Harus Tegas

Nadia melaksanakan tugasnya dengan sangat baik. Menjaga tuan putri dengan sepenuh hati. Lelah, tapi mau bagaimana lagi? Bukankah ini adalah kesepakatan yang telah ia ambil. Nadia tak bisa mundur lagi. Surat perjanjian itu jauh lebih mengerikan dibanding harga nyawanya.

Astaga! Mimpi apa Nadia bisa terlibat dengan keluarga mafia itu. Memiliki ajudan-ajudan yang setiap saat menatapnya, bahkan mereka terlihat nyata ketika hadir di dalam mimpi. Mereka seakan mengikuti. Bukankah itu sangat mengerikan.

Saat sedang asik makan, tiba-tiba dari belakang orang yang Zi tunggu datang. Dengan sikap bersahabat, Bima pun menepuk pundak Zi.

"Woy, main makan aja nggak nungguin!" canda Bima mengagetkan.

"Eh, sorry. Mumpung ada yang nraktir. Duduk, Bim!" sambut Zizi sopan.

Namun, di sini ada sepasang mata yang menatap kesal pada pria itu. Membuat Bima merasa aneh.

"Why?" tanya Bima pada Zizi, karena menurutnya teman yang ada di sebelah Zi tidak menyukainya.

Zizi yang paham akan maksud sang sahabat, tentu saja langsung tersenyum simpul. "Ish, apaan? Napa cemberut gitu?" bisik Zi pada Nadia.

"Nggak, santai," jawab Nadia ngeles.

"Oh, oke." Zizi tersenyum. Sedangkan Bima masih mencoba mencari tahu, ada apa dengan teman sahabatnya ini.

"Sudah, Bim. Nggak usah dipikirin. Dia lagi dapet," canda Zizi, agar suasana tidak kaku.

"Oh!" Bima tersenyum.

"Dih, enggak. Apaan? Dah ah, aku pamit dulu ya. Selamat makan siang, Zi. Ingat apa yang aku katakan, ingat batasan," ucap Nadia.

Zi dan Bima saling menatap, aneh saja. Bagaimana tidak? Nadia mengeluarkan peringatan yang tidak masuk akal kepadanya. Aneh saja.

Namun, Nadia adalah Nadia, gadis yang selalu prosesif teradap apapun yang telah menjadi tanggung jawabnya. Dengan lirikan kesal pada Bima, gadis manis berambut panjang ini pun meninggalkan Zizi dan Bima.

Merasa aneh dengan Nadia, Bima pun bertanya, "Dia kenapa, Zi? Kok dia kayak nggak suka sama aku gitu. Dia suka sama kamu, Zi?"

Spontan, Zizi pun tertawa. Menurutnya, Bima sangat lucu.

"Ditanyain bener-bener kok malah ketawa?" Bima cemberut.

"Habis kamu aneh, Pak? Maksud dia suka sama aku apa? Menurut kaca mata Bapak, dia lesbi?" Zizi kembali terkekeh.

"Ya nggak menutup kemungkinan kan? Kan kamu tahu sendiri sekarang banyak yang begitu!" jawab Bima tak mau kalah.

"Dih, jangan sampai kedengeran orangnya loh. Bisa ngamuk nanti. Kan situ lihat sendiri dia ketus gitu." Zizi terkekeh. Sedangkan Bima hanya mengangkat bahunya pertanda ia enggan meladeni gadis aneh itu.

Sayangnya tidak dengan Nadia. Gadis mata-mata itu masih setia mengawasi sang sahabat. Memastikan bahwa pria yang berprofesi sebagai dokter itu tidak menyentuh Zizi sama sekali. Jika tidak makan para ajudan yang mengawasi didinya dan Zi, akan mematahkan tangannya. Ya, tugas Nadia memang seberat itu. Nadia harus selalu memastikan bahwa Zizi aman dari segi jiwa dan raga.

***

Jakarta...

Safira dan Lutfi langsung masuk ke dalam kamar di mana Zein dirawat. Mereka tidak mengetuk pintu terlebih dahulu karena Zein sedang tertidur. Di temani oleh seorang pria muda berjaket hijau.

Pemuda itu asik bermain game, atau entahlah. Yang jelas dia sedang asik dengan ponselnya.

Melihat ada kerabat sang bos masuk, Rian pun meletakkan ponselnya dan memberi salam.

"Selamat siang, Bu, Pak!" sapa Rian.

"Iya, siang. Kamu siapa?" tanya Safira lirih.

"Saya tukang ojek langganan bang Zein, Bu," jawab Rian jujur.

"Oh, kok masih di sini? Emang abang belum bayar?" tanya Safira lagi.

"Sudah, Bu. Beliau memang sengaja meminta saya menjaganya, selama beliau tidur. Saya sudah biasa disuruh jagain beliau, Bu," jawab Rian sopan.

"Oh, baiklah," jawab Safira. Kemudian ia tidak bertanya lagi kepada Rian, tapi melangkah mendekati Zein. Yang saat itu masih terlelap manis di atas ranjang rawat itu. Sedangkan Lutfi mengajak Rian duduk di sofa yang tersedia.

"Sudah lama kerja sama, Bang Zein?" tanya Lutfi basa-basi.

"Sekitar satu bulan, Pak," jawab Rian sopan.

"Jangan panggil bapak, kayaknya kita seumuran," ucap Lutfi, Rian hanya tersenyum.

Mereka terus berbincang, sedangkan Safira tetap berdiri di depan Zein, menunggu pria arogan itu bangun dari tidurnya.

Sepuluh menit berlalu, Zein terlihat menggeliat. Mungkin dalam tidurnya dia merasa tak nyaman ada yang mengawasi.

Benar saja, ketika ia membuka mata, Zein melihat ada saudara kembarnya sedang berdiri mengawasinya.

"Eh, Ra, kapan datang?" tanya Zein.

"Baru sepuluh menit yang lalu," jawab Safira jujur.

"Sama siapa?" tanya Zein.

"Sama suamilah, sama siapa lagi." Safira menarik kursi dan duduk tepat di depan Zein.

"Oh." Zein mencoba bangun.

Dengan cepat Lutfi dan Rian hendak membantu. Tetapi mereka mengurungkan niat itu, karena Safira menatap tajam ke arah keduanya. Mau tak mau Zein harus berusaha untuk bangun sendiri.

Di samping itu, Lutfi sangat paham dengan arti tatapan itu. Untuk menghormati sang istri, ia pun mengajak Rian untuk keluar ruangan ini.

Di dalam ruangan, Safira terlihat tidak empati sedikitpun terhadap apa yang kakaknya rasakan. Justru Safira cuek, dan gemas saja. Mengapa Zein tidak bisa terbuka dengan perasaan yang ia rasakan.

"Kenapa Abang belum bicara jujur pada Vita? Apa maksud Abang tetap mempertahankannya dalam kebohongan?" tanya Safira, tegas.

Zein mengambil napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan. Rasanya, Zein ingin mengeluh, namun pada siapa. Hampir seluruh keluarganya tak ada yang mau mengerti akan dirinya.

"Nggak semudah itu, Ra. Kan Abang udan memilih," jawab Zein.

"Fira tahu Abang udah memilih, tetapi Fira juga mau Abang jujur sama Vita kalo Abang pernah menikah, lalu bercerai karena ingin kembali padanya. Aku rasa nggak berat. Abang harus berani menghadapi konsekuensinya, Bang. Jangan jadi pengecut begini," ucap Safira, geram.

"Jadi menurutmu, Abang harus gimana?" tanya Zein lirih.

Safira tak menjawab pertanyaan itu percuma berdebat dengan seseorang yang tak mau mengerti bahwasanya ia bersalah. Percuma berdebat dengan orang yang nyata-nyata salah, tapi berusaha keras menampik rasa itu.

Safira memutuskan keluar dari ruangan yang telah sukses membuatnya sesak itu. Namun, ia berjanji akan membongkar rahasia Zein kepada Vita, dengan caranya.

Bersambung...

Kira-kira Safira punya rencana apa ya🤔🤔🤔Jangan lupa like komen n Votenya makasih🥰🥰🥰

Terpopuler

Comments

Kenzi Kenzi

Kenzi Kenzi

nadia cocok sama bima

2023-11-25

0

Dirmayanti Maryam

Dirmayanti Maryam

ya bongkar aja fir

2022-08-22

0

나의 햇살

나의 햇살

ihhh ni orang jadi cowok kok BODOHnya kebangetan

2022-07-28

0

lihat semua
Episodes
1 Sebuah Penyesalan
2 Tak Terduga
3 Kecewa
4 Ancaman Safira
5 Orang Tua Turun Tangan
6 Ikatan Batin
7 Tertampar Keadaan
8 Tersentuh
9 Hampir Saja
10 Doa
11 Terdesak
12 Terpaksa
13 Kesel
14 Ungkapan Hati Orang Tua
15 Keputusan
16 Antara Ingin dan Janji
17 Demi Apa?
18 Harus Tegas
19 Bagaimana Bisa?
20 Musibah Tak Terduga
21 Bertemu Mertua
22 Ada Pelangi di Antara Mendung
23 Bukan Kabar Bohong
24 Tertipu atau Ditipu
25 Kejujuran
26 Kembali Membuat Ulah
27 Kekecewaan
28 Sama-sama Keras Kepala
29 Biarkan Dia Berpikir
30 Alat Apa Ini?
31 Segala Rasa Menyatu Dalam Kalbu
32 Memang Berat, tapi Harus Memilih
33 Usaha
34 Keputusan Terbaik
35 Makan Buah Si Mala Kama
36 Keinginan
37 Namanya Juga Hati
38 Khawatir Itu Tanda?
39 Tahan
40 Di Luar Dugaan
41 Diam-diam Mengancam
42 Timbul Api
43 Makin Panas
44 Makin Panas
45 Tidak Bisa Berbohong
46 Pembuat Onar
47 Pemaksa Arogan
48 Pemabuk Menggemaskan
49 Terpesona
50 Malah Kerja Sama
51 Demi Cinta
52 Tak Menyangka, Dijebak
53 Dia
54 Seharusnya
55 Sakit tapi Harus Terima
56 Trenyuh
57 Apapun yang Terjadi
58 Galau
59 Jujur
60 Sedikit Kecewa
61 Belum Apa-apa Sudah Sakit
62 Maju Salah Mundur Kepalang Basah
63 Ragu
64 Permintaan
65 Penolakan
66 Keinginan Hati
67 Keputusan Terbaik
68 Dilema
69 Makin Parah
70 Sebuah Fakta
71 Cinta itu Masih Tersimpan Rapi di Sanubari
72 Sensitif
73 Kenapa Harus Dia
74 Sebenarnya Maunya Apa?
75 Tamparan untuk Bima
76 Cemburu tak Beralasan
77 Aneh
78 Pria Kolot Itu Telah Kembali
79 Pembawa Kabar Buruk
80 Antara Benci dan Cinta
81 Harapan
82 Usaha Zi
83 Keinginan hati
84 Malam Romantis
85 Terkejut
86 Tak Menyangka
87 Cemburu Tak Beralasan
88 Rasa Samar Itu Kini Nyata Adanya
89 Tak Ingin Terlambat
90 Siapa yang Salah?
91 Inilah Seorang Bima
92 Sebenarnya Cemburu
93 Arti Sebuah Komitmen
94 Jiwa Kepo Meronta
95 Protes yang Salah
96 Pembicaraan Serius
97 Kabar Mengejutkan
98 Harapan
99 Kebaikan Hati Dua Bidadari
100 Keinginan Hati
101 Dasar Bucin
102 Diintai Masalah
103 Tamu Istimewa
104 Tak Menyangka
105 Buah dari Kesabaran
106 Mengambil Langkah Terbaik
107 Rasa itu Ada
108 Bala Bantuan Yang Tidak Disangka
109 Memulai Pergerakan
110 Kesempatan Dalam Kesempitan
111 Sebuah Kisah
112 Kepercayaan
113 Kebesaran Hati Bima
114 Janji Bertanggung Jawab
115 Identitas Wanita Itu
116 Sebenarnya Kesal
117 Keputusan Terbaik
118 Serangan Mental
119 Pasrah
120 Diuji Lagi
121 Pikiran Aneh
122 Harapan
123 Gagal Maning
124 Jalan Terbaik
125 Bimbang
126 Alangkah Baiknya
127 Titik Terang
128 Satu Persatu Fakta Terungkap
129 Harus Tegas
130 Akhirnya
131 Aneh
132 Rengekan Gani
133 Ketegasan Gani
134 Luka berselimut Cinta
135 Restu
136 Misi plus Modus
137 Apapun Itu Niatnya Tulus
138 Pantas Diperhitungkan
139 Kemarahan Mariska
140 Tentang Gani
141 Tersudut
142 Serangan
143 Ada Suka Ada Duka
144 Hadiah Perpisahan
145 Mungkinkah
146 Ingin Pengakuan
147 Namanya Hati
148 Petaka
149 Kabar Buruk
150 Kecolongan
151 Dipaksa Ikhlas
152 Dukungan Keluarga
153 Di tengah Kabar Duka
154 Kesaksian Gani
155 Gerak Cepat
156 Bijaksana
157 Bahagia Dalam Duka
158 Rencana Untuk Vita dan Bima
159 Tersiksa Rindu
160 OTW Jodoh
161 Menjalankan Rencana
162 Bandel Ya?
163 Selamat Kamu Calon Daddy
164 Malam Syahdu Terkontaminasi Cemburu
165 Sebenernya Siapa yang Salah
166 Nasib Gani
167 Kenapa Bisa Begitu Ya?
168 Jalan Keluar
169 Kecolongan
170 Tepat Waktu
171 Harus Tegas
172 Mencoba Menutupi Perasaan
173 Tak Tahu Harus Berkata Apa
174 Gagal Merayu
175 Rindu Terbalut Gengsi
176 Happy Wedding Nadia n Gani
177 Kegalauan Gani
178 Lanjutkan
179 Harapan
180 Aku Akan Menunggumu
181 Promo Novel
182 Promo Novel
183 Promo Novel Milik Sahabat
184 promo novel milik sahabat
185 Karya Baru
186 Karya Baru
Episodes

Updated 186 Episodes

1
Sebuah Penyesalan
2
Tak Terduga
3
Kecewa
4
Ancaman Safira
5
Orang Tua Turun Tangan
6
Ikatan Batin
7
Tertampar Keadaan
8
Tersentuh
9
Hampir Saja
10
Doa
11
Terdesak
12
Terpaksa
13
Kesel
14
Ungkapan Hati Orang Tua
15
Keputusan
16
Antara Ingin dan Janji
17
Demi Apa?
18
Harus Tegas
19
Bagaimana Bisa?
20
Musibah Tak Terduga
21
Bertemu Mertua
22
Ada Pelangi di Antara Mendung
23
Bukan Kabar Bohong
24
Tertipu atau Ditipu
25
Kejujuran
26
Kembali Membuat Ulah
27
Kekecewaan
28
Sama-sama Keras Kepala
29
Biarkan Dia Berpikir
30
Alat Apa Ini?
31
Segala Rasa Menyatu Dalam Kalbu
32
Memang Berat, tapi Harus Memilih
33
Usaha
34
Keputusan Terbaik
35
Makan Buah Si Mala Kama
36
Keinginan
37
Namanya Juga Hati
38
Khawatir Itu Tanda?
39
Tahan
40
Di Luar Dugaan
41
Diam-diam Mengancam
42
Timbul Api
43
Makin Panas
44
Makin Panas
45
Tidak Bisa Berbohong
46
Pembuat Onar
47
Pemaksa Arogan
48
Pemabuk Menggemaskan
49
Terpesona
50
Malah Kerja Sama
51
Demi Cinta
52
Tak Menyangka, Dijebak
53
Dia
54
Seharusnya
55
Sakit tapi Harus Terima
56
Trenyuh
57
Apapun yang Terjadi
58
Galau
59
Jujur
60
Sedikit Kecewa
61
Belum Apa-apa Sudah Sakit
62
Maju Salah Mundur Kepalang Basah
63
Ragu
64
Permintaan
65
Penolakan
66
Keinginan Hati
67
Keputusan Terbaik
68
Dilema
69
Makin Parah
70
Sebuah Fakta
71
Cinta itu Masih Tersimpan Rapi di Sanubari
72
Sensitif
73
Kenapa Harus Dia
74
Sebenarnya Maunya Apa?
75
Tamparan untuk Bima
76
Cemburu tak Beralasan
77
Aneh
78
Pria Kolot Itu Telah Kembali
79
Pembawa Kabar Buruk
80
Antara Benci dan Cinta
81
Harapan
82
Usaha Zi
83
Keinginan hati
84
Malam Romantis
85
Terkejut
86
Tak Menyangka
87
Cemburu Tak Beralasan
88
Rasa Samar Itu Kini Nyata Adanya
89
Tak Ingin Terlambat
90
Siapa yang Salah?
91
Inilah Seorang Bima
92
Sebenarnya Cemburu
93
Arti Sebuah Komitmen
94
Jiwa Kepo Meronta
95
Protes yang Salah
96
Pembicaraan Serius
97
Kabar Mengejutkan
98
Harapan
99
Kebaikan Hati Dua Bidadari
100
Keinginan Hati
101
Dasar Bucin
102
Diintai Masalah
103
Tamu Istimewa
104
Tak Menyangka
105
Buah dari Kesabaran
106
Mengambil Langkah Terbaik
107
Rasa itu Ada
108
Bala Bantuan Yang Tidak Disangka
109
Memulai Pergerakan
110
Kesempatan Dalam Kesempitan
111
Sebuah Kisah
112
Kepercayaan
113
Kebesaran Hati Bima
114
Janji Bertanggung Jawab
115
Identitas Wanita Itu
116
Sebenarnya Kesal
117
Keputusan Terbaik
118
Serangan Mental
119
Pasrah
120
Diuji Lagi
121
Pikiran Aneh
122
Harapan
123
Gagal Maning
124
Jalan Terbaik
125
Bimbang
126
Alangkah Baiknya
127
Titik Terang
128
Satu Persatu Fakta Terungkap
129
Harus Tegas
130
Akhirnya
131
Aneh
132
Rengekan Gani
133
Ketegasan Gani
134
Luka berselimut Cinta
135
Restu
136
Misi plus Modus
137
Apapun Itu Niatnya Tulus
138
Pantas Diperhitungkan
139
Kemarahan Mariska
140
Tentang Gani
141
Tersudut
142
Serangan
143
Ada Suka Ada Duka
144
Hadiah Perpisahan
145
Mungkinkah
146
Ingin Pengakuan
147
Namanya Hati
148
Petaka
149
Kabar Buruk
150
Kecolongan
151
Dipaksa Ikhlas
152
Dukungan Keluarga
153
Di tengah Kabar Duka
154
Kesaksian Gani
155
Gerak Cepat
156
Bijaksana
157
Bahagia Dalam Duka
158
Rencana Untuk Vita dan Bima
159
Tersiksa Rindu
160
OTW Jodoh
161
Menjalankan Rencana
162
Bandel Ya?
163
Selamat Kamu Calon Daddy
164
Malam Syahdu Terkontaminasi Cemburu
165
Sebenernya Siapa yang Salah
166
Nasib Gani
167
Kenapa Bisa Begitu Ya?
168
Jalan Keluar
169
Kecolongan
170
Tepat Waktu
171
Harus Tegas
172
Mencoba Menutupi Perasaan
173
Tak Tahu Harus Berkata Apa
174
Gagal Merayu
175
Rindu Terbalut Gengsi
176
Happy Wedding Nadia n Gani
177
Kegalauan Gani
178
Lanjutkan
179
Harapan
180
Aku Akan Menunggumu
181
Promo Novel
182
Promo Novel
183
Promo Novel Milik Sahabat
184
promo novel milik sahabat
185
Karya Baru
186
Karya Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!