Senyum terus terkembang di bibir manis kehitaman seorang pria dari balik kaca helm yang menutupi kepalanya. Pria itu sedang melajukan kuda besinya menuju tempat dimana dia harus kembali berurusan dengan orang orang yang sama tiap harinya.
Usahanya bangun di pagi buta dan menemui sang pujaan hati tidak sia sia. Selain mendapat kata maaf dan hubungannya membaik dengan sang kekasih, dia juga dapat bonus bibir manis kekasihnya.
Seandainya waktunya mendukung, Jaka sebenarnya ingin sarapan si tembem milik Melati. Namun apa daya, dia harus bekerja dan Melati harus buka toko.
Tak butuh waktu lama, sampai lah pria itu di tempat yang di tuju. Dari rumah ke rumah dia mengetuk pintu dan seperti yang dia perkirakan, banyak yang tidak membayar dari pada yang membayar.
Jaka hanya bisa mengelus dada. Hingga saatnya tibalah dia ke rumah janda beranak satu.
"Permisi, Rim.." Panggil Jaka dari luar rumah.
Mendengar ada suara dari luar, keluarlah seorang anak laki laki berumur sekitar tiga tahun berjalan pelan ke arah pria itu.
"Om jak, Om jak." Ucap anak itu dengan mulut cadelnya khas anak kecil. Pria itu pun tersenyum menyambut kedatangan bocah tersebut.
"Ibu mana Lif?" tanya Jaka begitu bocah itu dia rengkuh dalam gendongannya.
Sebelum bocah itu menjawab, muncullah sesosok perempuan dengan pakaian atasan terlihat longar namun bawahannya celana ketat dengan panjang sekitar satu jengkal di atas lutut hingga sesuatu yang putih mulus terlihat disana. Tapi sayang gundukannya terlihat kecil tidak seperti punya Melati.
Pria itu sudah sering menghadapi hal semacam ini. Sejatinya Jaka adalah pria normal dan yang pasti melihat pemandangan seperti itu juga jantungnya berdesir.
"Masuk dulu bang." Tawar perempuan yang berstatus janda itu.
"Di sini saja lah Rim, masih banyak yang belum ditarik." Jawab Jaka sembari duduk di pinggiran teras. Kemudian dia melepaskan bocah kecil itu ke ibunya.
Rima pun langsung cemberut mendapat penolakan langsung dari sang pria tampan idaman itu.
"Sekali kali masuk kedalam napa mas, main yang lama bareng Alif. dia seneng loh deket deket sama kamu." Ucap janda bernama Rima itu.
"Alif mah deket sama siapa saja bisa." Ucap Jaka sekilas memadang perempuan di sebelahnya.
"Tapi Alif sepertinya lebih cocok sama kamu deh bang, kamu pantas jadi bapaknya." Ucap Rima namun sepertinya Jaka tak menghiraukannya.
"Kamu mau setor nggak hari ini?" Tanya Jaka langsung keintinya.
Perempuan itu hanya menyunggingkan senyum dan Jaka tahu pasti dia juga tidak mengangsur hari ini.
"Jauh jauh kesini malah kosong, harusnya tadi nggak mampir. Buang buang bensin doang." Ucap Jaka kesal.
"Maaf bang, kemarin duitnya dipakai. kan kemarin ke pasar sama abang?"
"Gila yah, dua bulan kita deket dan kamu baru setor tiga kali doang?" Ucap Jaka benar benar heran.
"Orang nggak ada duit gimana dong bang? apa abang mau dibayar pake cara lain?" Tawar Rima dengan mengulas senyum penuh arti.
"Cara lain?" Tanya Jaka mengernyitkan dahinya.
"Kita nidurin Alif bareng bang. Gimana?" Tawar Rima dengan wajah penuh harap.
"Nggak lah, bukan kewajibanku itu mah. Aku hanya perlu tanggung jawab kamu saja Rim."
"Ya makanya ayok kita nidurin alif bang jaka. nanti aku bayar pake cara lain, pasti abang suka deh." Ucap Rima meyakinkan.
"Mending kamu bayarnya ke bos ku langsung ya, biar bisa dihitung kalo kamu nyicil. Jadi aku laporannya enak, kalau mau, nanti aku bawa bosku kesini gimana?"
Tenntu saja raut wajah Rima langsung berubah antara kecewa dan marah mendengar penawaran dari pria tampan di sebelahnya.
"Emang aku wanita apaan bang, biar aku janda aku nggak serendah itu."
"Terus tujuan kamu apa ngajakin aku buat nidurin Alif? Aku usulkan pria lain kenapa kamu malah tersinggung? Aneh kamu Rim?"
Rima terdiam. Ternyata menaklukan seorang Jaka benar benar sangat susah.
"Dulu waktu pertama kita deket, kamu nggak seperti ini loh bang, selalu bersikap hangat."
"Dulu karena aku menghargai kamu sebagai janda yang baik Rim, Tapi lama kelamaan aku jengah dengan sikap kamu."
"Apa kamu ada wanita lain bang? sehingga kehangatanmu memudar drastis seperti ini?" Tanya Rima curiga.
"Entah ada wanita lain atau engga, bukankah hubungan kita juga sebatas teman kan Rim? Sudah lah Rim, mending aku cabut." Dan Jaka pun pergi meninggalkan Rima yang menyimpan kecewa.
Bagi Jaka, hal seperti ini sudah sangat biasa dia alami. Sejak gabung bekerja tiga tahun yang lalu. Wanita yang ingin berbagi keringat dengannya meningkat sangat pesat.
Di sisi lain Jaka bersyukur dikasih wajah yang terlalu tampan. Namun wajah tampannya seakan akan memberi kesan kalau Jaka adalah pria yang mudah di ajak main di kamar.
Lagi lagi Jaka kembali memacu kuda besinya ke tempat lain dan hasilnya masih sama.
Hingga senja menjelang, Jaka kembali dengan wajah yang sangat lelah. Saat sampai di halaman rumah, Jaka tertegun. Di rumahnya terlihat ramai dan saat dia menoleh, ada dua motor di sana. Satu motor bang Jati tapi yang satu entah motornya siapa.
Jaka segera masuk dan benar saja ternyata ada tamu dirumahnya.
"Loh ada Juna? Kapan datang?" Tanya Jaka begitu raganya masuk rumah.
Ternyata yang datang adalah saudaranya yang akrab di panggil Juna.
"Baru pulang jak? Datang tadi sore aku." Mereka pun bersalaman trus duduk bersama.
"Ada angin apa nih sampe kamu nyasar kemari? Apa ada kabar baik?" Tanya Jaka dan Juna nampak tersenyum.
"Dia mau buka usaha disini Jak." Jati yang menjawab.
"Wuih keren? usaha yang sama? bukankah di daerahmu udah gede Jun?"
"Iya sih Jak. Tapi nggak salah dong aku melebarkan sayap sampai sini." Jawab Juna.
"Ya baguslah. Kirain kamu kesini mau ngabarin pernikahanmu Jun." Ucap Jaka.
Juna hanya tergelak. Dan semua yang ada juga ikutan tertawa.
Pesona Juna juga tak kalah rupawan dengan Jaka. Banyak juga wanita yang mengejarnya di daerah asalnya. Malahan Jaka sering mendengar dari bibir orang tua Juna alias pakde Jaka, kalau disana banyak wanita yang meminta ijin meminang Juna untuk menjadi suaminya.
Terbalik memang, namun bagaimana lagi. pesona Arjuna juga sangat meresahkan.
"Rencananya Juna memang pengin sekalian nyari calon istri yang pas Jak." Ucap Jati lagi.
"Hahaah beneran Jun? disana kan banyak yang ngejar ngejar kamu? ngapain malah nyari disini?"
"Dikejar kan udah biasa Jak, sebagai laki laki bukankah lebih menantang kalau mengejar Jak, iya enggak?" Dan Jaka hanya manggut manggut setuju dengan apa yang Juna ucapkan
"Maka itu Jak, aku akan ngenalin dia sama temannya Yanti. Dia bisa luluhin hatinya enggak. Soalnya temen Yanti tuh susah jatuh cinta Jak." Ucap Jati dan tentu saja membuat Jaka bertanya tanya.
"Temen mba Yanti? siapa bang?"
"Siapa lagi kalau bukan Melati.."
Waduh
@@@@@
Rencananya sih juna akan ada kisahnya tersendiri, baru rencana, lagi mikir konflik yang pas apa gitu, apa ada yang mau ngasih masukan??
Arjuna
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
HNF G
waduuuh...... berat...... berat...... jgn smp melati belok ya🤭🤭🤭🤭🤭
2023-09-30
2
Khodijah Cyti
nah lhoooo si jaka ada saingan baru, saudara pula
2023-08-30
0
Khodijah Cyti
hahaha cerdas kamu jak, auto mingkem kaan
2023-08-30
0