Bukan hanya Safira dan kedua orang tuanya yang kehilangan jejak Zein. Vita, sang kekasih juga kehilangan jejak pria itu.
Pesan yang ia kirim tidak sampai. Hanya centang satu. Panggilan telepon yang ia tujukan untuk pria itu juga tidak tersambung. Tentu saja, Vita dibuat khawatir oleh kelakuan aneh pria itu.
Tak ingin tenggelam dalam kekhawatiran yang mengusiknya, Vita pun memutuskan pergi ke kantor pria tersebut. Ya, mau bagaimanapun dia dan Zein sudah membuat komitmen untuk membangun kembali hubungan mereka, mau tak mau Vita harus tetap menjaga komunikasi.
Disamping alasan tersebut, tak dipungkiri bahwa Vita juga rindu. Merindukan pria yang sangat ia cintai itu.
Vita melajukkan kendarannya menuju kantor milik pria yang ia cintai itu. Sedikit berdebar, sebab dalam hati ia takut terjadi apa-apa dengan Zein. Vita takut, Zein sakit dan menyembunyikan kenyataan itu darinya. Vita sangat tahu bagaimana Zein, selalu menyembunyikan sesuatu yang membuat orang lain khawatir.
Kini sampailah Vita di kantor milik pria tampan itu. Lalu, tanpa menunggu waktu lagi, Vita pun langsung menuju ke tempat resepsionis dan bertanya pada pegawai yang bekerja pada sang kekasih itu.
"Maaf, Mbak! Bang Zein ada? Eh, maksud saya pak Zein?" tanya Vita pada pegawai Zein itu.
"Maaf, Bu. Bapak sudah beberapa hari ini tidak masuk. Beliau sakit," jawab sang resepsionis.
Tu kan, abang maaa.... Vita menggerutu dalam hati.
"Oh... makasih, Mbak!" jawab Vita sedikit sedih. Sebab Zein benar menyembunyikan keadaan yang sebenarnya kepadanya.
Setelah mendapatkan kepastian tersebut, Vita pun kembali ke mobil.
Diam dan berpikir sejenak.
Lalu, ia pun mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi pria itu kembali. Beruntung kali ini pangilan yang ia lakukan tersambung. Bukan hanya tersambung, Zein juga menyambut panggilan tersebut.
"Ya, Vit," sambut Zein. Terdengar lemah dan malas.
"Abang lagi di mana?" tanya Vita.
"Aku di rumah, ada apa?" tanya Zein balik, seakan tidak menyadari bahwa kekasihnya itu sangat khawatir dan merindukannya.
"Kok ada apa sih, Bang? Abang udah lama nggak ada kabar. Vita khawatir tahu," jawab Vita serius.
"Aku nggak kenapa-napa. Aku baik-baik saja," jawab Zein, masih terdengar lemah dan malas.
"Vita nggak percaya, sekarang Vita mau abang share lokasi, Abang. Vita mau ke sana!" pinta wanita ayu ini lagi.
"Ya," jawab Zein singkat.
Lalu tak ada perbincangan lagi. Vita menutup panggilan telponnya. Sedangkan Zein pun segera membagikan lokasi di mana dia berada saat ini.
Tiga puluh menit berlalu, akhirnya Vita pun sampai di tempat di mana Zein berada.
Di tempat itu, Zein juga sudah menunggu di ruang tamu. Sudah mandi dan berganti pakaian. Terlihat lebih segar dan tampan. Karena dia memang sengaja tak ingin membuat wanita yang telah ia pilih itu terlalu mengkhawatirkannya. Apa lagi sampai tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Terdengar deru mobil berhenti tepat di depan rumahnya. Zein pun segera beranjak dari tempat duduknya, tentu saja untuk membukakan pintu bagi seseorang yang telah membuat janji temu dengannya. Siapa lagi kalau bukan wanita yang saat ini sedang dekat dengannya.
Benar saja, ketika Zein membuka pintu utama itu, terlihat Vita keluar dari mobilnya. Dengan senyum tercantik nya, wanita ayu ini pun segera menghampiri sang kekasih hati.
"Abang!" panggil Vita seraya berlari menuju kekasih hati.
Zein menyambut kedatangan Vita dengan merengangkan satu tangannya. Lalu mereka berpelukan, seperti halnya dia orang yang saling mencintai.
"Emmm, kangen," ucap Vita manja.
Zein tersenyum sembari mengelus punggung kekasihnya. Lalu ia pun menjawab, "Sama... Abang juga kangen!"
Zein dan Vita saling melepaskan pelukan. Lalu, Zein pun mengajak Vita masuk ke dalam rumah.
"Ini rumah, Abang?" tanya Vita sembari meng absen setiap sudut ruangan rumah yang ditinggali Zein.
"Ya," jawab Zein singkat.
"Adem, enak, Bang! Asri juga. Abang pinter banget ngedekor ruangan. Vita lihat di depan tamannya juga enak di lihat. Banyak banget bunga mawar Warna-warni lagi. Sejak kapan Abang suka bunga?" Vita telihat sangat antusias menilai tempat tinggal Zein.
Padahal di dalam hati, Zein merasa sangat sedih. Sebab, setiap sudut rumah ini adalah hasil kreativitas Zi. Sang mantan istri. Dan bunga itu... bunga itu adalah bunga kesukaan wanita itu. Dialah yang menanam itu semua. Termasuk beberapa sayuran organik dan buah-buahan di lantai atas rumah ini.
"Ada tukang kebun yang tanam, biarin lah suka-suka dia aja. Dari pada kosong," jawab Zein asal. Menjawab demikian, hatinya juga minta maaf pada Zi. Karena tidak mengakui hasil karyanya.
"Duduk, Vit. Mau minum apa?" tanya Zein basa-basi.
"Ah, nggak usah, Bang. Nanti kalo pengen minum, biar Vita cari sendiri. Oiya, kok sepi sih, Bang. Emang nggak ada mbak di sini?" tanya Vita, heran.
"Oh, mbaknya pulang yang biasa tinggal. Yang pulang sore, nggak dateng. Suaminya sakit katanya," jawab Zein, kali ini dia jujur. Karena itu memang keadannya.
"Ohhh, oke." Vita menatap sang kekasih. Hatinya serasa sangat berbunga. Sebab menurutnnya Zein terlihat sangat kalem dan tampan. Pas seperti pria idamannya.
Vita tersenyum sendiri sembari mencuri pandang pada kekasih hatinya itu. Dan tanpa Vita sadari, rasa kagum tersebut menghadirkan rasa ingin sekali segera memiliki pria itu. Ingin rasanya Vita agresif, mengajak secepatnya pria itu menikah. Namun ia malu, malu kalau sampai Zein tahu. Bahwa dirinya sangat tergila-gila pada kekasihnya ini.
"Abang!" panggil Vita gemas.
"Ya," jawab Zein.
"Abang makannya apa sih?" tanya Vita basa-basi.
"Makannya? makanya... ya nasi, ikan, ayam... " jawab Zein, sembari menghitung makanan yang ia makan. Namun, ucapannya itu terhenti mana kalau ia melihat Vita terus menatapnya gemas.
"Ada apa?" tanya Zein, merasa aneh.
"Abang kelewatan tahu," jawab Vita sembari tersenyum.
"Kelewatan apa?" tanya Zein.
"Kelewatan tampan, bikin Vita gemas. Pengen cium," ucap Vita sembari mendekati Zein dan mencoba mencium pria tampan itu.
Zein tersenyum mendengar rayuan tersebut. Ia juga hanya diam serta membiarkan wanita yang ia pacari itu melakukan apa yang ia mau. Tak ada salahnya, bukankah mereka pacaran dan sudah dewasa.
Namun, ketika bibir mereka bertemu. Ada dua orang masuk ke tempat mereka berada tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Karena pintu rumah itu memang tidak ditutup.
"Assalamu'alaikum!" ucap kedua tamu tersebut.
Tentu saja, ucapan salam dangat mengejutkan Zein dan Vita. Terlebih keadaan mereka sangat tidak pantas dilihat oleh orang lain.
Bukan hanya Zein dan Vita yang terkejut. Kedua tamu mereka pun jauh lebih terkejut.
Bagaimana tidak? Ini adalah pemandangan yang sama sekali tidak mereka duga. Sang abang sedang berciuman mesra dengan wanita yang bukan istrinya. Yang lebih mengecewakan, wanita itu adalah wanita yang sangat dikenal oleh kedua tamu tersebut.
Bersambung...
Like komen dan Vote kalian selalu emak nanti🥰🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
Kenzi Kenzi
vita ga tahu klo zein udah nikah???alamakkkkk
2023-11-25
0
Devi Triandani Rahim
laki2 yg pantas utk ditinggalkan 😏
2023-11-05
0
Novi Intan
hajar
2023-08-31
0