Resah Gelisah..

Rasa bersalah langsung menyeruak pada diri Jaka. Tatapan matanya yang tadi acuh kini berganti tatapan dengan penuh penyesalan. Matanya terus menatap Melati yang sedang mengambil barang belanjaan milik wanita di sebelahnya.

"Bang Jaka nggak berangkat narik lagi?" tanya Rima.

"Eh, iya nih, mau lanjut. Aku pergi dulu yah." Jawab Jaka agak gugup. Namun sesekali matanya terus memperhatikan gerak gerik perempuan dalam kios tersebut.

Jaka kembali menaiki motornya. Dengan berat hati dia meninggalkan kios. Bukan berat meninggalkan Rima, namun lebih berat dan merasa bersalah pada Melati. Akibat cemburu pada orang yang salah, Jaka mengabaikan Melati dari kemarin terus tadi bersikap kekanakan dengan menunjukkan kemesraan bersama Rima hanya agar Melati merasa cemburu juga.

Setelah melayani Rima, Melati mengambil ponselnya. Dia menghempaskan tubuhnya pada kursi kayu tempat biasa dia menghitung uang belanjaan.

Sebelum menikah dia memilih kerja di luar negeri. Bahkan setelah menikahpun dia rela jadi TKW demi bisa mendapat rumah sendiri dan tempat usaha. Namun saat semuanya terwujud, suami malah selingkuh. Oleh sebab itu dia tidak mau membuka hati buat lelaki manapun sebelum dia melihat Jaka. Bahkan saking terlalu nyaman menikmati kesendirian, dia bahkan masih memasang alat KB jangka panjang.

Mata Melati memicing saat di ponselnya ada chat masuk dari pria yang dari semalam mengabaikannya.

"Yang.." Cuma itu pesan yang Jaka kirim. Entah apa maksudnya Melati tak mengerti. Dan dia pun memilih mengabaikannya. Sepertinya Melati memang harus berpikir ulang tentang hubungannya dengan Jaka.

Jaka yang tiba tiba bersikap acuh membuatnya berpikir, cinta satu malam yang dia lakukan bersama Jaka, cukup menjadikan itu sebagai pelajaran berharga.

Dari awal kenal Jaka, Melati memang ingin terus berjuang untuk Jaka, namun setelah Jaka mengabaikan pesannya tanpa sebab, Melati akhirnya berpikir untuk mengalah.

Berbagi dengan dua hati saja sangat sulit untuk adil, apalagi berbagi tiga. Ditambah lagi info dari kakak iparnya Jaka kalau ponsel Jaka sudah seperti asrama putri, membuat Melati berpikir, bagaimana mungkin Jaka mau serius sama janda sementara itu banyak perawan yang menantinya.

Namun berbeda dengan yang dipikirkan Jaka. Pria itu justru semakin merasa bersalah.

Jaka bertekad ingin menuntaskan pekerjaan secepatnya hari ini dan segera menemui Melati kemudian meminta maaf serta menjelaskannya kenapa dia mengabaikannya.

"Kenapa Jak? kusut amat?" Tanya Anto salah satu rekan kerjanya. kini Jaka dan beberapa rekannya nampak sedang berkumpul di sebuah warung. Biasa kalau bertemu rekan di jalan pasti mereka akan istirahat bersama.

"Biasa lah masalah setoran, bikin pusing." Ucap Jaka sembari sesekali menyesap batang rokok yang digapit jari tangannya.

"Haha, samaan, aku juga bulan ini nggak target Jak, susah banget orang orang sekarang."Keluh temannya.

"Pengin keluar tapi bingung, kerja apaan." Keluh Jaka.

"Lah kamu sih enak, bisa nerusin usaha orang tuamu, nah aku. Bingung mau ngapain Jak." Ucap teman yang lain.

"Pusing aku, mending aku jalan dulu deh, biar cepet selesai terus pulang." Dan temannya hanya menjawab lewat isyarat kepala.

Jaka beranjak menuju motornya. Segera dia melajukan motornya ke tempat berikutnya.

"Mas, siapa sih barusan?" Tanya sang pemilik warung pada rekan Jaka yang masih asyik bermain ponsel dengan segelas kopi di hadapannya.

"Teman ku mba, kenapa?" Jawab teman Jaka sedikit heran.

"Cakep bener mas, udah punya istri belum yah?"

"Hahaah, yang antri banyak mba, mau?"

"Beneran mas? yang antri banyak?"

"Beneran."

"Duh pantes, kenalin dong mas, ganteng banget dia. Bikin resah."

"Astaga, besok besok ya mba."

###

Dan saat ini waktu sudah menjelang petang. Dengan lelah Jaka baru keluar dari kantornya. Niat hati ingin menemui Melati namun nyatanya waktunya tak mendukungnya. Sedangkan pesan yang Jaka kirim, tak saputupun Melati balas.

Jaka tahu, mungkin Melati kecewa atas sikapnya. Apalagi jika Melati tahu alasan Jaka mengabaikannya kemarin karena apa.

Sebelum beranjak menuju motornya, Jaka mendudukkan dirinya di tangga teras depan kantornya. Pikirannya terus tertuju pada wanita yang sudah dia kecewakan.

"Nggak pulang jak?" Tanya rekan kerjanya. Terlihat di sana beberapa rekan kerjanya juga baru keluar dari tempat mereka bekerja.

"Bentar lagi. gimana rame?" Tanya Jaka pada rekannya yang ikut duduk bersamanya.

"Yah sama kaya kamu, sepi."

"Hutang mah pada enak, giliran di tagih ntar besok ntar besok." Ucap yang lain.

"Kamu nggak nyita barang lagi jak?"

"Mau nyita apaan, tinggal hutang yang kecil kecil doang, Kalau yang motor dan sebagainya mah udah nggak ada keluhan. mending ada di tim cabut sih. enak di segani." Ucap Jaka.

"Hahha, kamu mah bukan disegani Jak, malah di goda, di Ajak ngamar mah iya." Ledek rekannya dan semua tertawa.

"Jangan ganteng sendirian ya jak, bagi bagi sini. Biar ketularan laris kita."

Dan kembali semuanya terbahak.

"Bisa aja kalian. Dahlah aku cabut ya, capek banget."

"Sama, yok ah pulang"

Mereka pun melangkah menuju motor masing masing.

Jaka melajukan kuda besinya pelan menuju rumahnya. jarak rumah dari kantornya bekerja tak terlalu jauh. lima belas menit sudah sampai.

Sepanjang perjalanan hingga rumah, hanya Melati terus yang dia pikirkan. Bahkan berkali kali dia melihat ponselnya berharap ada balasan dari wanita yang dicintainya, namun kembali dia harus menelan kekecewaan.

Jaka segera membersihlkan badannya begitu sampai rumah. Setelah mandi, dia segera menikmati makan yang sudah disiapkan emaknya.

Setelah semuanya selesai dia langsung masuk kamar. Jika di kamar Jaka paling seneng tidur hanya menggunakan kolor saja. Begitu juga saat ini.

Jaka benar benar merasa frustasi. Kemarin dia frustasi karena cemburu, tapi kali ini dia frustasi karena Melati tak kunjung balas pesannya. Di telfon pun Melati tak mau angkat.

"Yang, kamu marah karena aku kemarin cuekin kamu? balas dong yang? Aku minta maaf." Bunyi voice note yang Jaka kirim. Namun tetap tak ada balasan.

"Kalau kamu nggak mau bales, aku ke rumah mu sekarang?" pesan suara kembali Jaka kirimkan dan kali ini nampaknya melati meresponnya. Terlihat senyum tersungging dari bibir Jaka.

"Aku lagi di rumah orang tua." Cuma itu balasan yang Melati kirim. Dan justru membuat Jaka kembali frustasi.

"Kalau kaya gini terus, aku bakalan kehilangan si tembem, nggak, enak aja, si tembem sudah jadi milik ku, dia harus tetap jadi milikku." Gumam Jaka.

Sementara itu di satu tempat yang lain justru terjadi keributan kecil.

"Kamu serius nggak si bang, mau deketin aku sama Jaka?" Tanya sang wanita dengan muka sebalnya.

"Ya serius dong, kan aku udah usaha."

"Dari dulu usaha terus tapi mana hasilnya?"

"Iya maaf, besok deh aku ke rumah Jaka. Ya? jangan cemberut. Yuk kita main?" Pinta pria itu.

"Disini? Yang bener aja... !"

"Ya kan cuma disini tempat yang aman"

"Bang, modal dong, di hotel deket pasar lima puluh ribu bisa empat jam, masa nggak mampu?"

"Bukannya nggak mampu, orang aku lagi nggak ada duit. ayo lah ay, pliss." pria itu benar benar memohon.

"Kira kira aja bang, itu tuh tempat keranda, kamu mau kita kesurupan? Mending pulang, pengin enak, ngga mau modal." Sang perempuan segera saja melangkah cepat meninggalkan sang pria yang nampak frustasi.

@@@@@

Nah nah nah, siapa tuh yang main di dekat keranda? hadehh

Jaka gundah, jaka resah, jaka gelisah.

Terpopuler

Comments

Sak. Lim

Sak. Lim

ya iyalah org ga tau apa2 lo mla ngabaiin die wanita itu punya hati lembut

2024-01-03

0

Sak. Lim

Sak. Lim

plin plan mc nya ga tegas tua kna jemur matahari.

2024-01-03

0

Sak. Lim

Sak. Lim

bnererrrr2 jadi cowok punya sifat kyak bocah pikiran nya picik ga dewasa pdhal umur uda dewasa

2024-01-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!