Pagi itu Hanin benar benar pergi ke kantor janu
dia di persilahkan langsung ke ruangannya karena atas perintah janu sendiri
"Selamat pagi tuan"
"Selamat pagi nona Hanin, silahkan duduk"
"Terima kasih"
Janu membuka lamaran yang di bawa oleh Hanin
"Umurmu masih 20 tahun? " tanya janu
"Ya tuan sesuai yang ada di CV" jawab Hanin
"Tapi disini sudah penuh bagaimana jika aku tempatkan di perusahaan anakku? " tanya janu
"Saya bagaimana baiknya saja tuan, saya sangat membutuhkan uang saat ini" ucap gadis itu jujur
"Tanda tangan dulu disini" Janu mengulurkan berkas yang harus dia tanda tangani
Hanin membacanya dengan seksama, gaji yang besar dan jabatan sekretaris anaknya, ini sesuatu yang menguntungkan baginya mengingat kuliah saja tidak tamat bagaimana bisa dia melewatkan kesempatan emas ini
"Sudah tuan" Hanin kembali mengulurkan berkasnya
"Ikut aku"
Janu dan Hanin pergi ke kantor lain yang di sebut sebagai kantor anaknya, Hanin hanya mengekor di belakang Janu sesampainya di pintu ruangan dirut entah mengapa hati Hanin jadi sangat berdebar
dia meremas kedua tangannya sendiri
"Ayah membawa sekretaris baru untukmu" ucap Janu yang baru saja masuk
Seseorang terlihat membelakangi di kursi kebesarannya, Hanin memperkenalkan diri membuat pria itu memutar kursinya sesaat kemudian mata mereka bertemu. Hanin mundur beberapa langkah dan langsung terlihat panik
sementara Tristan menatap tidak suka pada ayahnya
"Kenapa nak? " tanya Janu pada Hanin
"Kk ka kau.. " gumam Hanin
"Ayah kenapa membawa gadis yang tidak berkompeten kesini? " Tristan langsung saja meremehkan Hanin
"Ini tugas pertamamu" perkataan itu sontak membuat Tristan membulat
"Satu lagi jangan berani macam macam padanya atau kau tau sendiri akibatnya" bisik Janu menepuk bahu Tristan
Hanin mematung kenapa janu malah menitipkan domba pada serigala, wajah Hanin sangat ketakutan janu paham akan hal itu. janu mendekat memegang kedua bahu Hanin membuat mata Hanin yang berkaca kaca menatapnya
"Percaya padaku, beri pelajaran padanya jika dia macam macam lapor padaku" perkataan Janu seolah menyuruh Hanin balas dendam pada Tristan
Hanin mengangguk tanda mengerti janu menegakkan tubuh Hanin dan menepuk pucuk kepalanya
"Jadi wanita kuat jangan mau kalah darinya aku di pihakmu" ucap janu lalu pergi
Tristan perlahan mendekati Hanin seperti binatang buas yang siap menerkam mangsanya, Hanin juga perlahan mundur hingga punggungnya bersandar pada dinding, Tristan mengungkung tubuh Hanin membuat Hanin menunduk memejamkan matanya ketakutan tangannya gemetar kakinya terasa lemas saat Tristan menyentuh dagu Hanin dan mendongakkan kepalanya
"Apa kau kecanduan dengan permainan kita, sayang" ucap Tristan membisikkan kata sayang ke telinga Hanin
Darah Hanin berdesir perasaan macam apa ini pikirnya, Tristan senyum menyeringai mendekatkan wajahnya membuat Hanin semakin panik. sesaat kemudian
"Arrrggghhh wanita sialan" teriak Tristan setelah Hanin menendang bagian sensitif nya lalu kabur
Bugghh
Hanin terjengkang saat dia menabrak tubuh seseorang waktu keluar dari ruangan Tristan
pria itu mengulurkan tangannya membantu Hanin berdiri
"Kamu baik baik saja? " tanyanya
"Aku baik, maaf tuan saya tidak berhati hati" Hanin membungkukkan tubuhnya
"Kau karyawan baru disini? " tanyanya
"Ya aku sekretaris baru"
"Ohh selamat bergabung, aku Bayu asisten Tristan "
"Hanindya panggil Hanin saja"
"Kita akan sering bertemu, mmhh itu meja kerjamu dan sebelah ruangan dirut itu ruanganku"
"Semoga betah kerja disini, aku permisi"
Hanin meletakkan tasnya di meja lalu menyandarkan tubuhnya menghirup udara beberapa kali menenangkan dirinya
Kring kring
"Haniiinnn kemari" teriak Tristan dari sebrang telepon padahal suara teriaknya sampai ke luar tanpa harus lewat telepon
"Saya tuan" ucap Hanin setelah mengetuk pintu
"Kemari" Hanin masih diam tanpa kata mematung di tempatnya
"Hanindya kemari" teriaknya
Perlahan Hanin mendekat hingga berada di samping Tristan, Tristan menjulurkan kakinya ke arah Hanin membuat gadis itu mengernyitkan keningnya
"Ikat tali sepatuku" mata Hanin seketika membulat dengan mulut menganga
'Kenapa dia memanggilku hanya untuk ikat sepatu' Hanin mematung dengan lamunannya
'Sial kenapa ekspresinya sangat seksi' batin Tristan
"Cepat Hanin aku tidak punya banyak waktu" bentaknya membuat Hanin terlonjak
Hanin berjongkok di hadapan Tristan dengan posisi itu Tristan susah payah menelan salivanya, selesai mengikat sepatu Hanin mendongak menatap Tristan yang tak lepas menatapnya , Hanin mengikuti arah pandangan Tristan dan langsung menutup dada dengan kedua tangannya
"Dada kecil saja pake di tutupin segala" ucap Tristan sinis
"Kalau kecil kenapa lihatnya sampai seperti itu? belum pernah lihat yang kecil? " tanya Hanin penuh sindiran
"Aku pernah melihatnya kemarin" Tristan dengan senyum menyeringai
"Kurang ajar" Hanin menginjak kaki Tristan yang tadi masih terjulur lalu kabur
"Hei dasar sial" teriak Tristan
Waktu pulang kerja Hanin juga di kerjai oleh Tristan dia menyuruh Hanin fotocopy ke depan kantor dengan alasan alat fotocopy di kantor rusak dan hanya di beri waktu lima menit, Hanin sampai berlarian membuka Highilsnya
dengan terengah dia menyerahkannya ke ruangan Tristan tapi Tristan tidak ada di sana
Klek klek
pintu dan jendela tiba tiba tertutup membuat Hanin panik
dia menggedor gedor pintu tapi tidak ada seorangpun yang menolongnya
"Bye bye Hanin " teriak Tristan dari luar
"Tuan buka tuan saya takut" seiring berjalannya waktu ruangan itu menjadi gelap karena Tristan sengaja mematikan lampunya
Tristan pulang ke apartemen pacarnya yang bernama yasmine seperti biasa dia akan meminta jatah pada pacarnya tersebut, Tristan sampai disana saat pukul 18:45 ketika sedang asyik bergumul dengan panas suara handphone membuat mereka terhenti sejenak
Ternyata itu adalah handphone Hanin yang tadi ia bawa Tristan segera menyambar bajunya dan memakainya kembali
"Sayang mau kemana? kita belum melakukannya" rengek Yasmine
"Aku di telepon ayah" jawabnya sambil memakai bajunya kembali
Handphone Hanin terus berbunyi sebuah panggilan dari adiknya dia baru ingat mengunci Hanin di kantornya dia biarkan gelap, Tristan melajukan mobilnya dengan kencang sesampainya di kantor Hanin berjongkok di pojok menyembunyikan kepalanya di lutut dan memeluk lututnya sendiri
Terdengar suara isakan Hanin yang bisa di pastikan dia menangis tersedu sedu, Tristan mencoba mendekati Hanin dan menyentuh bahunya
"Tidak lepaskan aku.. aku mohon aku takut" jerit Hanin saat Tristan menyentuhnya
'Ya Tuhan aku tidak tau bahwa dia sepenakut ini' Tristan membatin
"Hanin" ucap Tristan sambil mengguncang tubuhnya
Namun sesaat kemudian tubuh Hanin terhuyung jatuh di lantai, Tristan yang panik segera menggendong Hanin ke mobilnya sepanjang jalan dia terus berpikir keras untuk membawa Hanin kemana, ke mansion ayahnya pasti akan mengamuk dia membuat masalah pada Hanin ke apartemen dia takut khilaf dan berbuat di luar kendalinya dan mengakibatkan dirinya kehilangan hak waris
"Pilihannya cuma itu" akhirnya Tristan membawa Hanin ke apartemennya
Sesampainya disana Hanin di rebahkan di ranjang lalu Tristan meninggalkannya untuk mandi selesai mandi Tristan ikut membaringkan tubuhnya di samping Hanin, Tristan menatap serius wajah Hanin wajah bulat dengan bulu mata lentik hidung mancung bibir kecil yang terlihat pink alami
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
N Wage
orang pingsan bukannya dibikin siuman malah dikerjain...dasar manusia lucxnuttd😡
2022-07-01
0