"Bukankah ini?"
Wanita itu seketika menutup wajahnya dan Jaka malah tersenyum jahil. Tangannya memegang benda yang bentuknya mirip senjatanya. Pikiran kotor Jaka pun kembali berkelana. Dia membayangkan saat wanita ini bermain sendiri dengan benda yang sedang dia genggam, dia tertawa lirih takut wanita yang sedang malu tersinggung dan mengusirnya.
Sementara di luar hujan benar benar masih deras dengan kilatan petir yang sambung menyambung dan di dalam rumah keadaan gelap. Hanya ada dua manusia berbeda jenis terdiam dengan pikiran masing masing.
"Tolong taruh si mas, jangan dipegangin mulu." Ucap sang perempuan dibalik tangannya.
"Ini yang bisa bergetar ya mba? coba dong mba dihidupin?" Ledek Jaka sambil senyum senyum.
"Taruh mas ih, malah buat mainan." Ucap perempuan itu sebal.
"Ya ampun ngintip. Lagian ngapain pakai ginian sih mba?" tanya Jaka. Segera dia menaruh benda itu ke dalam kotak.
"Nggak perlu dijawab juga sudah tahu jawabannya." balas perempuan itu nadanya sedikit ketus.
"Maaf loh, bukannya meledek." ucap Jaka dan dia sadar ada benda yang tiba tiba mengeras akibat pikiran nakalnya.
Perempuan itu membuka tanganya dan meraih kotak tersebut serta mengaduk aduk isinya. Ternyata disana juga tak ada benda yang dia cari.
"Duh bakal gelap gelapan nih. bisa gawat kalau sampai malam." keluhnya.
"Lilinnya nggak ada?" tanya Jaka tapi matanya terus memandang benda itu dengan pikiran yang masih bercabang ke arah yang tidak seharusnya.
"Nggak ada mas. kalau ada aku nggak akan ngedumel."
"Tapi kamu tambah cantik mba kalo lagi cemberut gitu." Goda Jaka lagi dan sang janda hanya mendengus.
"Ya coba kamu hubungi sodara atau siapa, kamu ngga tinggal disini sendirian kan mba?" Tanya Jaka lagi
Perempuan itu mendongak menatap Jaka yang juga menatapnya.
"Aku tinggal sendirian mas."
"Waduhh.." Jaka terpana. Kembali pikiran nakalnya muncul. Dia hanya berani berpikir dan tak mau mengutarakan.
"Kenapa bisa hidup sendiri?" Tanya Jaka penasaran.
"Sejak cerai, dan lagi pengin hidup sendiri aja mas.." Jawab wanita itu. Wajahnya berubah sendu namun tetap manis. Hati Jaka benar benar kalang kabut dibuatnya.
"Emang baru cerai atau gimana mba?" Jaka pun makin dibuat penasaran. Ada janda cantik hidup sendiri. Benar benar anugerah terindah. Pikir Jaka.
"Sudah dua tahun yang lalu mas tapi aku tinggal di rumah ini baru sekitar delapan bulan. Lumayan hasil keringat sendiri."
"Wah baguslah, berarti mba mandiri. Tapi kenapa malah milihnya disini sih mba? jauh dari tetangga?"
"Ya suka aja mas. pemandanganya indah dan nyaman, nggak brisik, yang pasti tanahnya murah."
Jaka hanya manggut manggut. Dan untuk sejenak mereka terdiam. Jaka memandang ke arah samping dimana motornya terparkir dan perempuan itu memandang ke teras rumahnya.
"Mbanya berarti cerai karena suami mba selingkuh?" tanya Jaka yang kini menoleh menatap perempuan itu.
"Iya, itu juga alasanku tinggal disini.."
"Loh? kok bisa?"
"Dia selingkuh sama anaknya bibiku." Mata Jaka membola mendengar cerita si janda.
"Mungkin salah aku sih, aku terlalu mementingkan pekerjaan. Tapi kan mimpi aku pengin punya rumah sendiri dulu. Tapi ya mau gimana lagi, takdir berkata lain."
"Dan mantan suami mba tinggal di.."
"Dirumah bibiku sedangkan rumah kita berhadapan, daripada aku makan ati mending aku yang ngalah tinggal disini."
Jaka tersenyum dan nampaknya sang janda terpesona dengan senyuman pemuda itu. begitu manis.
"Yang sabar ya mba, kita pernah ada diposisi yang sama. Cuma bedanya aku belum nikah doang heheh.." Perempuan itu pun tersenyum manis. dan sejenak dia bangkit.
Kemana mba?"
"nyoba cari lilin di dapur, kali aja ada." Perempuan itu beranjak menuju dapur dan Jaka diam diam memerhatikan perempuan itu.
Lagi lagi pikiran nakalnya berkelana. Apalagi postur tubuh perempuan itu sungguh membuat sesuatu miliknya terus menegang dan mengeras. Jaka melirik kotak yang masih dibuka. Dia kembali mengambil benda yang mirip dengan isi clananya.
"Kenapa harus pakai ini sih mba? kalau pengin, ngomong dong sama saya?" gumam Jaka dalam hati dan dia tertawa sendirian sembari secepatnya menaruh benda itu.
"Ada nih lilin dua, lumayan.." Ucap perempuan itu tiba tiba dan dia segera kembali ke kursi yang tadi dia duduki.
"Syukurlah mba kalau ada. Mau langsung dinyalain?"
"Nggak lah buat nanti aja. Ini masih belum gelap banget." Jaka hanya mengangguk sesaat dan kembali mereka terdiam dan sepertinya mereka kehabisan bahan obrolan.
"Mba boleh tanya nggak?" Tanya Jaka beberapa menit kemudian.
"Boleh, tanya aja."
"Mba nggak nyari pendamping lagi? biar mba nggak kesepian gitu.." Perempuan itu tersenyum.
"Belum pengin mas, tapi kalau sekedar temen deket sih oke lah, untuk kerumah tangga, masih sedikit trauma. Kamu sendiri setampan itu kenapa nggak nikah? Apa lagi deket sama janda. aku rasa usia kamu cukup matang."
"Belum pengin."
"Kan deket sama dua janda? pilih aja salah satunya."
"Jandanya belum cocok mba hehhe."
"Emang yang cocok yang kaya apa? jangan pilih pilih.."
"Ya nggak pilih pilih sih mba, namanya juga belum cocok."
"kalau sama aku cocok nggak kira kira?" Tanya perempuan itu dan Jaka terperangah sejenak kemudian tertawanya pecah.
"Nggak cocok yah? pasti karena aku janda juga" Ucap perempuan itu seolah olah merajuk.
"Nggak gitu mba. Sekarang mah janda atau perawan sama saja. mba. Bahkan banyak kok ngakunya perawan tapi malah kaya udah janda."Oceh Jaka dan perempuan itu sedikit tercenung mengartikan ucapan pemuda di depannya.
"Hahah, bisa aja kamu. tapi ya fenomenanya jaman sekarang kebanyakan kaya gitu yah?"
"Nah itu mba tahu."
"Tapi sepertinya kamu pengalaman yah, bisa tahu perawan rasa janda. apa kamu sudah pernah?"
"Belum mba." Jawab Jaka namun senyumnya mengatakan lain.
"Hhhaa masa sih? nggak yakin deh aku? apa lagi kamu deket sama dua janda" Tanya sang perempuan entah itu bercanda atau sekedar kode. Yang pasti dada Jaka saat ini berdetak tak karuan. Pikirannya pun sudah kemana mana dan yang pasti pikiran nakal.
Sejenak suasana kembali hening. Tapi yang aneh kini perempuan itu terus menatap pemuda tampan di depannya. Entah apa yang dia pikirkan. yang jelas tatapannya menggetarkan pemuda yang sedang salah tingkah karena tatapan itu.
"Mba, mba beneran belum punya cowok?" tanya Jaka lagi mengurai salah tingkah di hatinya.
"Beneran. Sejak bercerai belum ada laki laki yang cocok mas."
"Masa sih?" tanya Jaka tak perceya dan dengan yakin perempuan itu mengangguk.
"Yah sayang sekali.."
"Kenapa?" tanya perempuan itu heran.
"Ya kan kalau punya pacar, mba nggak perlu main sama itu." jawab Jaka enteng sambil menunjukkan benda dalam kotak.
"Yah gimana lagi mas, belum ada yang cocok . Nggak mungkin juga kan nyari laki laki kalau lagi pengin. Terkesan murahan banget."
"Iya sih mba, Jadi janda rentan berita miring ya mba. Emang tipe mba yang kaya apa si?"
"Ya yang sreg dihati lah mas, kaya..." jawab perempuan itu dan dia sengaja menggantung jawabannya.
"Kaya siapa?" tanya Jaka penasaran.
"Kaya kamu hehe."
"Haaha bisa aja mba.."
"Ya bisa dong, kamu mau?"
"Mau apa mba?"
Perempuan itu tidak langsung menjawabnya dia malah mengambil benda dalam kotak tadi dan dia tersenyum ke arah Jaka.
"Mau main ini?"
Waduh
@@@@@@
...Wahh ada yang ngasih kode ini. Mana hujan lagi. Kalau jandanya cantik begini. gw juga siap bersaing sama Jaka...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Sumi afiz
jandanya secantik mba sih gak nolak diajak kawin .. apa nikah ...nih mas🤔🤔🤣🤣
2024-11-15
0
Retno Anggiri Milagros Excellent
🤭😂😂😂😍
2023-12-12
0
HNF G
Oalahh.... kirain k*nd*m, ternyata ulekan🤭🤭🤭
2023-09-30
2