Dua pria yang kini saling berhadapan itu hanya diam dan bermain dengan pikiran mereka masing-masing.
Tak lama kemudian, makanan yang mereka pesan pun datang. Dengan sopan, Zein pun menawarkan pada teman barunya itu untuk makan.
"Ayo, Bang. Mari makan!" ajak Zein.
"Terima kasih banyak, Pak." Driver itu tersenyum. Begitupun dengan Zein.
Tetapi di balik senyum itu, tak di pungkiri bahwa kedua pria itu, kini sedang sama-sama merasakan perihnya kehilangan.
"Kamu udah lama jadi driver online?" tanya Zein.
"Sejak kena PHK satu tahun yang lalu, Pak."
"Oh, awalnya kerja di mana?" tanya Zein.
"Saya kerja di media digital advertising, Pak, di bagian keuangan," jawabnya sambil menyiapkan makanan ke mulutnya.
"Oh, sedih juga ya," balas Zein
"Ya, namanya hidup, Pak. Kadang di atas kadang di bawah. Jalani aja!" jawab Driver itu lagi, lalu ia pun tersenyum.
Sedangkan Zein sendiri pun sama, belum ia kembali memulai bisnisnya yang ini, ia juga pernah jatuh bangun. Bahkan sampai pernah koma dan lumpuh.
"Kamu tinggal di mana?" tanya Zein.
"Saya di Kemang, Pak!" jawabnya.
"Oh, jadi sekarang tinggal ama siapa? Sendiri atau sama orang tua?" tanya Zein.
"Orang tua juga udah nggak ada semua, Pak. Saya tinggal berdua ama putra pertama saya."
"Wih, masih muda gini anaknya udah dua aja," canda Zein, sebab Zein yakin, pasti usia driver ojek ini pasti jauh dibawahnya.
"Anak pertama saya bukan anak kandung, Pak. Tapi anak dari adik istri saya. Beliau berpulang setelah melahirkan bayinya. Jadi kita yang ngerawat," jawab pria itu lagi.
"Oh, kok kalian yang ngerawat. Lalu bapaknya kemana?" tanya Zein.
"Biasa, Pak. Pergaulan bebas, jadi kita nggak tahu bapaknya yang mana. Eh... astaghfirullah... kenapa kita jadi ngomongin aib orang ya, Pak. Ya Allah, ampuni saya," ucap pria itu.
"Nggak apa-apa, lagian kita kan cuma berbagi pengalaman. Kasihan amat itu anak kamu. Usia berapa sekarang?" tanya Zein.
"Masih kecil, Pak. Baru delapan bulan. Hamilnya bareng sama istri saya, beda berapa bulan doang," jawabnya lagi.
"Astaga! Terus sekarang sama siapa bayimu?" Zein jadi semakin tertarik jika membicarakan perihal anak. Jujur, Zein sedih... Apa lagi dia juga pernah menjadi pria brengsek yang meninggalkan mantan istrinya dalam keadaan hamil.
"Lima puluh meter dari rumah ada penitipan baby, Pak. Biasanya saya nitip ke sana."
"Oh... aku doakan semoga jodoh kamu segera datang. Biar anak kamu nggak dititip-titipin lagi. Kasihan!" ucap Zein.
"Aduh... soal itu saya belum berani ngaminin, Pak. Entar dulu. Kehilangan itu sakit. Kalo mencintai kan artinya harus siap kehilangan. Masih takut, Pak. Saya nggak mau asal milih. Apa lagi saya ada anak. Jadi saya pengen dapat yang terbaik, Pak. Yang mencintai saya dan anak saya sepenuh hati. Yang menerima kekurangan dan kelebihan saya. Apa lagi ekonomi saya kan pas-pasan, Pak. Hari ini mana ada wanita yang mau nemenin kita dari nol, Pak. Kalo ada pun pasti 1000 banding 1," jawabnya lagi, sembari terkekeh.
Deg
Lagi-lagi Zein kembali tertampar oleh ucapan bijak pria itu. Pria itu benar, mencari pasangan yang mau menemani kita dari nol itu sangat susah. Apa lagi seperti kasusnya.
Benar kata Safira, dia adalah sebodoh-bodohnya pria. Karena melepaskan mutiara dalam hidupnya.
***
Di sisi lain, Safira sebenarnya sudah tak tahan ingin sekali melabrak abang bodohnya. Mengobrak-abrik hubungannya dengan sahabatnya itu. Tetapi, larangan keras yang dikeluarkan oleh sang ayah menjadi benteng tertinggi untuk meluruskan niatnya itu.
"Sudah, Bun. Jangan terlalu berpikir keras! Nanti tekanan darahmu naik lagi!" ucap Lutfi mengingatkan.
"Abang keterlaluan, Mas. Dia nggak mikir, Vita kan temen baik aku. Sedangkan Kak Zi, Kak Zi adalah sebaik-baiknya perempuan. Tapi dia tega nyakitin perempuan itu, Mas. Aku bingung mesti gimana!" ucap Safira lirih.
"Kalo Mas sih percaya sama papa. Papa pasti bisa cari cara buat abang sadar, bahwa Kak Zi adalah wanita terbaik untuknya."
"Entahlah, Mas. Ingin rasanya aku kasih tahu Vita, tapi takut ngancurin rencana papa. Tapi kalo nggak kasih tahu, takut Vita terluka. Takut Vita patah hati. Dan di sinilah nanti aku akan disalahkan, Mas. Karena tahu segalanya, tapi terkesan menyembunyikan," ucap Safira sedih.
"Papa hanya mau tahu sebesar apa cinta abang ke temen kamu itu, Bun. Kalo dia emang cinta beneran, pasti abang bakalan kasih tahu. Sesakit apapun yang akan terjadi, abang pasti bakalan teriman. Seperti yang papa bilang. Tapi kalo abang galau, masih mikirin Kak Zi, pasti cintanya ke Vita hanya sebatas rasa penasaran. Karena tidak dilawali dengan kejujuran," balas Lutfi lagi.
"Entahlah Mas. Aku pusing mikirin abang. Semoga Kak Zi cepet ketemu ya, Mas. Setidaknya kita sebagai keluarga harus minta maaf ama dia, karena udah nyakitin dia." Safira menatap lepas ke arah mata memandang.
"Ya, sebaiknya kita memang meminta maaf pada Kak Zi. Mas rasa, melihat sikap tenang kak Zi, dia pasti sangat mencintai abang. Menurut kaca mata Mas loh ini," ucap Lutfi.
"Iya.... papa sama mama juga bilang begitu. Kak Zi pasti sangat mencintai abang, sampai rela melepaskan abang. Asal abang bahagia. Fase tertinggi mencintai memang merelakan dan Kak Zi benar-benar melewati fase itu. Kak Zi sungguh hebat." Safira tersenyum sekilas. Namun, dari sudut matanya keluar butiran-butiran bening, sebagai tanda betapa ia bisa merasakan betapa terlukanya seorang Zi.
"Lalu, apa yang harus kita lakukan, Bun?" tanya Lutfi.
"Sesuai perintah papa, kita harus ke Jakarta untuk mengawasi abang. Jangan sampai dia dan Vita kebablasan. Sebelum kita menemukan kak Zi, dan memastikan bahwa dia baik-baik saja," jawab Safira.
"Oke, semoga Kak Zi, bisa segera ketemu!" jawab Lutfi lagi.
Lutfi dan Safira tak melanjutkan perbincangan mereka. Namun di dalam hati Safira, wanita ini masih belum bisa tenang sebelum dia memberi tahu Vita apa yang sebenarnya terjadi.
Bersambung..
Jangan lupa like komen n votenya yes🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
Noorjamilah Sulaiman
biarkn aja C zein tu,jgn biarkn mereka ketemu zi
2024-09-22
0
Renita 85
ko bela si vita sih,,si vita nya juga gk tau diri,, ada adek kaya gtu mentang" sahabat si fira preet ah
2023-08-27
0
Nana
karepmu lah Zein
2022-07-17
0