Tiga hari berlalu, Zein masih belum bergerak hatinya untuk memperbaikinya diri. Dia malah terkesan bersembunyi dan cuek terhadap masalah pelik ini.
Tentu saja sikap bodoh sang kakak membuat Safira tak sabar lagi untuk mengadukan kelakuan buruk itu kepada orang tua mereka.
"Apa?" pekik Laskar, tak menyangka bahwa ia akan menerima laporan mengerikan ini.
"Iya, Pa. Bang Zein dan Kak Zi udah pisah, Fira dan Lutfi sudah menanyakan ini langsung di pengadilan Agama setempat," jawab Safira sesuai fakta yang ia dapat dari pencariannya kemarin bersama sang suami.
"Anak ini kurang ajar sekali. Dia pikir menikah itu main-main, apa!" Laskar menatap tajam ke arah ketiga orang yang saat ini ada di depannya.
"Kamu yakin?" tanya Laila, ibu sambung Zein dan Safira.
"Yakin, Ma. Fira dan Mas Lutfi udah cari tahu kebenaran kabar itu," jawab Safira jujur.
Laila tak bertanya lagi, sebab ia melihat suami sudah naik pitam.
"Nggak ngerti Papa, apa yang sebenarnya dia mau?" tanya Laskar geram.
"Itu dia, Pa. Fira nggak habis pikir. Kenapa abang bisa mengambil keputusan sepenting ini sendiri? Pantesan beberapa bulan ini mereka berdua susah dihubungi. Ternyata mereka dalam proses cerai," jawab Safira geram.
Laskar diam sesaat, lalu ia kembali bertanya, "Sekarang di mana mereka?"
"Abang masih di rumahnya, di Kemang. Kak Zi, nggak tahu, Pa! Ponselnya nggak bisa dihubungi. Pihak rumah sakit nggak mau kasih tahu di mana beliau pindah," jawab Safira lagi.
Laskar kembali diam. Namun tidak dipungkiri bahwa saat ini, otak pria tampan itu sedang berpikir untuk menyelesaikan masalah ini dengan caranya.
"Apa kalian tahu, apa masalah si bocah bodoh itu memilih jalan ini?" tanya Laskar.
"Abang nggak mau cerita yang sebenarnya, Pa. Tapi abang bilang mau balikan sama cinta lamanya," jawab Safira, sesuai yang ia ketahui.
"Cinta lamanya? Siapa?" Laskar menatap tajam ke arah sang putri. Membuat Safira salah tingkah. Bagaimana tidak? wanita yang sedang ia bicarakan ini adalah sahabatnya. Kalau dia katakan sejujurnya, alhasil kebahagiaan sang sahabat sedang ia pertaruhkan. Bukankah begitu?
"Wanita yang abang suka, Pa. Itu loh yang suaminya meninggal beberapa bulan yang lalu," jawab Safira jujur.
"Oh, dia... Apa?" pekik Laskar, membuat semua orang yang ada diruangan tersebut terkejut.
"Sorry, Pa," ucap Safira lirih.
"Jadi? dia, si bocah bodoh itu menjandakan istrinya hanya untuk menikahi janda lain. Astaga! Mimpi apa Papa punya anak begitu bodoh. Lihat saja nanti! akan Papa kasih pelajaran dia kalo sampai pulang!" ancam Laskar kesal.
"Sabar, Pa, sabar! Namanya keinginan hati, nggak bisa kita langsung menghakimi begitu, Pa. Sabar, pikir dengan kepala dingin, Pa!" pinta Laila sembari mengelus lengan sang suami. Sebab ia tak mau darah tinggi sang suami kambuh lagi.
"Sabar bagaimana maksud, Mama? Mama nggak usah bela-belain bocah bodoh itu, Ma. Keinginan hati bisa di tekan dengan logika, Ma. Apa lagi dia pernah melakukan kesalahan yang sangat-sangat fatal. Dia kehilangan hak asuh putrinya hanya gara-gara sifat kolotnya itu. Lalu, sekarang dia ulang lagi kesalahan yang sana. Gimana kalo seandainya Zi hamil? Apa dia nggak nyesel?" cecar Laskar kesal.
Hamil .... spontan kata itu pun membuat semua anggota keluarga jadi berpikir, bahwa kemungkinan itu bisa saja terjadi.
"Hamil? bisa jadi, Pa. Takutnya begitu, Pa! Jadi kita mesti gimana?" Safira menatap mata sang ayah. Berusaha berdiskusi lewat hati.
"Nggak ada pilihan lain, kita harus mencari wanita itu dan memastikan bahwa dia tidak pergi membawa bagian dari raga, Zein. Tidak membawa bagian dari keluarga kita. Jika sampai itu terjadi, maka Papa mau Zein tetap bertanggungjawab atas anaknya. Jangan sampai anaknya dimiliki orang lain lagi," jawab Laskar tegas.
Seluruh anggota keluarga yang ada di ruangan itu hanya diam. Menunggu keputusan nahkoda mereka.
Namun tidak dengan dengan sang nahkoda. Ia pun langsung mengerahkan seluruh anak buahnya untuk melacak keberadaan Zi. Mencari wanita itu ke seluruh rumah sakit yang ada di pulau Jawa ... andai tidak ketemu, ia meminta untuk melacak di seluruh rumah sakit yang ada di Indonesia.
Berbekal keyakinan yang kuat, Laskar yakin, di pasti bisa menemukan keberadaan mantu kesayangannya itu.
Laskar sudah turun tangan, maka tak ada lagi ampun untuk Zein. Apa lagi ketika pria paruh baya itu tahu alasan Zein melepaskan Zi, sampai kapanpun Laskar tidak akan pernah merestui sepasang anak bodoh yang hanya mementingkan cinta buta itu.
***
Di sisi lain, Zi sudah tak malu lagi mengakui kepada teman-temannya bahwa saat ini dia memang sedang mengandung.
Seperti ibu-ibu hamil lainnya, Zi juga memeriksakan kandungannya secara berkala. Sesuai jadwal.
Hari ini ia dijadwalkan bertemu dengan dokter kandungannya untuk memeriksakan kandungannya. Zi senang, karena hari ini dokter menyarankan untuk USG, untuk mengetahui detail, usia dan perkembangan bayi yang ada di kandungannya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
Kenzi Kenzi
sipppp....hamidun
2023-11-25
1
Ajeng Ina
kena apa zi hamil.... ujung" kembali lg sm zain
2023-11-09
0
rain03
menjandakan istri demi janda.
luar binasa😡
2023-01-09
1