Ayumi terdiam sendirian, dia ingin mendaftar kuliah lewat online juga dia tidak tahu akan mendapatkan biaya darimana?
Jika dia meminta Ziko membiayai kuliahnya, pasti Ziko tidak akan mau.
Ayumi kembali menggeser layar ponselnya, kemudian Ayumi menekan kontak nama sang mama. "Aku hanya bisa menelpon mama," Ayumi menyakinkan dirinya sendiri dalam hatinya.
Akhirnya Ayumi menelpon mamanya, Erina yang sedang bersantai sambil menonton televisi, dia hanya fokus pada televisi dan tidak menghiraukan ponselnya yang berdering ada telpon.
"Mama, itu ada telpon sih...." celetuk Sisil, dia sedang sibuk bermain ponsel.
"Aish siapa yang menelpon jam segini? Mengganggu orang sedang santai saja," oceh Erina seraya mengambil ponselnya yang ada di atas meja.
Erina melihat ke arah jam dinding dan ternyata jarum jam masih menunjukkan pukul 9 pagi.
"Untuk apa anak ini menelpon aku? Bukannya kerja saya yang benar," gumam Erina dengan suara pelan.
"Siapa ma?" tanya Sisil dengan kepo.
"Ayumi, untuk apa di menelpon?" sahut Erina dengan malas, akhirnya Erina mengangkat telepon dari Ayumi.
Ayumi yang dari merasa kesal, karena sang mama tidak kunjung mengangkat telpon dari dirinya, kini Ayumi merasa senang karena akhirnya sang mama mengangkat teleponnya.
"Mamaaa...." panggil Ayumi dengan nada lembut, bahkan raut wajah Ayumi juga sangat bahagia karena sang mama mengangkat telepon dari dirinya.
"Ada apa? Kamu mau membuat telingaku pecah? Suaramu begitu cempreng," bukannya menjawab dengan benar sapaan Ayumi, Erina malah mengoceh dengan galak.
Padahal suara Ayumi tidak secempreng apa yang dikatakan oleh Erina, hanya saja Erina itu memang demen sekali mencari-cari kesalahan Ayumi, dan itu kadang membuat Ayumi merasa sangat sedih bahkan menangis dalam hatinya.
"Padahal aku memanggil mama dengan nada lembut," gumam Ayumi dalam hatinya.
Seketika mata Ayumi berkaca-kaca, apa mamanya tidak merindukan dirinya? Padahal Ayumi sudah beberapa hari tinggal dirumahnya Ziko, tapi Erina sama sekali tidak pernah menelpon Ayumi ataupun sekedar bertanya tentang kabar Ayumi.
"Katakan ada apa?" tanya Erina dengan nada membentak.
"Ma, Tuan Ziko kan selalu mentransfer bayaranku pada mama, mama aku ingin melanjutkan kuliahku, mama biayai kuliahku ya!" pinta Ayumi dengan nada lembut.
Erina malah tertawa, seolah-olah keinginan Ayumi ini tidak ada gunanya sama sekali, lagian untuk apa kuliah? Ayumi tidak kuliah saja sudah menghasilkan banyak uang, jika Ayumi kuliah pasti itu akan menghabiskan banyak uang, itu yang di pikiran oleh Erina dalam otaknya, yang hanya ada duit dan duit tanpa memikirkan kebahagiaan Ayumi sama sekali.
"Sudahlah tidak usah banyak bermimpi, ingin kuliah buat apa? Lebih baik kamu turuti apa kata Tuan Ziko! Biar transferan uangnya lancar!Mama sudah pusing membiayai kuliahnya Sisil, jadi kamu tidak usah menambah beban untukku!" Jawab Erina dengan nada membentak Erina, membuat Ayumi semakin sedih.
"Ma, tapikan Ayumi sudah bekerja, Ayumi hanya ingin bisa mengejar cita-cita Yumi. Kak Sisil saja kuliah ma, padahal dia tidak bekerja, aku lihat Kak Sisil juga cuma duduk dan shopping saja hampir setiap hari," kata Ayumi berusaha memberikan pengertian pada mamanya.
"Aduh sudahlah! Kalian berdua itu berbeda, kamu juga tidak usah banyak mau!" lagi-lagi Erina malah membentak Ayumi.
Ayumi terdiam, dia berusaha menahan air matanya tapi akhirnya air mata kesedihannya itu jatuh begitu saja.
Sedangkan Sisil malah senyam-senyum mendengar sang mama membentak-bentak Ayumi. "Ayumi, kamu itu hanya sapi perah bagi mama," batin Sisil dalam hatinya, bahkan Sisil tertawa dalam hatinya dengan begitu bahagia.
"Apa bedanya aku sama Kak Sisil, ma?" tanya Ayumi dengan nada lembut.
"Ayumi, sudahlah kamu jangan banyak tanya! Mama pusing, mama mau pergi shopping sama Sisil," jawab Erina dengan begitu malas.
"Sisil, ayo kita jalan-jalan sayang! Kita shopping hari ini," ajak Erina sambil mematikan saluran teleponnya begitu saja.
Tanpa Ayumi sadari ternyata air matanya sudah mengalir deras membasahi pipinya.
"Siapa yang membuatmu menangis...?" suara yang tidak asing itu terdengar nyaring di kedua telinga Ayumi.
Ayumi menoleh ke sumber suara, lalu buru-buru Ayumi menghapus air matanya.
Bersambung
Terimakasih para pembaca setia
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Veronica Maria
itu mak kandung apa mak tiri ? mak kandung kok kelakuannya bejat. enak aja dapet duit tiap bulan trs ayumi menderita. dasar mak gak ada otaknya
2022-10-10
0
Wirda Wati
ortu edan tu
2022-03-02
2
Eka ELissa
mama lucnut ma sisil kakak bnalu nya...itu yg bikin ayumi mnangis
2022-02-05
1