"Halo, Alex, apakah kau jadi menjemput ku
"Hmm? Baiklah."
Belum selesai Ruby bicara, sambungan teleponnya sudah terputus. Ruby hanya bisa menatap nanar ponselnya.
Alex yang masih mengendarai mobil mewahnya melaju untuk menjemput Ruby. Tidak perlu waktu lama dia sudah memasuki halaman rumah sakit dan memarkirkan mobil mewah itu di sana.
Alex turun dari mobil mewah keluaran terbaru itu. Dengan gagah dia melangkahkan kaki panjangnya menuju loby rumah sakit. Dari jauh Alex sudah melihat Ruby sedang berbincang dengan salah satu dokter rumah sakit tempat Ruby terapi.
Ruby melihat Alex sedang berjalan kearahnya. Bibirnya tersungging senyuman cantik. Dia merentangkan kedua tangannya, tanda meminta pelukan hangat kepada Alex suaminya. Alex tak menghiraukan permintaan tak langsung Ruby.
"Ayo pulang!" ajak Alex.
Dia memegang bagian belakang kursi roda Ruby dan mendorongnya ke parkiran. Ruby yang mengharapkan pelukan dan kecupan mesra dari Alex seperti yang biasa Alex lakukan dulu, harus memendam rasa kecewa sambil menundukkan wajahnya.
"Dokter, saya pamit pulang. Terima kasih sudah menemani saya ngobrol," ujar Ruby kepada dokter yang menemaninya.
Dokter itu hanya sempat melambaikan tangan karena Alex langsung pergi tanpa mengucapkan sesuatu kata pun kepadanya.
Sesampainya mereka di parkiran, Alex membuka pintu mobil dan menuntun Ruby masuk kedalam mobil. Dia mendegus kesal saat membantu Ruby untuk duduk.
"Menyusahkan saja!" dengus Alex kesal. Gumaman itu tak luput dari telinga Ruby.
Hati Ruby bagaikan dihantam beribu batu besar, saat mendengar itu. Dia menyembunyikan rasa sedihnya dengan menatap keluar dari kaca mobil yang ada di sampingnya. Sepanjang perjalanan hanya deru mesin mobil yang terdengar. Tidak ada lagi kehangatan dan perlakuan mesra yang sering diberikan oleh suaminya.
~
Sekitar 15 menit Mereka sudah memasuki pekarangan sebuah mansion mewah yang memiliki 3 lantai.
Alex, memarkirkan mobil mahalnya dan membunyikan klakson. Tidak lama, 2 orang pelayan datang menghampiri mereka.
"Turunlah!" perintah Alex dengan dingin. Dia memerintahkan pelayan untuk membantu Ruby masuk ke dalam rumah.
"Kau tidak ingin masuk dulu, Lex?" tanya Ruby dengan tatapan memohon.
"Tidak. Aku masih banyak pekerjaan," tolak Alex dengan dingin tanpa melihat Ruby. Dia menyibukkan diri dengan ponsel miliknya.
"Apakah, kau pulang cepat malam ini? Kita sudah lama tidak makan malam bersama, Lex!" Ruby bertanya lagi penuh damba karena sangat merindukan suaminya ini.
"Turunlah! Sebentar lagi aku ada rapat penting, lebih penting darimu," perintah Alex sambil menatap Ruby tajam.
Jleb ....
Perkataan Alex bagai sebilah pisau yang menusuk jantungnya, sakit dan sesak di bagian dada. Itulah yang dirasakan Ruby. Dia tak dapat memendam kesedihan yang sedari tadi ditahannya. Ruby pun turun dengan bantuan dari para pelayan.
Alex sama sekali tak menghiraukan Ruby. Dia langsung menginjak pedal gas mobil dan melaju keluar dari kawasan mansion mewah Ruby. Wanita itu hanya mampu menatap sendu mobil Alex. Air mata yang sejak tadi ditahan kini mengalir membasahi pipi mulusnya.
"Kau sudah berubah, Lex. Aku kangen Alex yang dulu," gumam Ruby sendu. Ruby masuk ke dalam rumah.
"Nyonya, apakah Anda ingin makan siang sekarang?" tawar kepala pelayan yang bernama Bibi Lili.
"Tidak, Bibi," tolak Ruby dengan raut wajah sedih. "Antarkan aku ke kamar, Bi! Aku lelah mau istirahat sebentar."
Ruby melewatkan makan siang. Rasa lelah dan sakit hati menghilangkan selera makannya. Dia terus merasa sedih atas perlakuan Alex yang berubah. Kepala pelayan itu pun mengantar Ruby kedalam kamar dan membantu majikannya berbaring.
"Terima kasih dan maaf sudah merepotkan mu," kata Ruby sembari tersenyum sendu. Pikirannya masih tertuju pada perkataan kasar yang Alex lontarkan kepadanya tadi.
"Sudah tugas saya untuk melayani Anda, Nyonya," kata Bibi Lili sambil menatap wajah Ruby yang terlihat sedih.
Tak hanya Ruby, dia juga melihat perubahan Tuan Alex kepada nyonyanya itu. Bibi Lili memang turut memperhatikan karena dia bukanlah pelayan biasa. Dia sudah berjanji kepada mendiang orang tua Ruby untuk selalu melayani dan melindungi Ruby.
"Saya kembali ke dapur dulu, Nyonya. Kalau Anda butuh sesuatu, panggil saya saja."
"Hu'um." Ruby hanya mengangguk, dia terlalu lelah dan butuh istirahat.
Terhalangi oleh sikap kasar Alex, Ruby lupa memberi tahu Alex tentang kabar bahagia kesembuhannya. Dia pun berharap Alex pulang cepat nanti malam agar dapat segera mengabarkan perkembangan terapinya yang berjalan baik.
***
"Kau masih di sini, Sayang?" Alex yang baru tiba di perusahaan, langsung menuju ke atas ruangan CEO. Dia melihat Rebecca masih ada di ruang kerjanya.
"Aku menunggumu, Honey." Rebecca langsung menghampiri Alex dan mengecup bibir tebal nan seksi milik Alex. Sedangkan Alex mengandeng tangan Rebecca menuju sofa yang ada di sana.
"Bagaimana kabar istri lumpuh mu, Sayang?Apakah dia ingin menghabiskan waktu bersamamu?" Rebecca bertanya dengan wajah tidak suka, membuat Alex terkekeh melihat kekasih gelapnya cemburu.
Alex pun mengangkat Rebecca ke pangkuannya. "Heheh. Kau sangat mengoda kalau lagi cemburu, Sayang," kata Alex sambil mengecup bibir Rebecca.
Cup ....
"Aku memang selalu ingin menggodamu, Honey." Rebecca menjawab sembari tersenyum menggoda.
Mendapat godaan dari Rebecca, Alex hanya bisa mengeram dan mengetakkan rahang tegasnya saat barang miliknya on.
"Sayang, jangan mengodaku! Sebentar lagi kita ada rapat penting, Sayang."
Cup ....
Alex sekali lagi mengecup belahan manis wanita itu.
"Hufh ...." Rebecca mendegus karena hasratnya yang sudah on tak tersalurkan.
Rebecca dan Alex telah menjadi patner kerja dan ranjang sejak lama. Mereka sama-sama memiliki hasrat **** yang tinggi. adi sekali tempur rasanya mereka belum cukup.
Tok, tok, tok ....
Sebuah suara ketukan di pintu menghentikan cumbuan penuh birahi itu.
"Masuk!" perintah Alex.
Dia lantas berdiri dan melangkah menuju meja kerja. Dia memerintahkan Jastin (asisten pribadinya) untuk masuk.
Rebecca duduk dengan anggun setelah merapikan pakaiannya yang sudah berantakan oleh ulah Alex.
"Rapat akan dimulai sebentar lagi, Tuan. CEO dari perusahaan Royal Garden sudah menunggu di ruang rapat," lapor sang asisten sambil melirik Rebecca.
Jastin sudah tau hubungan gelap Tuan Alex dan sekretaris pribadi itu.
"Baiklah, ayo kita ke ruangan rapat!" ajak
Alex.
Dia bangkit dari duduk dan berjalan terlebih dahulu menuju ruang rapat yang terletak tidak begitu jauh dari ruang kerjanya.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
neng ade
keterlaluan ke dua orang itu .. kenapa Ruby sampai tak tau kebusukan suami dan sekretaris nya itu ..
2024-06-07
0
Ainisha_Shanti
bertabahlah Ruby
2023-06-10
1
Jastiah Tia
bkn emosi sj alex dan sekertarisx yg tdk tau dr
2023-05-12
0