Alex terlihat mondar-mandir dengan wajah khawatir di depan ruang ICU. Dia begitu gelisah, jantungnya berdebar kencang saat melihat kondisi Lexi yang begitu mengenaskan. Yang paling Alex khawatirkan adalah saat melihat darah mengalir dari atas paha Lexi.
"Semoga bayiku tidak apa-apa," batin Alex sambil menarik napas untuk mengurangi debaran jantungnya.
Mama turut gelisah. Dia duduk di kursi yang terletak di depan ruang ICU sembari menatap Alex dengan perasaan iba. "Semoga menantu dan calon cucuku selamat," batinnya.
Mama Alex sangat menyayangi Lexi karena menantunya itu adalah anak sahabatnya yang telah tiada. Mama Alex berjanji akan menyayangi Lexi seperti anaknya sendiri. Lexi dan Alex hidup bersama dan tumbuh bersama, sehingga saat memasuki usia remaja, cinta tumbuh di antara mereka berdua.
Mama Alex yang mengetahuinya pun merasa bahagia. Itu berarti Lexi akan tetap bersamanya. Ibunda Alex pun dapat memenuhi janjinya kepada mendiang sahabatnya untuk menyayangi Lexi.
Tak lama kemudian, ruang ICU terbuka. Sang dokter keluar dengan wajah putus asa. Alex dan ibunya mendekati dokter itu.
"Bagaimana keadaan istri dan anak saya, Dok?" tanya Alex dengan jantung yang berdegup kencang.
Mama Alex menggenggam tangan sang anak, untuk menenangkan. Sang dokter menarik napas sesaat sambil menatap kedua orang yang ada di depannya.
"Maaf, Tuan, kami tidak bisa menyelamatkan janin istri Anda karena janin itu masih ada pada trimester pertama kehamilan. Benturan keras mengakibatkan pendarahan hebat. Dan saat ini kondisi istri Anda kritis, Tuan."
Ucapan sang dokter membuat Alex terdiam. Dia masih mencerna semua ucapan dokter itu. Sedangkan sang mama sudah histeris dan hampir jatuh pingsan. Untung saja sang dokter cepat menangkap dan memberi bantuan.
Alex masih shock, dia terduduk lemas di kursi tunggu sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan. Dia terisak karena harus kehilangan lagi calon bayinya. Ditambah, istrinya kini dalam keadaan kritis.
Tiba-tiba tangan Alex mengepal kuat giginya mengeretak, matanya memerah dengan sorotan menghunus tajam. Dia mengeram dan bangkit menelusuri koridor rumah sakit dengan amarah yang menakutkan.
~
"Aku tak akan melepaskanmu, Ruby Pattinson!" geram Alex sembari tangannya memegang setir mobil dengan kuat.
Dia mengemudikan mobil mewahnya dengan kencang. Kebetulan suasana jalanan sedang sepi membuat dia lebih cepat sampai di mansion Ruby. Alex turun dari kendaraannya, dia memasuki mansion dengan wajah penuh amarah yang menakutkan.
"Mana wanita itu?!" tanya Alex pada sang penjaga.
"Di gudang, Tuan," sahut salah satu penjaga mansion.
Alex berjalan dengan langkah panjang menelusuri setiap lorong mansion mewah itu dengan tatapan yang menggelap. Dari jauh, Alex sudah mendengar isakan pedih Ruby dari dalam ruang itu.
"Bibi Lili, tolong aku!" lirih Ruby yang ketakutan akan gelap di dalam gudang itu.
Bibi Lili saat ini sedang mencari kunci cadangan gudang, tapi saat dia menemukan kunci itu Alex sudah kembali dengan wajah yang menakutkan. Bibi Lili pun langsung mengikuti Alex.
"Ya Tuhan, selamatkan Nyonya Ruby."
Kini Alex sudah di depan pintu gudang. Dia membuka pintu itu dengan satu kali tendangan yang membuat Ruby dan Bibi Lili kaget.
Ruby melihat tatapan menyeramkan di mata Alex, tatapan membunuh. Dia berusaha mendorong kursi rodanya mundur dengan gemetar dan takut saat Alex mendekat padanya. Wajah itu sungguh menyeramkan.
"Aku tidak melakukannya, Lex. Bukan aku yang mendorong Lexi! Percaya padaku Alex bukan aku."
Dengan gemetar Ruby mengatakan kepada Alex, kemudian memohon. Alex mencengkeram kuat leher Ruby. Kali ini dia akan menghabisi Ruby.
"Aku akan melenyapkanmu, wanita sialan! Seperti aku melenyapkan kedua orang tuamu." Alex berkata dengan wajah menyeramkan. Cengkraman di leher Ruby semakin kuat, membuat Ruby sulit bernapas.
Ruby terkejut saat Alex mengatakan fakta bahwa Alex lah yang membunuh kedua orang tuanya. Ruby menatap Alex tajam dengan derai mata, dia tidak percaya Alex sang cinta pertama yang rela melakukan apapun itu tega berbuat jahat kepada kedua orang tuanya.
"Karenamu, Ruby, aku harus kehilangan bayiku lagi! Dan sekarang istriku Lexi sedang berjuang untuk hidup, itu semua karenamu! Jadi malam ini aku akan mengirimmu menyusul orang tuamu!" Alex menghempaskan Ruby ke lantai kemudian menarik kembali rambut Ruby sehingga wanita itu mendongak ke atas, menatap wajah Alex yang masih menggelap. Ruby hanya bisa menangis dalam diam, meratapi nasibnya
"Kenapa kalian tega menyakitiku? Apa salahku sehingga kau tega membunuh orang tuaku? Katakan, apa salah kami, Alex Graham?!" Ruby memberanikan diri bertanya kepada Alex sembari matanya menatap Alex tajam. Kini tidak ada lagi tatapan cinta. Yang ada sekarang hanyalah tatapan kebencian.
Alex menarik kasar rambut Ruby dan menyeretnya keluar dari ruangan itu. Bibi Lili yang melihatnya berusaha membantu tapi dicegah oleh penjaga mansion.
"Aarrrgghh ... sakit, Lex, lepaskan!" Ruby terus memberontak, tapi apa daya tenaganya tak sebanding dengan Alex.
Dengan tangisan yang mampu menyayat hati, Ruby terus melawan. Alex terus menyeret Ruby sampai ke ruang tamu lalu menghempaskan Ruby dengan kasar. Kening Ruby terbentur di pinggiran meja ruang tamu.
"Aaarrrggghhh ... sakit, Alex!" ucap Ruby menangis pilu.
"Hari ini aku akan membuangmu, Ruby! Di tempat di mana ke dua orang tuamu pergi untuk selamanya," kata Alex berkata sembari tertawa kejam.
"Tuan, aku mohon lepaskan Nyonya Ruby," mohon Bibi Lili yang sudah berlutut di kaki Alex.
Alex menendang Bibi Lili yang menghalangi jalannya.
"Bibiii ...," teriak Ruby saat Alex dengan tega menendang Bibi Lili.
Alex tak peduli, dia langsung menyeret kembali Ruby menuju mobilnya. Ruby hanya bisa menangis sembari terus memohon kepada Alex. Alex melemparkan Ruby ke dalam bagasi belakang mobil dengan kasar.
"Ikat dan tutup mulutnya!" perintah Alex, dingin.
"Siap, Tuan ."
Mereka lalu menjalankan perintah untuk mengikat dan menutup mulut Ruby. Ruby hanya bisa pasrah atas semua yang dilakukan Alex padanya. Mereka menutup pintu bagasi dengan kasar.
"Sudah, Tuan," lapor sang penjaga.
Alex tak berkata apa-apa. Dia lantas memasuki mobilnya, melaju meninggalkan mansion. Entah Ruby akan dia bawa ke mana. Bibi lili menyaksikan semua perlakukan kasar Alex. Dia pun berdiri dan berjalan menuju ke arah kamarnya.
Bibi Lili membuka lemari pakaian yang ada di kamar. Dia menarik laci yang ada di dalam lemari itu untuk mengambil sebuah kotak yang dititipkan oleh mendiang ibu Ruby dahulu kala.
"Bi, aku titip ini buat Ruby! Seandainya sesuatu terjadi pada Ruby, berikan ini padanya, Bi!" Bibi Lili mengingat pesan mommy Ruby. Dia mengambil tas yang ada di nakas dan keluar dari kamarnya dengan langkah terburu-buru menuju gerbang belakang mansion.
Dia tidak ingin terlihat oleh para penjaga. Dia takut para penjaga akan menjegalnya untuk membantu Ruby. Sesampainya Bibi Lili di luar mansion, dia melihat mobil Tuan Alex melaju entah ke mana. Dia pun memberhentikan taksi yang kebetulan melintas di depannya dan menyuruh sang sopir untuk mengikuti mobil Alex.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
neng ade
kemana si pria tampan yg mengagumi Ruby waktu di restoran tempo hari .. semoga dia akan muncul di waktu yg tepat
2024-06-08
0
Afika Simaremare
😢😢😢
2023-12-06
0
Christina Hartini
Krn kepolosan Ruby akhirnya celaka juga ditangan suaminya, semoga bibi Lili dpt menolong Ruby
2023-06-12
0