Nah Kan Nah Kan..

Hari ini Jaka benar benar dirundung amarah. Suasana hatinya buruk. Dari masalah kerjaan hingga masalah perasaan.

Ninis sudah membuatnya kesal. Belum juga orang lain yang bukannya membayar tunggakan malah dengan percaya dirinya mengajak Jaka ke hal lainnya. Jaka memang ramah ke setiap orang tapi keramahan Jaka malah disalah artikan. Bahkan banyak juga yang berpikir kalau Jaka gampang di ajak main di kamar.

Namun nyatanya, justru Jaka sangat muak. Jaka tidak munafik, dia pria normal, hatinya juga sering merasa resah jika ada yang mengajaknya bermain di kamar. Namun Jaka selalu berusaha mengingat dirinya agar tak tergoda dan lebih memilih pergi.

Jaka sudah sering dapat teguran dari tempatnya bekerja. Yang namanya bekerja pasti akan ada yang namanya tekanan. Begitu juga yang dirasakan Jaka. Dia selalu di tekan sang atasan agar lebih bertindak tegas kepada para pemilik utang. Jaka benar benar sering muak setiap dia berbicara dengan atasannya. Mau dijelaskan seperti apapun ujung ujungnya Jaka yang salah.

Sudah pasti Jaka sangat dilema. Si bos menuntut agar uang setoran bisa terkumpul sesuai target. Sedangkan Jaka yang terjun di lapangan tahu sendiri bagaimana sikap si penghutang terhadapnya.

Jaka sering mengeluh ingin keluar tapi dia belum punya pandangan, apa yang akan dia kerjakan jika keluar. Sebenarnya Jaka punya bakat di bidang perbengkelan motor, Dia juga bisa ikut ngembangin usaha jualan sayur milik orangtuanya, namun sayang Jaka belum ada keinginan menekuni dunia usaha.

Suasana hati Jaka makin buruk tatkala melihat Melati nampak bercengkrama dengan seorang pria dengan bahagianya.

Cemburu, itu yang dirasakan Jaka saat ni. biar bagaimanapun Jaka dan Melati sudah resmi pacaran, wajar bagi Jaka kalau dia mempunyai rasa cemburu. Toh dia beneran tulus jatuh hati sama janda itu.

Bahkan saking cemburunya, dia mengabaikan semua pesan yang Melati kirim. Tentu saja wanita itu menjadi salah paham atas sikap Jaka.

Melati senantiasa menatap layar ponselnya. Namun pesan yang dia kirim masih bertengger indah dengan centang warna abu abu. Padahal pemilik nomer sedang dalam keadaan online bahkan sempat menulis sebuah kata.

"Jaka terlalu tampan, wajar jika aku diabaikan, aku saja yang bodoh dengan mudah termakan bujuk rayunya." Gumamnya dengan hati yang sangat kecewa.

Sementara itu di tempat lain. Dengan wajah kusam, Jaka baru saja pulang dari kerjanya. Jam di tangan menunjukkan pukul tujuh malam.

"kusam banget Jak. Ada masalah?" Tanya emak ketika dia keluar kamar dan melihat anak bungsunya sedang duduk bermalas di sofa ruang tengah.

"Biasa lah mak. kerjaan bikin pusing." Jawab Jaka tanpa merubah posisi duduknya.

"Kalau pusing terus kenapa nggak keluar aja Jak? dari pada tiap hari stres."

"Belum nemuin pengganti mak, di kantorku kan harus gitu, tiap mau keluar harus ada yang gantiin."

"Susah amat yah Jak. ya sudah mending mandi sanah, tuh kalau mau makan emak sudah siapain di meja."

"Iya mak. Bapak mana mak?"

"Lagi ke rumah Jati."

"Oh, ya udah lah mak, Jaka mandi dulu."

Emak hanya memandang prihatin anak keduanya. Sebagai seorang ibu, emak pasti mengerti perasaan anaknya bagaimana. Jaka memang tampan dan banyak perempuan yang menaruh hati pada anaknya, namun hal itu justru yang ditakutkan sang emak. dia takut anaknya dengan mudah bergonta ganti perempuan. Meskipun selama ini dia belum pernah melihat Jaka membawa seseorang wanita ke rumah setelah kejadian lima tahun lalu, namun emak takut di luar sana Jaka malah parah pergaulannya.

###

Dan hari pun kini berganti lagi. Jaka sudah kembali dengan aktifitasnya seperti biasa. Jaka sampai detik ini masih mengabaikan pesan dari Melati karena rasa cemburu yang masih membara di dadanya.

Terlihat Jaka sedang melajukan kuda besinya ke daerah lain. Di tengah perjalanan dia melihat seseorang yang dia kenal. Jaka pun mendekatinya.

"Rima?" Sapa Jaka. Orang yang sedang berdiri menggandeng anak kecil itu pun menoleh.

"Eh Bang Jaka." Jawab perempuan bernama Rima. Dia lah janda kedua yang juga sedang menunggu kepastian cinta dari Jaka.

"Mau kemana?"

"Mau ke pasar bang. Lagi nyari ojeg nggak lewat lewat."

"Ya sudah aku antar sini, mumpung aku juga satu arah ke pasar."

"Beneran bang?" Tanya Rima girang.

"Lagian kasian juga tu si Alif, kepanasan."

Tentu saja janda itu semakin bahagia. Dia merasa Jaka sangat pengertian dan perhatian.

Rima segera saja menaiki motor Jaka dengan menaruh anaknya di tengah tengah.

Jika tidak ada anak, ingin sekali Rima memeluk Jaka dari belakang. Karena baru pertama kalinya dia naik motor dengan sang lelaki idaman.

Tak butuh waktu lama mereka pun sampai di pasar yang dituju.

"Bang, turun di depan toko plastik yang itu yah?" Pinta Rima dan tentu saja Jaka mengiyakan.

Motor pun berhenti tepat di depan toko alat plastik dan toko kue yang Rima tunjuk.

Rima dan anaknya segera turun, dan pada saat bersamaan mata Jaka menangkap sesosok perempuan keluar dari toko plastik tersebut dan seseorang tersebut juga menatap Jaka dengan perasaan yang berkecamuk.

"Melati?" Ucap Jaka dalam hati.

Entah karena dorongan apa, Jaka malah seperti memanas manasi Melati. Dia bersikap perhatian pada Rima dan anaknya.

Tentu saja Melati yang menyaksikan hal itu sangat sakit hati. Dari semalam pesannya di abaikan dan sekarang dengan mata kepalanya sendiri, Jaka bersikap mesra di depan matanya tanpa mempedulika perasaanya.

"Mau beli apa sih?" Tanya Jaka kepada Rima namun sesekali dia melirik sosok yang memandang kearahnya. Melati pun segera kembali masuk ke kiosnya.

"Beli bahan bahan kue bang."

"Ya sudah aku temani."

Rima dan Jaka menghampiri toko dan kebetulan yang melayani adalah Melati.

"Mau nyari apa mba?" Tanya Melati berusaha ramah. Padahal hatinya berdenyut melihat sikap Jaka yang seakan akan tak melihatnya.

"Ini mba mau nyari ini." Jawab Rima sambil menyerahkan catatan. Melati menerimanya. Sedangkan Jaka nampak acuh dan dia asyik bermain dengan anak Rima.

Di saat Melati sedang sibuk memilih dan mengambil barang barang yang ditulis di cacatan, turunlah dua orang pria dan wanita dari lantai atas kios tersebut.

Jaka tertegun, laki laki yang dia lihat sekarang sama persis dengan laki laki yang dia lihat kemarin berdua dengan Melati.

Jaka terus memperhatikan gerak gerik mereka. Dan tentu saja dia jadi bertanya tanya, ada hubungan apa Melati denga laki laki itu? karena jika diamati, laki laki itu malah mesra dengan wanita disebelahnya dan Melati terlihat biasa saja.

"Mel, aku sama mba Desi pulang dulu ya?"

"Iya mas, salam buat ibu dan bapak."

Degg

"Ibu, bapak?" Gumamnya Jaka.

"Iya nanti mas sampein, kamu juga sekali kali pulang kerumah, yang lalu biarlah berlalu Mel, kamu harus bisa hadapin kenyataan."

"Iya mas, udah ih Mel lagi melayani pembeli."

Dan sang laki laki terkekeh,

"Ya sudah adikku sayang, mas pulang dulu ya?"

Mata Jaka membola.

"Adik?"

@@@@@

Wahh makasih buat setia ngasih dukungan, buat silent reader, kalian kasih dukungan juga dong, meski itu cuma like nggak apa apa deh, dukunganmu itu benar benar semangat ku loh. Kalau sebelum 10 jam dari waktu terbit udah dapat 200 like, othor bakalan double up deh. gimana?

Jaka sebelum pake tato nih

Terpopuler

Comments

Sak. Lim

Sak. Lim

idioooooot

2024-01-03

1

Sak. Lim

Sak. Lim

mka jgn nurut emosi bro slidki dlu jgn pke emosional dasar mc songong

2024-01-03

0

Sak. Lim

Sak. Lim

itulah goblokkkk naaaaaaif idioooooot mc

2024-01-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!