Dapur petaka

Fram meninggalkan kamar pengantin itu melangkah ke arah dapur, memberi perintah kepada koki di dapur untuk mempersiapkan makan malam untuk semua penghuni rumah utama ini. Beberapa pesan yang disampaikan Moehe tadi telah dijelaskannya kepada koki itu, agar tidak terjadi kesalahan yang fatal.

Beberapa tamu undangan masih berada dihalaman belakang untuk menikmati sunset, rata-rata tamu undangan yang masih tersisa itu merupakan tamu kehormatan dari luar negeri. Tuan Fajuri telah mengumumkan sebelumnya, siapa saja yang masih ingin menikmati tempat ini silahkan, tempat ini terbuka untuk siapa saja yang ingin menikmatinya. Pihaknya juga akan menyiapkan makan malam bagi siapa saja yang ingin menghabiskan senja di halaman belakang rumahnya itu.

Iya, tempat ini dipilih tuan Fajuri untuk mengadakan pesta putri kesayangannya itu bukan tak beralasan. Tempat ini memiliki pemandangan yang sangat bagus. Beberapa meter dari pagar rumahnya itu terdapat danau yang jernih. Danau itu merupakan salah satu proyek yang berhasil perusahaannya bangun beberapa tahun yang lalu. Disekeliling danau dihiasi dengan beraneka warna bunga tulip yang sedang mengembangkan kelopaknya. Diseberang danau itu tergambar indah bebukitan yang masih asri dengan nuansa hijau yang menyegarkan. Semarak lukisan langit berlembayung jingga dan pantulan sinar matahari mengarah ke permukaan air danau menambah nuansa syahdu tempat itu dikala senja. Sehingga sangat disayangkan untuk melewati senja ditempat itu. Beberapa tamu undangan sibuk mengabadikan moment ceria sore itu, mulai dari menggunakan camera amatir, camera HP bahkan ada yang menggunakan lensa dengan kejernihan tingkat tinggi.

Penjagaan tidak begitu ketat sore ini. Pengawal hanya menjaga di gerbang depan, karena hanya gerbang ini satu-satu nya akses menuju tempat pesta. Jalur menuju tempat pesta mudah saja, Gerbang depan, halaman samping kanan, halaman belakang. Sehingga tidak dibutuhkan penjagaan di pintu rumah utama, pintu itu sudah tutup sejak sebelum dimulainya pesta. Hanya pintu belakang yang terbuka, bisa dilalui oleh penghuni rumah.

Sementara itu, terlihat seorang laki-laki kebingungan seperti ada yang di carinya.

"Aaahhh. Kunci mobil sialan!". Gerutu Rizwan menendang pintu mobilnya.

Rizwan berkali-kali meraba saku celananya, kemudian saku jasnya kiri dan kanan. Tak diperoleh apa yang sedang ia cari. Sekarang tangannya berganti meraba saku dalaman jasnya bagian atas.

"Handphone ini juga sialan! ". Kembali menggerutu.

Berkali-kali ia memencet tombol on-off pada Handphonenya tetapi nihil, masih gagal. Usahanya untuk menghidupkan handphone itu sia-sia saja, batery Hp itu sudah berada pada titik terendahnya.

"Kenapa sial beruntun begini? Aaahhhh". Kaki Rizwan menendang keras mobilnya.

Bagi Rizwan ini hari tersial dalam hidupnya, sengaja tidak membawa sekretaris pribadinya dengan alasan ini masalah hati, ia bisa menyelesaikannya sendiri. Mengendarai mobil sendiri, berharap tidak ada orang yang mengetahui kalau ini titik terendah dihidupnya, terlebih lagi ia bisa mengekspresikan dirinya bebas di dalam mobil jika sendirian. Entah ia ingin meraung, mengumpat dengan sumpah serapahnya, atau ingin menangis sejadi-jadinya, bebas tidak ada yang perlu disembunyikan, toh hanya ada ia sendiri di mobil itu.

Melalui hari yang berat 2 hari belakangan ini, membuatnya melupakan banyak hal tentang benda pribadinya, handphone itu misalnya, terlebih lagi sementara waktu ia tak mau sekretarisnya itu ikut terlibat seperti biasanya dalam mengurus segala hal yang bekaitan dengannya, sehingga untuk sejenak mengisi ulang batery handphone itu pun ia keteteran.

Sial sudah, sudah jatuh tertimpa tangga pula. Kunci mobil entah berhambur kemana, ia tak sadar kapan benda itu lepas darinya. Sebenarnya ia bisa saja pulang naik taxi, tapi wilayah ini bukan wilayah yang biasa dilewati taxi pada umumnya, kecuali jika memesan taxi online.

Keberuntungan tak berpihak kepada ku hari ini. Bagaimana bisa aku sial berkali-kali. Lalu bagaimana ini? Aku harus mencari bantuan. Batin Rizwan.

Anak itu?

Iya aku harus mencarinya, Ezi aku mohon, jadilah dewi penolongku kali ini saja. Lanjut Rizwan penuh pengharapan.

Entah kali ke berapa kalinya ia bolak-balik meneliti jalan antara mobil dan halaman belakang tapi tak sedikitpun ada penampakan hilal kunci mobilnya itu, untuk meminta pertolongan pun tak ada jalan, handphone nya sudah terlanjur tak bisa digunakan. Kali ini ia berharap ezi bisa membantunya, setidaknya bisa membantu pinjaman handphone untuk menghubungi sekretarisnya atau hanya untuk memesankan taksi online, apa pun itu yang terpenting bisa membuatnya keluar dari tempat ini.

Rizwan masuk ke rumah utama melalui pintu belakang, mencari keberadaan Ezi. "Dimana anak itu?". Gumam Rizwan.

Saat melewati dapur Rizwan mendengar Fram memberi perintah pada kepala koki dirumah itu. Fram menjelaskan secara detail untuk memisahkan semua makanan laut untuk keluarga Fajuri.

Makanan laut? Lobster? Mohon maaf Moehe malam pertama mu akan ku hancurkan. Spontan terlintas di benak Rizwan untuk mengatur rencana liciknya.

Fram meninggalkan dapur, sementara itu Rizwan berjinjit mendap-mendap masuk ke dapur untuk mengeksekusi rencana liciknya itu.

Beberapa menit selanjutnya koki keluar dari ruang masak kemudian meletakkan sejumlah makanan di atas meja makan yang telah diberi label 'Sea Food' dan 'Non Sea Food'. Rencana Rizwan berhasil ia jalankan, kemudian ia tergesa-gesa keluar dari dapur itu.

---

Ezi keluar dari kamarnya, tubuhnya terasa letih sekali hari ini. Sepertinya ia membutuhkan asupan gizi lebih untuk membayar energinya yang hilang, terlebih lagi saat ini ia harus meladeni tamu bulanannya. Ia melangkah dengan tatapan kosong menuju dapur untuk membuat susu atau apapun yang bisa ia makan untuk mengganjal perutnya, makanan yang ia makan saat pesta tadi siang sepertinya tak cukup untuk mengganti energinya sampai malam ini.

Brrruuuukkkk. Langkah Ezi terhenti di lorong kecil menuju dapur saat terasa ada sesuatu menabraknya.

Rizwan pun tersontak kaget saat menyadari ia menabrak sesuatu.

"Iiihhh. Kak Rizwan!". Sapa Ezi mengadahkan kepalanya.

"Hei anak manja, aku mencari kau dari tadi. Rupanya kau di sini". Ucap Rizwan dengan nafas tersengal-sengal dan keringat dingin menetes di dahinya.

"Kak Rizwan sedang apa di sini?". Tanya Ezi menyelidik.

"Aku butuh bantuan mu". Jawab Rizwan cepat

"Apa!".

"Aku butuh Handphone ini!". Seru Rizwan langsung merampas Handphone dari tangan Ezi.

"Apa!".

"Kau diam disitu, aku hanya memakainya 10 menit. Eh kelamaan, 5 menit saja". titah Rizwan.

"Apa kak Rizwan mencari ini?". Ezi menggantungkan tangannya di udara, digenggamannya ada sesuatu.

"Kau menyembunyikannya? ". Tanya Rizwan datar.

"Kak Rizwan meninggalkannya di kaki meja pesta itu". Jawab Ezi santai

Sorot mata Rizwan tajam ke arah Ezi

"Aku hanya kalah cepat, kak Rizwan begitu buru-buru menghilang". Ungkap Ezi membela diri

"Sial!". Rizwan mengumpat

Dengan cepat Rizwan merampas kunci mobil itu dari tangan Syedzi, kemudian menghilang dibalik pintu rumah bagian belakang.

Bersambung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!