"Andrew kau berangkat naik apa? " tanya Hanin seraya membereskan bekas sarapan
"Naik bus naik apa lagi? " jawab Andrew sambil mengikat tali sepatunya
"Apa kau butuh kendaraan? " tanya Tristan
"Entah lah sekolahku tinggal 6 bulan lagi setelah itu aku akan kuliah di luar negeri"
"Apa?? siapa yang mengizinkanmu pergi keluar negeri? " tanya Hanin terkejut
"Aku sudah membicarakan ini dengan ayah tapi ayah memaksaku mengambil kuliah disana katanya aku harus berkembang" jawaban Andrew membuat Hanin ambigu
"Ayah? " gumam Hanin
"Ya ayah mertuamu dia memintaku kuliah di Universitas pilihannya"
"Kalau begitu ambil saja kesempatan ini ayah tidak akan salah kau pasti dapat berkembang baik disana" ucap Tristan
"Tapi aku tidak mau jauh darimu, aku khawatir kau jauh dari pengawasanku" lirih Hanin duduk di samping Andrew
"Tidak ada yang perlu di khawatirkan kak aku sudah dewasa bisa memilih jalanku sendiri" Andrew meyakinkan sangat kakak
"Biarkan saja sayang lagi pula dia berhak punya masa depan apalagi dia pintar" Tristan mendekat menepuk pundak Hanin
"Ini uang jajan untukmu, hanya sedikit aku tidak banyak menyimpan uang cash" Tristan menyerahkan lima lembar uang merah
"Kau bilang ini sedikit? bahkan ini uang jajanku sepuluh hari, terimakasih" Andrew segera meraihnya
"Kau selalu menolak uang dariku tapi menerima dari orang lain" Hanin memberangus kesal
"Apa kakakku ini sedang merajuk? " Andrew mencuil dagu kakaknya
"Kakak uangmu bisa kau pakai untuk bersenang-senang, kau lelah bekerja aku tidak mau menghabiskan uangmu lagi pula uang jajanku sudah di tanggung ayah mertuamu bahkan mungkin sekarang semua keperluanku di tanggung olehnya kau jangan khawatir, aku merasa sangat berhutang budi padanya" lanjut Andrew
"Belajar yang rajin jangan mengecewakan ayah dia sudah menaruh harapan padamu" ucap Tristan
"Pasti, aku berterimakasih karena kau menikah dengan kakakku hidup kami lebih bahagia sekarang" ucapan Andrew bagai anak panah yang menghujam jantung Tristan
Dia menganggap sekarang hidup kakaknya bahagia bahkan mengucapkan terimakasih
apa dia akan sanggup menyakiti Hanin sesuai perkataannya pada Bayu
atau Tristan mulai ragu dengan hatinya
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Andrew sedang menulis sesuatu di kelasnya dia terlihat begitu serius guru datang untuk memulai pelajaran seperti biasa namun ada yang di sampaikan sebelumnya
"Anak anak hari ini kita kedatangan murid baru, silakan perkenalkan diri kamu" ucap guru
"Hai semua namaku Viona steward, semoga kita bisa berteman baik" Andrew yang sedang menulis mendongakkan kepalanya dan tersenyum ke arah Vio
"Vio duduk disana" guru menunjuk kursi di sebrang Andrew
"Hai/Hai" Andrew dan Vio bertegur sapa
"Hei kau jangan terlalu dekat dengannya" bisik teman sebangkunya yang juga memakai kacamata
"Eh memangnya kenapa? " tanya Vio
"Kau lihat wanita yang di disana itu, dia mengejar ngejar Andrew dan akan menghajar siapa saja yang berani mendekati Andrew" ucapnya sedikit menunjuk ke arah kiri di kursi pojokan
"Oohh.... ngomong ngomong siapa namamu? " tanya Vio
"Aku Delia, apa sekarang kita bisa berteman? Delia mengulurkan tangannya
" Ya kita berteman "
Selesai pelajaran semua murid berhamburan saat jam istirahat Andrew mencari keberadaan Vio diantara murid yang berlalu lalang Sampai akhirnya di samping sekolah di bawah pohon rimbun terlihat Vio sedang membaca buku dengan teman barunya
"Hai" Andrew duduk di antara mereka
"Ha.. Hai" delina gugup
"Hai drew" ucap Vio
"Aku ingin mengajak kalian makan di kantin aku teraktir"
"Tapi... " ucapan Vio terpotong saat tiba tiba Andrew menarik tangannya
"Ayo aku tidak menerima penolakan" ucap Andrew menarik tangan Vio dan Vio menarik tangan Delina
"Aku takut Sashi nanti melabrak kita" bisik Delina
"Lalu bagaimana ini dia menggenggam tanganku erat sekali" mereka saling berbisik
"Kalian lagi bisik bisik apa? " tanya Andrew setelah sampai di kantin
"Tidak.. tidak.. ada" ucap Vio gugup
"Andrew kita tidak bisa... " lagi lagi ucapan Vio terpotong
"Kalian duduk dulu aku mau pesan" ucap Andrew meninggalkan mereka berdua
"Bagaimana ini jangankan bicara untuk menolak bahkan pesanann pun dia tidak tanya kita maunya apa" lirih Vio
"Mati kita lihat dia datang" ujar Delina melihat pasukan Sashi mendekat
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Hanin ke ruanganku sekarang" Tristan memanggil Hanin lewat telepon
"Iya tuan " ucap Hanin yang baru saja masuk
"Kemari" Hanin tidak seperti kemarin kemarin yang selalu menolak ketika di suruh berdekatan
sekarang dia lebih bisa menerima Tristan
"Ya kenapa? " tanya Hanin yang berada di samping Tristan
"Hah aku lelah dengan semua pekerjaan ini" Tristan tiba tiba memeluk Hanin dan menyembunyikan wajahnya di dada Hanin
"Kau ingin aku buatkan teh lemon? " tanya Hanin seraya mengelus kepala Tristan
"Boleh juga tapi aku butuh vitamin" ucap Tristan membuat Hanin mengerutkan keningnya
Tristan menarik tengkuk Hanin dan menciumnya Hanin membalas ciuman Tristan cukup lama hingga mereka saling melepas untuk meraup oksigen
"Aku sudah lebih bertenaga" ucap Tristan seraya mengusap sisa saliva di bibir Hanin
"Aku buatkan dulu tehnya" lalu Hanin pergi untuk membuatkan teh lemon
Tristan kembali mengerjakan sesuatu di laptopnya pintu kembali di buka saat Hanin belum lama pergi terdengar suara sepatu Highils
"Sebentar sekali apa kau masih merindukanku? " tanya Tristan tanpa melihat siapa yang datang
"Apa maksudmu sayang? " ucap Yasmine mengusap bahu dan dada Tristan
"Kau.. "
"Kenapa terkejut? bukankah aku sering datang kesini, aku merindukanmu sudah hampir satu bulan kita tidak bertemu" Yasmine duduk di pangkuan Tristan dan tanpa basa basi mencium bibir Tristan
Tristan terbawa suasana memeluk tubuh Yasmine memagut bibir Yasmine tiba tiba pintu ruangan di buka membuatnya langsung melepaskan pelukan dan ciumannya Hanin berusaha menahan tangisnya membawa teh dengan tangan bergetar
"Silahkan tuan, saya permisi" ucap Hanin
"Apa kau Hanin? kau masih mengenalku? " ucap Yasmine
"Ya Hai Yasmine apa kabar? aku masih ada pekerjaan, lanjutkan saja " ucap Yasmine lalu keluar dari ruangan Tristan
Hanin berlari ke toilet menangis sambil duduk di closet dia memukul mukul dadanya yang terasa sesak menahan tangis agar tidak bersuara
"Aku sudah salah percaya padamu, tidak seharusnya aku mencintaimu begitu cepat" ucap Hanin dalam isak tangisnya
"Kau pulanglah dulu nanti aku akan menemuimu"
"Baiklah sampai nanti" Yasmine mencium bibir Tristan sekilas
Setelah kepergian Yasmine Tristan mencari Hanin
sampai ke toilet untuk wanita baru saja tiba di pintu toilet Hanin sudah lebih dulu keluar Hanin terlihat baik baik saja
"Hanin" Tristan hendak menyentuh Hanin namun Hanin mengangkat ke lima jarinya untuk menghentikan Tristan
"Aku masih punya pekerjaan, permisi" Hanin berlalu meninggalkan Tristan
Tristan mengikuti Hanin hingga ke ruang kerjanya belum Hanin masuk ke ruangannya karena Tristan lebih dulu menyeretnya ke ruang kerja Tristan
"Apa yang kau lakukan tuan, lepaskan aku" Hanin menepis tangan Tristan
"Kau? " geram Tristan
"Sebenarnya kau ini kenapa? " ketus Hanin hendak membuka pintu namun Tristan memepetkannya ke dinding
"Apa kau tidak ingin mendengar penjelasanku? " tanya Tristan
"Penjelasan apa Tristan? aku cukup tau diri Tristan, aku harus tau batasanku, siapa aku, dan apa hubungan kita, lalu apa yang harus aku dengarkan lagi? aku cukup berterimakasih pada keluargamu memperlakukan adikku dengan baik dan menjamin kehidupannya" ucap Hanin
"Aku akan anggap diriku j*l*ng yang suka rela akan melayanimu jika kau menginginkannya" lanjutnya lalu mendorong tubuh Tristan dan pergi
"Sial" entah kenapa melihat Hanin tidak cemburu sedikitpun membuatnya kesal
Hanin menjatuhkan dirinya kasar di kursi kerjanya dengan kasar menyandarkan tubuhnya memejamkan mata mengingat kejadian tadi
"Sudahlah Hanin jangan berharap lebih" gumamnya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
N Wage
yaaaahh...ginilah kalau ego yg bermain.
2022-07-01
0
N Wage
uang jajan anakku 1 bln.
2022-07-01
0