Syedza keluar dari kamar, menuruni tangga hendak melangkah ke arah dapur. Dapur di rumah ini dibagi menjadi dua yaitu ruang makan dan ruang masak, keduanya saling bersebelahan. Sementara itu di ruang makan terdengar suara berisik dari ruang makan.
"Ambilkan minum... Ambil minum!". Suara tuan Fajuri memerintah.
"Sabar nyonya, minum ini dulu". Disusul dengan suara nyonya Anita Maiher, ibunya Moehe.
"Mari saya bantu tuan". Disusul lagi suara salah seorang pengawal.
Ada apa ini? Kenapa berisik sekali?. Batin Syedza masih mematung di tempat ia berdiri tadi.
"Bertahanlah ibu.. Bertahanlah ibu..". Suara tangis Ezi pecah.
Ibu? Ibu kenapa. Batin Syedza
Tuan Fajuri dan salah seorang pengawal menggotong nyonya Ralin Fajuri keluar dari dapur.
"Ibuuuu!!!". Syedza berlari menuju arah dapur, tangisnya pecah saat melihat ibunya seperti tak sadarkan diri.
"Kenapa ibuku?... Kenapa ibu ku?.. Ayaahhh ibu kenapa?... Ku mohon jawab aku?". Syedza berkali-kali menyakan hal yang sama, tapi tak ada seorang pun di tempat itu yang menjawabnya.
Sementara itu tuan Fajuri sibuk menggotong istrinya itu menuju kamar utama rumah itu. Syedza, Ezi, tuan Meiher, nyonya anita dan beberapa pengawal ikut masuk ke kamar utama itu.
Nyonya Anita mengibas-ngibaskan kipas kertas ke arah besannya itu, Ezi dari sebelah kiri sibuk mengompres kulit ibunya itu.
"Tuan, saya sudah menghubungi tuan muda dokter Raj, tuan muda dokter akan datang secepatnya ". Suara salah seorang pengawal memecah keheningan sesaat.
"Baiklah". Jawab tuan Fajuri datar.
Syedza masih berdiri di depan ranjang tidur ibunya itu, sesekali terlihat ibunya mengambil nafas berat, terkadang nafasnya tersengal-sengal tak beraturan. Ruam-ruam merah muncul dibalik kulit putih ibunya, mata nyonya Ralin masih tertutup. Sepertinya ia sudah lama tidak melihat ibunya begini.
Raj... Datanglah lebih cepat, ibu membutuhkan mu. Batin Syedza.
Orang-orang yang ada ditempat itu hanya bisa berdo'a berharap tidak terjadi apa-apa.
Nyonya Anita yang pertama kali melihat hal ini, tersontak kaget dan bertanya-tanya.
Apa yang terjadi? Padahal nyonya tadi baik-baik saja, kita masih bercanda tawa menerka-nerka apa yang dilakukan anak kita di kamar pengantin itu. Kenapa tiba-tiba begini? Apa nyonya punya penyakit bawaan yang sewaktu-waktu bisa kambuh begini?. Batin ibunda Moehe.
Bertahanlah nyonya, nyonya orang yang kuat. Batin tuan Maiher, ini bukan pertama kalinya bagi tuan Maiher melihat Istri mantan bosnya itu seperti ini. Ia yakin nyonya Ralin bisa melewati hal ini.
Ibu bangunlah. Batin Syedza
Ibu baik-baik saja kan?. Batin Ezi
Bertahanlah sayangku, aku tak mau kejadian buruk itu terjadi lagi. Batin tuan Fajuri.
"Tuan, tuan muda dokter telah datang". Ucap salah seorang pengawal diiringi dengan seorang dokter di belakangnya.
"Ibu!!!". Raut muka Raj tidak bisa dibaca lagi. "Aku akan memeriksa ibuku". Raj mengeluarkan semua alat medis yang dibawanya satu paket di dalam koper.
Ia memasang alat bantu pernafasan, karena baginya apapun yang terjadi jalur nafaslah yang harus diselamatkan terlebih dahulu. Kemudian memeriksa detak jantung ibunya, memasang infus di arteri lengan sebelah kiri, selanjutnya memeriksa tekanan darah ibunya, setelah itu menyuntikkan beberapa obat-obatan melalui selang infus.
Detak jantung ibunya sudah mulai normal, nafas ibunya juga sudah mulai teratur, sesekali ia mencium dahi ibunya itu, kemudian berbisik lembut. "Bertahanlah ibu".
Dokter Raj tinggal terpisah dari rumah utama, profesinya sebagai dokter, mengharuskannya tinggal di luar jauh dari keluarga, terlebih lagi ia menekuni berbagai riset sehingga hampir seluruh waktunya ia habiskan di laboratorium penelitian, di klinik dan sebagai dosen di salah satu universitas kesehatan juga.
"Bagaimana dengan ibu?". Tuan Fajuri memulai pembicaraan.
"Ibu mengalami Alergi". Dokter Raj berdiri, kemudian melanjutkan. "Respon tubuh ibu berlebihan terhadap benda asing yang disebut allergen. Alergen menyebabkan sel
yang berada di bronkus mengeluarkan mediator
kimia (sitokin) yang mengakibatkan sekresi mukus, sehingga
terjadi sesak nafas, kejang-kejang. Respon lain berupa ruam-ruam merah pada kulit dan gatal-gatal". Jelas Dokter Raj panjang lebar.
"Apa ibu baik-baik saja?". Syedza ikut menyumbangkan kekhawatiran sejak tadi.
"Raj sudah berkerja keras untuk memulihkan ibu, aku sudah memberikan obat antihistamin dan beberapa obat penunjang lainnya untuk kesembuhan ibu". Lanjut Raj menjelaskan
"Apa ibu memakan makanan laut lagi?". Pertanyaan Raj ini membuat seluruh orang yang ada di kamar utama itu terkejut
Sudah ku duga hal itu terjadi lagi. Batin tuan Fajuri mengingat kejadian 18 tahun yang lalu.
#Flashback on#
"Bangunlah sayang, bangunlah". Tuan Fajuri berlutut di depan istrinya yang terbaring di atas ranjang rumah sakit.
Saat itu nyonya Ralin koma hampir 3 hari, tuan Fajuri hampir kehilangan nyawa istrinya itu, sedangkan anak-anak mereka masih kecil.
Sebelum mem-blacklist masakan laut dalam daftar menu keluarganya, tuan Fajuri mencari terapi terbaik untuk istrinya bahkan hingga berobat keluar negri. Tetapi gagal di tengah pengobatan, nyonya Ralin mengalami respon berlebihan kembali saat terapi. Sehingga tuan Fajuri memutuskan untuk menghentikan terapi dan mem-Blacklist semua makanan laut dari menu makanannya.
#Flashback off#
Syedza terkejut mendengar hal itu. Baru-baru ini ia menyadari ia juga mengalami hal aneh saat setelah mengonsumsi makanan laut. Karena saat beberapa kali makan di luar bersama Rizwan ia mengalami hal yang sama, tetapi tidak separah yang terjadi pada ibunya ini. Syedza hanya merasakan pusing dan gatal-gatal pada bagian tubuh tertentu namun lama-lama gejala seperti itu hilang dengan sendirinya.
Pernah suatu malam saat ia makan malam bersama Rizwan ia meminta untuk segera pulang, ia merasakan sesak dan hampir pingsan. Saat itu Rizwan memanggil dokter pribadinya sebelum mengantar Syedza pulang. Dari dokternya itu lah Rizwan mengetahui kalau Syedza tidak boleh mengunsumsi makanan laut lagi.
Mendengar hal itu nyonya Anita berhambur memeluk Syedza.
"Maafkan ibu nak, maafkan ibu. Ibu yang membawa bahan makanan itu ke rumah ini". Tangis nyonya Anita pecah, merasa bersalah dengan apa yang terjadi pada ibunya Syedza ini karena ulahnya.
"Sudahlah nyonya Maiher, ini hanya kekhilafan koki sudah menyematkan label pada masakan itu". Jawab tuan Fajuri masih tanpa ekspresi yang jelas untuk dibaca.
"Saya sudah memperingatkan koki-koki itu tuan, ini kesalahan saya, saya akan membereskan nya". Fram yang sedari tadi diam, ikut berbicara. Baginya menyalahkan diri yang tidak bersalah sekali pun merupakan langkah yang tepat untuk saat ini. Fram mengepalkan tangannya seperti siap untuk menonjokkan sesuatu, gigi rangangnya dikatup kuat hingga terdengar Cetaakk..
Fram menunduk sopan, memundurkan diri dan hilang dibalik pintu kamar utama itu.
Bersambung,
\=\=\=\=\=
*Pengenalan tokoh baru*
Fram : Asisten pribadi Moehe. Asal-usul Fram masih menjadi misteri.
Ny. Ralin Fajuri : Ibunda Syedza.
Tuan Maiher : Ayah Moehe, mantan sekretaris tuan Fajuri yang kini mengurus perusahaan di kota C.
Nyonya Anita Maiher : Ibunda Moehe
Raj : Dokter profesional sekaligus anak keempat dari keluarga Fajuri.
_____
*Kosa kata*
Alergi: Respon tubuh berlebihan akibat sesuatu. seperti bersin-bersin, sesak nafas, gatal-gatal bahkan kejang-kejang.
Allergen : Benda/hal yang menyebabkan alergi, seperti debu, makanan, obat-obatan dan lain-lain.
Sitokin : salah satu zat kimia
sekresi : mengeluarkan
mukus : lendir
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments