Hari ini, hari dimana Hanin akan mengucap janji suci dengan Tristan pernikahan ini bukan pernikahan yang dia inginkan tidak ada raut wajah bahagia, tidak ada senyum manis selesai pernikahan Hanin mendekati adiknya yangduduk menyaksikan di salah satu kursi
"Andrew kita pulang" lirih Hanin
"Tapi suamimu? " Andrew menatap suami kakaknya yang masih termenung
"Dia masih banyak pekerjaan" ucap Hanin
"Apa kau bahagia? " tanya Andrew
"Ya aku bahagia" Hanin menarik tangan Andrew agar berdiri
"Stop Hanin, kalian akan tinggal bersamaku" ucap Tristan saat melihat Hanin.
menuntun pergi Andrew
"Kita tinggal di rumahku saja" Hanin berdiri mematung dia menoleh sejenak
"Kak kau lupa yang nenek katakan? wanita akan pergi bersama suaminya setelah menikah" ucap Andrew
"Aku tidak mau meninggalkan rumah" mata Hanin mulai berkaca kaca
"Aku akan tinggal disana merawat rumah itu"
"Aku tidak mau jauh darimu Andrew" air mata Hanin lolos kemudian memeluk Andrew
"Apa kau tidak bahagia? " tanya Andrew
"Bahagia sayang sangat bahagia, kau bisa sekolah tinggi nanti, jangan kecewakan kakak"
"Jika kau bahagia lalu kenapa kau menangis" Andrew menghapus air mata Hanin
"Ini air mata bahagia" Hanin mengusap air matanya lalu menautkan jarinya dengan jari Andrew
"Ikut kakak ya? " Hanin membujuk Andrew
"Maaf kak aku tidak mau merubah keputusanku, nanti kau bisa mengunjungiku" ucap Andrew
"Istriku memang sangat menyayangi adiknya" Tristan tiba tiba datang memeluk Hanin lalu mencium pipinya membuat Hanin geram
"Jaga dia kakak ipar" ucap Andrew
"Apa kau benar-benar tidak mau ikut? " tanya Tristan
"Tidak kak, berikan aku keponakan yang banyak" ucap Andrew tersenyum pada Tristan
"Pasti, iyakan sayang? " Tristan semakin mengeratkan pelukannya
Setelah mereka pulang ke apartemen Hanin menjatuhkan dirinya di sofa, Janu yang tadi sudah pulang duluan saat pernikahan berlangsung meminta maaf pada Hanin lewat telepon
"Maafkan ayah sayang tadi ada meeting dadakan" ucap Janu
"Tidak apa tuan"
"Panggil aku ayah sekarang aku ayahmu"
"Ya ayah"
"Dengar nak sebenarnya Tristan pria yang baik namun karena sebuah tragedi dia menjadi seperti itu ayah percaya cinta akan tumbuh seiring berjalannya waktu ayah harap pernikahan kalian bertahan selamanya bukan karena paksaan ayah, dan maaf nak ayah melakukan ini pada kalian ayah ingin Tristan kembali menjadi pria yang baik bersama dirimu ayah percaya padamu"
"Biar waktu yang menjawabnya ayah, semoga ada hal baik yang menanti di depan sana" jawab Hanin
"Iya nak jadi istri yang baik lunakkan hati Tristan ayah yakin dia akan jatuh cinta padamu, kau cantik, pintar juga baik"
"Ayah terlalu memuji"
"Ayah tutup teleponnya sayang hari ini ayah akan menjenguk ibu"
"Ayah dimana ibu? " tanya Hanin
"Nanti kau akan tau sendiri" lalu Janu mematikan teleponnya
"Kau menelpon siapa sayang? " bisik Tristan membuat Hanin meremang
"Bukan urusanmu" lalu Hanin pergi ke kamar untuk mandi
Tristan tertawa melihat wajah panik Hanin entah mengapa tapi dia senang melakukan itu sekarang dia punya mainan baru pikirnya, dia berlari mengejar Hanin seraya memanggil manggilnya dengan manja membuat Hanin bergidik ngeri
...🥝🥝🥝🥝🥝🥝🥝...
Di tempat lain seorang perempuan dan laki-laki sedang bercu**u dengan panasnya
erangan dan Des***n memenuhi seisi ruangan
pergumulan panas mereka terganggu karena suara teleponnya
"Sebentar" ucapnya pada lelaki itu
"*Hallo sayang? " ucap wanita itu terengah
"Kau sedang apa kenapa suaramu?
" ohh itu aku habis olahraga sayang"
"Apa kau ada di apartemen? "
"Aku sedang di luar negeri untuk pemotretan aku lupa bilang padamu Tristan"
"Ohh baby kau membuatku kecewa''
" I'am sorry, aku di sini selama satu bulan kita akan lama tidak bertemu aku akan merindukanmu"
"Aku pun sayang, segera kembali aku ingin berc***a denganmu"
"Aku juga sayang, aku tutup teleponnya masih ada sesi pemotretan"
"Baiklah, i love you"
"love you tou*"
kemudian Yasmine mematikan sambungan teleponnya
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di sebuah rumah sakit jiwa Janu menatap seorang wanita yang sedang berceloteh dengan tatapan sendu, wanita itu tampak tertawa menangis bahkan marah marah sendiri, Dia terdengar memaki dan menyumpahi seseorang
"Sayang" Janu mendekatinya
"Mahardika Januar, bawa aku pulang aku mohon" wanita itu bersimpuh di kaki Janu
"Bangun sayang, jika kau sembuh aku akan membawamu pulang, sadarlah kau bisa melawan semua ini" Janu membangunkannya serta memeluknya
"Wanita itu telah membuat anakku mati, terkutuklah dia aku tidak akan memaafkannya" teriaknya
"Sayang jika kau bertemu dia apa yang akan kau lakukan"
"Aku akan menghabisinya, aku ingin melihatnya juga melompat dari gedung yang tinggi itu" teriaknya
"Sayang dia tidak bersalah, seseorang telah mempermainkan mereka, ini hanya kesalahan pahaman"
"Tidak, tidak ini salahnya dia mempermainkan hati anakku dia wanita paling jahat aku benci dia" teriaknya dan menangis sejadi jadinya
Janu kembali membawanya ke kamarnya karena dia menjadi tak terkendali, Janu menatapnya dari luar istrinya tidak terkendali entah mengapa tidak ada kemajuan padahal anaknya sudah meninggal 2 tahun yang lalu, apa jadinya jika dia di pertemukan dengan wanita itu apa istrinya akan benar benar membunuhnya
...🥝🥝🥝🥝🥝🥝🥝...
Hanin sedang berbaring di samping Tristan dia tidak kunjung tidur mungkin mengantisipasi takut Tristan akan berbuat mesum lagi padanya meski sudah menguap beberapa kali dia tetap menjaga matanya agar tidak tertutup
Tristan perlahan membuka sebelah mata mengintip Hanin yang sedang memainkan jarinya matanya tampak terpejam beberapa saat lalu tersadar kembali ingin rasanya Tristan tertawa setakut itukah Hanin pada Tristan
Dengan sengaja Tristan menindihkan sebelah kakinya ke perut Hanin dengan posisi yang begitu dekat Tristan juga menarik Hanin layaknya guling Hanin tercekat saat sesuatu terasa bergerak di pahanya
"Astaga" Hanin membulatkan matanya mendorong Tristan tapi sia sia
"Tristan bangun, geser ini sempit" Hanin mendorong tubuh Tristan
"Aku sudah bangun" suara Tristan terdengar serak
"Bangun apanya? matamu masih terpejam" kini Hanin mendorong wajah Tristan yang mulai masuk ke ceruk leher Hanin
"Apa kau tidak merasa dia sudah bangun dari tadi? " Tristan malah dengan sengaja menggeseknya ke paha Hanin
"Aaaaaaaaaa dasar kurang ajar kau melanggar kontrak lagi sialan" Hanin menggerutu pada Tristan
"Kontrak? kontrak yang mana nona? bahkan di kontrak tidak ada hukuman jika kita melanggar bukan? " Tristan menindihkan Hanin mengungkungnya dari atas
"Tristan kau memang kurang ajar lepaskan aku" Hanin berusaha melepaskan tangannya yang di tahan Tristan
"Sedikit ciuman nona lalu aku akan melepaskanmu"
"Sialan kau Tristan brengsek" umpat Hanin
"Kau memakiku karena aku menyentuhmu atau karena aku menghentikannya? " goda Tristan
"Dasar kau siluman buaya aku tidak mau tidur satu ranjang denganmu" Hanin berjalan ke arah sofa
"Aku suamimu sayang" goda Tristan
"Terserah pernikahan kita hanya pernikahan kontrak"
"Tapi sudah tercatat sah secara hukum "
"Diam" Hanin melemparkan bantal sofa ke wajah Tristan
Tawa Tristan terdengar nyaring di kamar itu Hanin membelakanginya seraya menutup telinga tidak ingin mendengar apapun yang di katakan Tristan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments