...Mau mengingatkan lagi soal Giveaway kita. ...
...Yuk, ikut ramaikan! Cuma ikutin novel ini terus, sama kasih komentar semenarik mungkin. Bikin hati othornya kepincut sama komentar kalian. Mau merayu othornya juga boleh, tapi mohon maaf othornya anti ghosting kecuali sama Nathan 😅😅...
...Follow juga akun IG eska'er @eskaer10...
...tiktok @eskaer.skr dan fb: eskaerskr...
...Terimakasih 🤗🤗...
...***...
Belakangan ini, Nathan tidak pernah membiarkan Widya lepas darinya. Saat di kampus, Nathan akan dengan setia menunggu Widya ketika gadis itu sedang mengikuti kelas, walaupun sebenarnya Nathan tidak berada di satu mata kuliah yang sama.
Pengakuan Widya tentang perasaannya terhadap Harsa, masih membuatnya ragu. Pasalnya Widya pun masih membiarkan Harsa mendekatinya, padahal lelaki itu sudah pernah menyakitinya. Nathan berkali-kali melihat Widya pulang bersama Harsa, membuat Nathan semakin emosi melihat kedekatan mereka.
Nathan yang sedang berjalan menuju ruang dosen, tidak sengaja matanya menangkap seorang lelaki dan wanita yang sangat dia kenali sedang duduk berdua di meja makan outdoor yang berada di dekat kantin kampus. Keduanya terlihat sedang menyantap makanan sembari mengobrol santai. Nathan mempertajam penglihatannya. Langkahnya terhenti begitu menyadari bahwa itu adalah Widya dan Harsa.
Dari penglihatan Nathan, Widya begitu senang dengan kehadiran Harsa, hingga membuat gadis tersebut selalu tertawa. Bahkan, Nathan beberapa kali melihat tangan Harsa mulai aktif menyelipkan beberapa helai rambut yang menutupi sebagian wajah Widya.
“Eh, Tik, lo mau kemana?” tanya Nathan begitu melihat Kartika membawa sepiring siomay di tangannya.
“Lo nggak lihat gue lagi bawa apa? Ganggu aja, lo!” sewot Kartika. Setelah menjawab pertanyaan Nathan, Kartika berjalan meninggalkan Nathan.
Nathan yang melihat Kartika berjalan berlawanan dengan tempat Widya, segera berlari mengejarnya. “Tik, lo, kok ke sini? Nggak makan bareng Widya?”
“Ya ampun, Nath, apa gue harus selalu laporan sama elo dulu, gue mau ngapain, makan di mana, sama siapa? Unfaedah banget tau, nggak?” Kartika memutar bola matanya malas, dibuat geram dengan tingkah Nathan. “Minggir!” usirnya ketus.
Namun, dengan cepat Nathan menahan lengan Kartika yang akan berlalu. “Tik, gue butuh bantuan lo. Nggak susah, kok. Gue janji!” Nathan mengangkat kedua jarinya sebagai simbol perdamaian.
Kartika sejenak menoleh ke arah Nathan. Walaupun malas, ia juga tidak tega kalau tidak sahabatnya meminta bantuan. “Apa? Buruan!” cecarnya.
“Lo temenin Widya makan, ya? Gue mau ngumpulin artikel sebentar,” pinta Nathan, “tuh, di sana,” tunjuk Nathan tepat di mana Harsa dan Widya makan bersama.
Kartika mengikuti arah yang ditunjukkan Nathan. Seketika membuat Kartika memutar bola matanya. “Kan, udah ada Harsa, Nath.”
“Ya justru karena ada Harsa, KARTIKA. Gue takut Harsa bakal berulah lagi.” Nathan pun membanting setumpuk kertas yang ia bawa ke atas meja. Rahangnya mengeras, ketika melihat Harsa menggenggam tangan Widya dan beranjak dari tempatnya.
“Tau, dah!” Kartika melihat segerombolan temannya yang sudah membubarkan diri. “Tuh, ‘kan! Temen gue udah pada bubar. Gara-gara elo, sih!”
Tidak ada pilihan lain, akhirnya Kartika memilih duduk di depan Nathan. Meletakkan siomay ke atas meja lalu menyantapnya. “Lo, itu kenapa, sih?”
Nathan pun memilih duduk bersama Kartika. Menatap nyalang kursi yang tadinya ditempati oleh Widya. Wajahnya terlihat muram dengan kedua tangannya menopang dagu. Dia tidak terima, seandainya Harsa diberikan kesempatan kedua, apalagi jika sampai lelaki itu kembali menyakiti Widya.
“Lo cemburu?” Kartika kembali bertanya, saat tidak mendapat jawaban dari Nathan.
Nathan beralih menatap Kartika. “Lo, tuh, jangan mendeskripsikan cinta dengan mudah.”
“Terus yang tadi apa? Kalau Widya sama Harsa, ya udah. Biarin aja kenapa, sih?”
“Lo nggak ada simpatinya sama sahabat lo, ya?”
Kartika yang sedang mengunyah potongan tahu, terpaksa menelannya secara paksa, meletakkan sendoknya, lalu menatap Nathan tajam. “Maksud lo?”
“Elo membiarkan Harsa berduaan terus sama Widya. Kalo Widya baper lagi, gimana?"
Kartika mulai kesal dengan Nathan yang tidak mau mengakui perasaannya. Ternyata gengsi Nathan jauh lebih besar dari cintanya atau memang Nathan tidak menyadari bahwa sebenarnya dia mencintai Widya?
“Nath, kalo lo suka sama Widya, ngomong! Jangan diem-diem aja! Widya mana tahu perasaan lo yang sebenarnya?” jelas Kartika. “Lo tiap hari panggil dia 'sayang', apa menurut lo Widya menganggap bahwa lo suka sama dia? Enggak, Nath. Widya Cuma menganggap lo sekedar bercanda.”
Mendengar penjelasan Kartika tak lekas membuat Nathan menyadari perasaannya. Dia memang sering memanggil Widya dengan panggilan 'sayang' atau bahkan menyebut gadis itu sebagai kekasihnya.
Cemburu? Benarkah? Nathan cukup kesal saat mendengar keputusan Widya berpacaran dengan Harsa. Namun, sebagai sahabat dia tetap mendukung apa pun keputusan Widya.
Saat melihat Harsa menyakiti Widya, emosi Nathan sudah tidak dapat ditahan lagi. Nathan begitu marah dengan sikap Harsa, apalagi dengan melihat ketulusan yang diberikan oleh Widya. Nathan merasa Harsa tidak pantas untuk bersanding dengan Widya.
“Gue sayang sama Widya, tapi itu bukan berarti gue cinta, ‘kan?” Nathan memastikan. “Gue marah, waktu Harsa menyakiti Widya. Bahkan sampai sekarang pun gue belum bisa memaafkan kejahatan Cindy terhadap Widya.”
Kartika segera mengunyah suapan terakhir ke mulutnya, lalu menyedot es tehnya. “Kejahatan Cindy? Cindy ngelakuin apa sama Widya?”
Nathan menghembuskan napasnya. “Gue minta maaf, karena gue nggak bilang apa-apa sama kalian. Lo masih inget kejadian surat cinta di mading?”
Kartika mengangguk antusias. Dia masih ingat benar kejadian yang menjadi awal hubungan mereka bertiga terpecah. Membuat Kartika menjadi sahabat yang paling bodoh karena tidak mengetahui perasaan sahabatnya sendiri.
“Itu ulah Cindy. Dia yang sengaja menempelkan surat itu di mading.” Nathan menunduk mengingat kejadian itu. Kejadian yang sangat membuatnya semakin bersimpati pada Widya. Gadis pendiam dan rapuh yang sangat ingin ia lindungi.
Kartika menggeleng tidak percaya. “Gue masih nggak percaya tuh cewek yang ngelakuin itu.”
“Terserah ... elo mau percaya atau nggak. Alasannya, sih, karena dia suka sama gue, dia nggak suka gue deket sama Widya,“ ucap Nathan mengangkat kedua bahunya.
Brak!
“Tik! Lo gila?” sentak Nathan karena Kartika tiba-tiba menggebrak meja kantin. Membuat mereka menjadi pusat perhatian beberapa mahasiswa di sana.
“Woy! Santai, dong!” teriak salah satu mahasiswa.
Kartika hanya nyengir begitu menyadari kebodohannya. “Maaf kakak-kakak dan adik-adik sekalian. Silakan dilanjutkan sesi makan siangnya. Terima kasih.”
“Makanya, jadi cewek itu yang bener.”
“Lo pikir gue cowok? Mau bukti?” Kartika mendadak berdiri dari duduknya, membuat meja yang memisahkan tempat mereka hampir terbalik.
“Woho ....” Ucap Nathan menahan keseimbangan meja. Dia segera berdiri di samping Kartika. “Santai, Tik, lo mau dihajar sama seluruh mahasiswa yang di kantin?” ucap Nathan menenangkan Kartika. Nathan menepuk bahu Kartika untuk memintanya duduk kembali. Kartika menurut. Hancur sudah image tampannya di kampus jika sampai terlibat masalah hanya karena gadis jadi-jadian seperti Kartika.
“Emosi Nath, gue, denger soal kelakuan Cindy. Ditambah mulut lemes lo yang bikin gue makin emosi!”
Nathan tersenyum memperlihatkan barisan giginya. “Elo jadi cewek aneh, tau.”
Kartika berdecak kesal. “Ya udahlah, lupakan! Terus lo gimana?” Kartika kembali menatap Nathan dengan intens. Mendekatkan tubuhnya ke arah Nathan sambil bersedekap dada. “Lo masih nggak mau mengaku perasaan lo sebagai rasa cinta?”
Nathan mengusap wajahnya kasar. “Gue nggak mau cepat mendeskripsikannya, Tik. Gue takut nanti akhirnya malah menyakiti Widya. Gue nggak mau kayak Harsa.”
“Terserah, lo, Nath. Gue udah kasih saran buat lo. Jangan sampai lo nyesel pada akhirnya,” saran Kartika untuk Nathan. Kartika segera meninggalkan Nathan yang masih duduk diam di tempatnya. Mencoba mencerna setiap perkataan Kartika. Entah kapan dia menyadari tentang perasaannya terhadap Widya. Hingga ia tersadar, jika dirinya harus kembali ke ruangan dosen untuk segera mengumpulkan tugasnya. Nathan pun bergegas pergi ke sana.
Greget nggak, sih, sama Nathan?
Kalau suka bilang, dong. Othornya emosi, Nathan curhatnya setengah doang 😌
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Nur Yanti
nathan klw cinta langsung tembak widia dor..dor..dor maslah kena apa ga nya itu mah urusan nanti..dari pada nyesel kena tikung harsa lagi mewek deh patah hati 😂
2022-03-15
0
Ani Aira
terlalu banyak pertimbangan banget sih tinggal bilang lope lope sama Widya aja susah bener
2022-02-24
1
Ani Aira
menolak sadar ya Nat
2022-02-24
0