Ruby menoleh saat pintu kamarnya terbuka. Sosok Bibi Lili lah yang muncul menyadarkan Ruby dari lamunan dua tahun yang lalu.
"Nyonya sudah bangun? Maafkan Bibi masuk tanpa seizin Nyonya. Dari tadi Bibi mengetuk pintu tapi tak ada sahutan dari Nyonya, Bibi cuma khawatir, Nyonya," ujar Bibi kepada Ruby.
"Tidak apa-apa, Bi. Aku hanya mengingat kenanganku bersama Daddy dan Mommy."
Ruby menjawab dengan matanya yang masih sembab karena tangisan.
"Apa Nyonya membutuhkan sesuatu?" ujar Bibi.
"Nanti saja, Bi," tolak Ruby lembut.
"Bibi ke dapur dulu, Nyonya, Bibi ingin menyiapkan sarapan untuk Anda."
"Iya, Bi," jawab Ruby dengan lemah.
Bibi Lili pun kembali ke dapur untuk menyiapkan sarapan buat nyonyanya itu. Ruby sendiri memiliki banyak pelayan di masionnya, tapi dia hanya ingin dilayani oleh Bibi Lili saja.
Ruby mengingat rencananya menelpon Rebecca untuk mengajak sahabatnya itu bertemu. Ruby menggapai ponselnya yang berada di atas nakas di dekat ranjang king size miliknya.
Ruby mengotak-atik ponselnya, mencari nomor Rebecca. Setelah menemukan nomor itu, Ruby pun melakukan panggilan.
Beberapa kali Ruby menelepon, tapi nomor yang ia tuju tak memberikan jawaban. Tak menyerah, dia terus mencoba. Akhirnya usahanya tak sia-sia, wanita di seberang sana menjawab panggilan teleponnya.
"Halo, Rebecca, kau ada waktu?"
"...."
"Boleh kita bertemu di tempat biasa? Ada yang ingin aku bicarakan denganmu. Aku juga merindukanmu, Beca. Bukankah kita sudah lama tak bertemu?"
"...."
"Oke ... aku menunggumu di tempat biasa."
".…"
"Oke, terima kasih, Beca."
Ruby menutup teleponnya dan menyimpannya kembali di atas nakas. Senyumnya mengembang karena dia akan bertemu Rebecca sahabatnya dan meminta saran atas masalah hubungannya dengan Alex.
"Aku harus bersiap-siap," ujar Ruby dengan semangat.
Saat Ruby akan bangkit dari tempat tidur dengan hati-hati, dia mendengar pintu diketuk dan dia yakin pasti Bibi Lili lah yang ada di luar sana.
"Masuk saja, Bi!" sahut Ruby.
Bibi Lili membuka pintu dan melihat nyonya itu berusaha bangkit dari tidurnya.
"Anda mau ke mana, Nyonya?" tanya Bibi Lili.
"Aku ingin mandi, Bi," jawab Ruby.
"Biar Bibi bantu Anda, Nyonya." Bibi Lili membantu Ruby duduk di kursi roda.
"Aku mau ke kamar mandi sendiri, Bi." Ruby menolak saat Bibi Lili mendorong kursi rodanya ke arah kamar mandi.
"Tapi, Nyonya ... Bibi ...." Belum selesai bicara Ruby sudah memotong perkataan Bibi Lili.
"Aku bisa sendiri, Bi. Jadi biarkan aku sendiri yang melakukannya." Ruby masih berkeras ke kamar mandi sendiri.
"Baiklah, Nyonya. Tapi berhati-hatilah," ujar bibi.
"Hmm ...." Ruby mengangguk.
Bibi Lili yang melihat Ruby mendorong kursi rodanya ke arah kamar mandi hanya bisa menarik napas. Bibi lalu membereskan tempat tidur Ruby, setelah itu bibi lili memasuki ruangan walk in closet untuk menyiapkan keperluan Ruby dan meletakkannya di tempat tidur yang sudah rapi.
Tak lama Ruby keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai baju mandi. Ruby tampak segar, tapi masih menyisahkan bekas tangisnya tadi malam. Keningnya yang terluka masih tertutup perban dan bekas melepuh masih berwarna merah.
Ruby mendorong kursi rodanya ke arah ranjang dan mengambil pakaian yang disiapkan Bibi Lili. Dia membawanya ke dalam walk in closet dan memakainya di sana. Tidak mungkin Ruby memakai baju di depan Bibi Lili
Ruby yang menatap pantulan dirinya di cermin tersenyum. Hari ini dia memakai dress selutut dengan gambar bunga yang membuat Ruby tampak manis dan imut. Ruby dibantu Bibi Lili merias diri. Hari ini setelah bertemu Rebecca, Ruby ingin mendatangi Alex ke kantor.
Ruby juga sudah lama tidak melihat kantor yang di bangun sang ayah itu. Dia ingin menyapa karyawan Daddy yang sudah mengenalnya.
"Anda yakin tidak mau ditemani, Nyonya?" Bibi bertanya lagi untuk ke sekian kali. Bibi Lili sangat khawatir nyonyanya itu kenapa-kenapa melihat keadaan Ruby yang tidak begitu sehat semalam.
"Tidak, Bibi. Biar aku sendiri dan diantar paman lotus." Ruby kembali menolak.
"Baiklah."
***********
"Siapa yang menelponmu?" Alex yang baru keluar dari kamar mandi bertanya kepada Rebecca.
"Istri cacatmu! Dia ingin bertemu denganku siang ini."
"Ck! Aku tidak peduli."
"Jangan begitu, Lex! Bersabarlah sebentar lagi sebelum semua milik istri cacatmu itu berada di tangan kita!"
"Terserah!"
Semalam Alex menginap di apartemen Rebecca dan menghabiskan waktu untuk memadu kasih.
"Kau akan ke kantor sekarang, Honey?" Rebecca bertanya kepada Alex yang sudah rapi dengan stelan jas mewah berwarna hitam itu.
"Iya."
"Sepagi ini, Honey? Bukankah jadwal kegiatanmu hari ini kosong dan di kantor juga pekerjaanmu tidak banyak?"
Rebecca mendekati Alex yang sedang bercermin.
"Aku ada janji dengan seseorang, Sayang."
"Siapa?"
"Mama. Hari ini Mama mengajakku sarapan bersama."
"Kau tak mengajakku, Honey?"
"Tidak sekarang, Sayang."
"Kapan kau mengenalkanku dengan mamamu?"
"Nanti, Sayang."
"Ck!" Rebecca berdecak kesal kemudian memutar bola matanya malas dan jengah.
"Aku pergi dulu, Sayang."
Alex mengecup kening dan bibir Rebecca dan keluar dari unit apartemen wanitanya itu.
"Apa kau ingin menipuku, Honey? Hehehe...tidak semudah itu, kau tetep milikku, Honey! Tidak istri cacatmu itu dan juga wanita kau sembunyikan!"
Rebecca bergumam sendiri dan sesekali terkekeh, entah apa yang ada di pikiran wanita ini.
*********
Ruby yang sudah menunggu sahabatnya Rebecca di salah satu cafe terkenal di kota K. Sudah 1 jam Ruby menunggu, tapi sahabatnya itu belum juga nampak.
Dengan sabar Ruby menunggu, netra hazelnya memandangi jalanan yang padat itu, sambil menerawang masa-masa indahnya dengan Alex. Suaminya itu dulu sangat mencintainya dan selalu memperlakukan Ruby dengan manis, kata-kata cinta setiap hari Ruby dengar dari mulut suaminya itu.
Alex yang dulu penuh kehangatan dan kelembutan, Alex yang selalu memanjakannya, Alex yang selalu merindukannya. Namun, sekarang suaminya itu berubah menjadi dingin dan datar kepadanya. Tidak ada lagi kata cinta dan sayang. Yang ada saat ini adalah Alex selalu memandang sinis kepadanya.
Setetes air mata Ruby mengalir dari mata hazel itu, membasahi pipinya yang mulus. Kenapa semua berubah semenjak kedua orang tuanya pergi?
Apakah semua ini salahnya? Seperti yang diucapkan suaminya bahwa dia adalah anak pembawa sial, karena kecerobohannya dia harus kehilangan calon buah hatinya.
"Hah ...." Ruby menarik nafas panjang dan mengeluarkannya perlahan.
Tidak jauh dari meja Ruby, sosok bermata abu-abu nan tajam terus menatapnya dengan intens, menelisik penampilan Ruby dari bawah ke atas.
"Cantik." Kata itu lolos secara tiba-tiba dari bibir seksi pria itu. Dia memiliki wajah tampan, hidung mancung, dan garis rahang yang tegas yang di tumbuhi bulu-bulu halus di sekitarnya. Jangan lupa senyumnya yang menawan yang mampu membuat kaum hawa berteriak histeris.
"Tuan berkata sesuatu?" Sang asisten bertanya dengan heran, dia mengikuti arah pandang sang tuan.
Ternyata tuannya itu sedang memandangi gadis yang sedang duduk di kursi roda.
"Jaga pandanganmu!" Asisten itu tersedak saat sang tuan memberi peringatan dengan tatap tajam.
Sang asisten menelan ludahnya kasar.
"Iya, Tuan." Demi nyawanya dan karirnya lebih baik menurut, batin sang asisten.
"You are mine." Bisiknya yang masih dapat didengar sang asisten.
**********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
neng ade
semoga pria itu bisa dekat dngn Ruby dan bisa melindungi Ruby dari niat jahat Alex dan Becca
2024-06-07
0
Afika Simaremare
astagaaa siapa lagi wanita itu
2023-12-06
0
Nurjia Mubin
ruby penggemar rahasiamu sudah muncul jadi bersiaplah.
2023-04-30
0