45
50
BAB 46
51
BAB 47
52
BAB 47.1
53
BAB 48
54
BAB 49
55
BAB 50
56
BAB 51
57
BAB 52
58
BAB 53
59
BAB 54
60
BAB 55
61
BAB 56
62
BAB 57
63
BAB 58
64
BAB 59
65
BAB 60
66
BAB 61
67
BAB 62
68
BAB 63
69
BAB 64
70
BAB 65
71
BAB 66
72
BAB 67
73
BAB 68
74
BAB 69
75
BAB 70
76
BAB 71
77
BAB 72
78
BAB 73
79
BAB 74
80
BAB 75
81
BAB 76
82
BAB 77
83
BAB 78
84
BAB 79
85
BAB 80
86
BAB 81
87
BAB 82
88
BAB 83
89
BAB 84
90
BAB 85
91
BAB 86
92
BAB 87
93
BAB 88
94
BAB 89
95
BAB 90
96
BAB 91
97
BAB 92
98
BAB 93
99
BAB 94
100
BAB 95
101
BAB 96
102
BAB 97.1
103
BAB 97.2
104
BAB 97.3
105
BAB 98
106
BAB 99
107
BAB 100.1
108
BAB 100.2
109
BAB 101
110
BAB 102
111
BAB 103
112
BAB 104
113
BAB 105
114
BAB 106
115
BAB 107.1
116
BAB 107.2
117
BAB 108
118
BAB 109
119
BAB 110
120
BAB 111
121
BAB 112
122
BAB 113
123
BAB 114
124
BAB 115
125
BAB 116
126
BAB 117
127
BAB 118
128
BAB 119.1
129
BAB 119.2
130
BAB 120
131
BAB 121
132
BAB 122
133
BAB 123
134
BAB 124
135
BAB 125
136
BAB 126
137
BAB 127
138
BAB 128
139
BAB 129
140
BAB 130. END

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!