Bab 16
Mobil Alex kini melaju menuju tebing jurang di mana Ruby dan kedua orang tuanya dulu mengalami kecelakaan. Sepanjang jalan Ruby terus terisak meratapi nasibnya.
Dia tak habis pikir Alex begitu tega melakukan ini padanya, menipunya dengan sebuah cinta dan sikap manis yang mampu membuat Ruby jatuh cinta sehingga ia rela melakukan apapun demi Alex Graham.
"Daddy, Mommy, tunggu Ruby! Ruby sudah lelah Daddy, Ruby ingin menyusul Daddy dan Mommy." Ruby terus menangisi nasibnya.
Alex terus melajukan mobil sport mewahnya, memasuki hutan yang dikelilingi pohon-pohon tinggi. Sementara mobil taksi yang ditumpangi Bibi Lili mengikuti mobil Alex dari belakang. Perasaan Bibi Lili tak karuan saat mobil Alex memasuki hutan yang ada di kawasan tebing jurang tersebut.
"Ya Tuhan, selamatkan Nyonya Ruby," gumam Bibi Lili dengan perasaan khawatir.
Kini mobil Alex berhenti di pinggir tebing yang tinggi. Alex turun dari mobil, masih dengan aura gelapnya. Dengan kasar Alex membuka pintu bagasi belakang. Dia menarik lengan Ruby dengan kasar, menghempaskan ke tanah lalu menyeret Ruby ke pinggir tebing.
Alex seakan menjelma menjadi dewa kematian bagi Ruby. Perasaan iba sirna entah ke mana. Tak ada rasa kasihan terhadap istrinya. Yang ada di pikiran Alex hanyalah menghabisi Ruby sekarang juga untuk memuaskan amarah yang ia pendam selama ini.
"Ucapkan selamat jalan kepada dunia ini, Ruby Sayang, karena tak lama lagi aku akan mengirimmu menemui ke dua orang tuamu." Alex berkata dengan aura membunuh dan sorotan mata yang mengerikan.
Alex membuka lakban yang menutup mulut Ruby dan membuka tali yang ada di tangan dan kaki Ruby. Ruby yang gemetar takut, menyeret kakinya mundur untuk menghindar dari Alex yang saat ini berjalan perlahan ke arah Ruby.
"Jangan Alex! Aku mohon lepaskan aku! Aku tidak bersalah, bukan aku yang mendorong Lexi, tapi ...." Dengan nada gemetar Ruby memohon kepada Alex dan mengatakan yang sebenarnya.
Belum selesai Ruby berbicara, Alex menarik rambut Ruby dan menyeretnya lebih ke pinggir tebing. Dia menekan kepala Ruby di pinggir tebing tersebut.
"Aku mohon, Lex, lepaskan aku!" Ruby tak berhentinya menangis dan memohon.
"Aku tak akan melepaskanmu, Ruby Sayang, kita akan bermain-main dulu sebentar sebelum aku melemparmu dari atas sini." Seringai jahat terlihat di bibir Alex.
"Kau tahu, Ruby, dari dulu aku sudah ingin membunuhmu, tapi aku menahannya karena belum mendapatkan semua harta warisan Pattinson. Jadi sekaranglah waktunya aku membunuhmu, Gadis Sialan!"
Kata Alex dengan amarah kebencian.
"Tapi ... kenapa kau ingin membunuhku dan keluargaku, Alex? A-apa salah kami?!" tanya Ruby dengan nada terbata disertai tatapan sedih.
"Salahmu, karena kau terlahir dari keluarga Pattinson. Kau tahu, karena Daddy-mu itu, ibuku harus menjadi janda, dan aku harus menjadi yatim. Karena Daddy-mu hidup kami jadi menderita. Karena keegoisan Daddymu si Tuan Robert Pattinson. Karenanya papaku terpaksa mengakhiri hidupnya karena malu. Semua karena Daddy-mu, Ruby Pattinson!" Alex mengeluarkan semua amarah yang selama ini dia simpan. Alex menekan lebih dekat lagi tubuh Ruby ke tebing sehingga setengah badan Ruby berada di tengah tebing.
Ruby tak mampu berkata lagi. Rasa sakit dan lelah menjadikan tenaganya terkuras habis. Dia hanya bisa pasrah.
"Apakah ini akhir dari hidupku?" batinnya menangis menatap Alex dengan wajah pasrah.
"Ucapkan selamat tinggal, Ruby Sayang!" ucap Alex sambil mendorong Ruby ke tebing.
"Aaarrrggghhh ...," teriak Ruby saat didorong.
Ruby belum sepenuhnya jatuh, dia masih bisa mempertahankan diri dengan tenaga yang tersisa. Saat ini Ruby berpegang kuat pada bebatuan yang ada di pinggiran tebing.
Alex yang melihatnya hanya mendegus dan berniat menginjak tangan Ruby, tapi ponsel yang berada di saku celananya berbunyi. Alex mengangkat ponselnya dan menjauh dari Ruby.
Terlihat Alex menengang, ia langsung masuk ke dalam mobil, melaju meninggalkan Ruby sendiri yang sedang bertaruh nyawa.
"Tolong ...," lirih Ruby yang menggelantung di tepi tebing.
Bibi Lili melihat mobil Alex melintas di dekatnya. Dia bersembunyi. Setelah mobil Alex melesat jauh, ia segera berlari untuk menyelamatkan Ruby. Bibi Lili sempat kebingungan mencari di mana nyonyanya.
Dia tidak melihat secara langsung peristiwa Alex mendorong Ruby. Jejak kaki Alex yang ia temukan membimbingnya untuk menemukan sang nyonya.
"Nyonyaaa ... bertahanlah, Nyonya, Bibi akan menolongmu," kata Bibi Lili. Ia mengulurkan tangan untuk menarik Ruby.
"Bibi, tolong aku, aku tak kuat lagi, Bibi!" Ruby menangis sambil berusaha mendorong tubuhnya ke atas seraya Bibi Lili menariknya.
"Sedikit lagi, Nyonya, aku mohon bertahanlah!" Dengan penuh tenaga Bibi Lili menarik Ruby sehingga Ruby bisa selamat dari maut. "Nyonya, Anda selamat, Nyonya. Ya Tuhan, terima kasih." Bibi Lili sangat bahagia karena telah berhasil menarik Ruby.
Ruby tak mampu berkata-kata, dia hanya diam. Beberapa detik berselang, kesadarannya hilang. Bibi Lili terkejut sang nyonya memejamkan mata tak sadarkan diri.
"Nyonya ... sadarlah, Nyonya!" Bibi Lili berusaha menyadarkan Ruby dengan menepuk-nepuk wajah Ruby pelan. "Tunggu di sini, Nyonya, Bibi akan mencari bantuan."
Bibi Lili memapah sembari sedikit menyeret tubuh Ruby ke sebuah pohon besar yang tak jauh dari tebing. Dia merebahkan tubuh Ruby di sana.
"Sabarlah, Nyonya, Bibi segera kembali," ujar Bibi Lili sembari bangkit dan melangkah setengah berlari menuju pinggir jalan raya yang ada di daerah itu.
~
Sementara itu, sebuah mobil mewah mengkilat sedang melintasi jalanan sepi. Jalanan itu dihiasi oleh tebing-tebing tinggi dan juga pohon Pinus yang berjajar rapi. Seorang pria tampan dengan tatapan mata tajam duduk dengan elegan di dalam mobil mewah itu sambil menikmati udara di sepanjang jalan.
Matanya terpejam, tapi dia tidak tidur. Sesekali sang asisten mendengar tuan mudanya membuang napas panjang untuk mengurangi beban pikiran.
"Jadi, kau belum menemukan informasi tentang gadisku?" tanya pria itu dengan suara berat nan seksi, menghilangkan kesunyian di dalam mobil itu.
"Belum, Tuan," jawab sang asisten gugup.
"Ck! Kau lamban sekali." Sang tuan muda berdecak kesal. "Aku tidak mau tahu, besok semua informasi tentang gadisku harus ada di mejaku! Apa kau mengerti?!"
Suara berat pria itu mampu memberikan tekanan psikologis kepada sang asisten sehingga ketakutan menghinggapi pikirannya. Hanya menelan saliva, satu-satunya gerakan yang dapat meredakan segala kegentaran yang ia rasakan sembari menjawab dengan gagap.
"Ba-baik, Tuan," jawabnya lagi sambil terbata.
Pria berwibawa itu tak menanggapi. Dia kembali memejamkan mata. Sang asisten hanya bisa menggerutu dalam hati dan fokus mengemudi kembali.
Nahas, saat akan membelokkan mobil, asisten itu melihat seseorang berdiri di tangah jalan. Demi keselamatan bersama, sang asisten menginjak rem mobil secara mendadak.
Suara rem mobil berdecit panjang. Mereka terhindar dari kecelakaan. Namun, tetap saja beberapa benturan tak dapat dihindari.
"Shiit!" umpat pria berwibawa yang duduk di kursi belakang saat kepalanya membentur kursi di depannnya. "Bram!" geram pria itu.
"Ma-af, Tuan, saya tidak sengaja. Itu di depan ada seseorang, Tuan!" jawab Bram terbata antara terkejut dan takut akan tatap bosnya.
Tiba-tiba jendela mobil pria itu diketuk dengan kencang oleh seorang wanita paruhbaya dengan penampilan berantakan dan wajah menyedihkan.
"Keluarlah!" perintah tuan muda kepada asistennya.
"Tuan, tolong aku, Tuan. Tolong selamatkan Nyonya saya, Tuan," mohon Bibi Lili sambil mengiba kepada Bram.
Ya, Bibi Lili berhasil mencapai jalan raya. Ketika itu juga, sebuah mobil melintas. Dengan mengumpulkan seluruh keberaniannya, dia berdiri di tengah jalan untuk menghentikan mobil itu.
Dia tidak peduli nyawa menjadi taruhan dalam aksi mencegat mobil itu. Yang ia pikirkan adalah dia harus segera menyelamatnya Ruby, sang nyonya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
neng ade
oh .. akhirnya sang penyelamat datang yg ternyata adalah si pria tampan itu yg kebetulan dia juga sedang mencari Ruby
2024-06-08
0
Laila Fitriani
ya Allah bantuan datang
2023-06-25
0
Anih Suryani
tolol sih udh tau srigala masih d cintai
2023-06-20
0