Di seberang sana, darah Laskar mendidih sempurna ketika ia mendengar ucapan y Nadia. Gadis yang saat ini menjadi tawanannya. Kata-kata yang di lontarkan gadis itu untuknya, seperti cemeti amarsuli yang menyambet ulu hatinya.
"Kurang ajar! Berani sekali dia mengumpati papa, Ma. Belum tahu dia siapa kita!" ucap Laskar kesal. Sedangkan Laila hanya tersenyum gemas melihat sang suami marah. Sudah lama wanita yang masih cantik di usia nya ini tidak melihat sang suami kesal hanya karena masalah sepele.
"Ya sabar to, Pa. Suster itu nggak salah, kan kita memang menindas dia. Ya wajar kalo dia kesel ama kita," jawab Laila sembari mengelus lengan sang suami.
"Biarpun dia kita tidas, tapi kan dia kita jamin hidupnya, Ma. Bahkan dua adeknya kita sekolahin 'kan?" Laskar kembali memasang alat penyadap itu di telinganya, lalu ia kembali mendengarkan ocehan gadis itu.
"Iya, Pa. Yang sabar!" pinta Laila lagi.
"Tu, Ma. Dia sebut papa mafia lagi. Astaga, gadis ini. Lama-lama dikawinkan aja ni anak. Biar diam!" Laskar melepas alat itu lagi. Lalu kembali mengomel kesal.
"Dikawinkan sama siapa to, Pa. Kan kita nggak ikut punya anak. Nanti dimarahi orang tuanya kita," balas Laila santai. Kembali ingin tertawa, namun ia tahan.
"Kawinkan sama... sama siapa ya, Ma? Aahhhhhssssahh... tahu ah, pusing papa lama-lama ngurusin anak-anak ini. Kapan papa bisa bernapas lega, nggak mikirin anak-anak bodoh ini," balas Laskar lagi, tak ingin terlalu pusing dengan celotehan-celotetan Nadia, Laskar pun memilih kembali ke sofa dan kembali bekerja. Sedangkan Laila hanya tersenyum sebab menurutnya Laskar masih memiliki jika tak sabar dan kekanak-kanakan yang menggemaskan diusianya yang hampir menginjak lima puluh tahun ini.
Laila tak mau terus membahas perihal ini. Ia pun ikut duduk di sofa kamar hotel di mana mereka menginap. Mengambil ponselnya lalu memeriksa beberapa pesan yang dikirim oleh nama orang-orang yang tersimpan di dalam memori ponselnya.
Salah satu pesan tersebut terdapat tulis dari Safira, yang mengatakan bahwa saat ini Zein sedang sakit.
Tentu saja kabar ini membuat Laila sangat khawatir. "Pa, Zein sakit," ucap Laila sembari menyerahkan ponselnya pada sang suami. Bermaksud meminta pria tersebut untuk membaca pesan tersebut.
"Sakit? Sakit apa, Ma?" tanya Laskar khawatir. Mau seburuk apapun, bagi Laskar, seorang anak adalah tetap anak. Bukankah begitu?
"Entah, kata Fira, asam lambungnya kabuh. Muntah terus. Badannya panas. Nggak mau makan. Lihat nasi geli. Cium aroma parfum mual. Astaga, anak ini kenapa? Sekarang masuk rumah sakit, Pa!" jawab Laila, sesuai info yang ia dapat dari putri mereka itu.
"Astaga! Kok bisa... pesan tiket sekarang, Ma. Kita ke Jakarta!" pinta Laskar.
"Baik, Pa!" Tak banyak berpikir, Laila pun segera memesan tiket untuk mereka berdua, agar segera berangkat ke Jakarta menjenguk putra kesayangan mereka itu.
"Ya Tuhan, ujian apa lagi ini," ucap Laskar sedikit geram dengan ujian keluarganya yang tak pernah ada habisnya itu.
***
Jakarta...
Seorang wanita terlihat terburu-buru. Ia berlari tergopoh-gopoh menuju ruangan di mana seseorang yang ia cintai dirawat.
Namun, karena kurang hati-hati, wanita tersebut menabrak seorang driver ojek online yang sedang membawa makanan untuk pelanggannya.
braakkkk....
Alhasil, driver ojek itupun jatuh, begitupun Vita. Mereka sama-sama jatuh, saling tindih. Bahkan bibir mereka bertemu. Untung tukang ojek itu memakai masker.
Menyadari keadaan bodoh mereka, Vita pun segera beranjak dan marah besar pada driver ojek tersebut.
"Punya mata nggak sih, Mas!" bentak Vita kesal. Sambil mengelap bibirnya yang bertabrakan dengan bibir driver itu.
"Mbaknya yang nabrak saya. Kenapa mbaknya yang nyolot. Bukannya minta maaf," jawab driver tersebut, ikutan emosi.
"Eh di sini yang salah itu kamu. Dasar, tukang ojek bodoh!" umpat Vita lagi
Tak ingin membuang waktunya percuma, Vita pun memilih meninggalkan pria itu sendiri memunguti makanan yang di pesan oleh pelanggannya.
"Astaga, dasar amoy-amoy gila. Dia yang nabrak kenapa jadi kita yang diomelin," ucap driver itu lagi.
Masih dalam keadaan kesal, ia pun memeriksa kembali makanan yang harusnya ia antar ke tempat di mana pemesan berada.
"Syukurlah masih aman," ucapnya seraya melangkah menuju ruangan di mana sang pemesanan itu berada.
Sang driver tersenyum senang karena ia bisa sampai di ruangan sang pemesanan tersebut dengan aman.
Masih dengan perasaan senang, driver ojek tersebut langsung mengetuk pintu ruangan tersebut dan dari dalam terdengar seseorang mengucap kata mengizinkannya masuk.
"Siang, Bang!" sapa driver tersebut kepada Zein.
"Siang, masuk, Yan," jawab pria yang terbaring lemas di ranjang pasien tersebut.
"Makasih, Bang. Gimana keadaan Abang? Udah baikan?" tanya Driver itu lagi.
"Entahlah, Yan. Masih sakit kepalaku. Keseringan muntah, sampai lemes gini. Mana pesananku, ada?" tanya Zein, yang tak lain adalah pelanggan driver tersebut.
"Ada, Bang. Ada semua. Saya siapin ya," ucap Rian, yang sekarang jadi ojek langganan Zein. Ya, sejak pertemuan pertama itu, Zein memutuskan berteman dan menjadi pelanggan setia Rian.
"Nggak usah, sini biar aku aja. Kamu boleh pergi!" ucap seorang wanita yang kesal melihat interaksi keduanya.
Bagaimana tidak? Dia yang merasa sebagai orang penting dalam hidup Zein, tetapi Zein malah menolak berdekatan degannya. Sedangkan dengan driver ojek yang baunya saja, bau matahari, Zein oke oke saja.
Driver tersebut menoleh ke arah suara. Mata sang driver melotot sempurna. Tak menyangka akan bertemu amoy barbar ini lagi.
"Eh!" ucap Rian sembari menarik makanan yang ia bawa.
"Sini, kasih aku. Biar aku yang siapin!" desak Vita.
"Ehhhh, enak aja. Saya yang bawa. Saya yang beli. Kenapa situ yang mau siapin? Enak aja!" tolak Rian, sedikit kasar. Karena biasanya, setiap kali dia mengantar makanan untuk Zein, dia pula yang siapkan.
"Ihhh, kamu itu cuma tukang ojek. Aku pacarnya, ngerti!" ucap Vita kesal.
"Eee... ini tukang ojek kusus, enak aja. Dia kira kita tukang ojek biasa, Bang. Nggak jelas banget deh ni si amoy." Rian menatap kesal pada Vita. Dia tetap tek peduli meskipun Vita mengaku sebagai pacar Zein. Buktinya dia yang membawa dan menemani Zein di rumah sakit selama ini.
"Ih, kamu cuma tukang ojek. Mau ojek kusus mau nggak. Derajat kamu di bawah aku, ngerti. Aku pacarnya. Situ yang nggak jelas," balas Vita geram.
"Dihhhh.... dia nyolot, Bang. Dasar amoy barbar. Tadi nabrak nggak mau minta maaf. Sekarang saya mau kerja dia ganggu. Eh, denger ya amoy barbar, biarpun situ pacarnya abang bos, di sini... beliau sudah gaji saya selama sebulan buat belikan makanan, apapun yang beliau mau. Siapin makan buat dia. Nemenin kalo lagi nggak narik. Lah, situ merasa pacar, ke mana aja, Neng. Masak pacarnya pingsan nggak tahu! aneh!" Rian tak mau kalah, baginya dia sudah digaji Zein di muka, mau alasan apapun dia harus tetap bekerja dengan baik.
Tak peduli dengan kekesalan Vita, Rian pun langsung melangkah meninggalkan Vita yang geram kepadanya.
"Ihhhhhh! Dasar gila!" umpat Vita kesal dan Vita lebih kesal lagi melihat Zein hanya tersenyum tanpa mau membelanya.
Bersambung..
Jangan lupa tinggalkan jejak gaes!!! like komen dan Vote kalian selalu aku nanti... 🥰🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
Kenzi Kenzi
vita jodoh in sama rian wae.lah
2023-11-25
1
Dhinok Farrel
mnrt saya Thor, umurnya pak laskar kurang tua...dah punya anak mantu cucu...
60an gitu kayaknya masih oke...horang kaya kan....full perawatan...msh glowing lah
2023-11-15
1
Susi Andriani
jodohnya vita nih bang ojek😀😀😀
2023-11-03
0