Pesta telah selesai, Syedza melangkah gontai meninggalkan halaman belakang menuju rumah utama, berharap segera masuk ke kamar, membaringkan diri di atas kasur empuknya setelah melewati hari yang sangat melelahkan.
Kasur, iya kasur. Aku butuh kasur saat ini, hanya kasur. Batin Syedza.
Dengan cepat Syedza mendorong ganggang pintu, masuk ke kamar dan hilang dibalik pintu kamarnya itu.
Deggg... Pemandangan yang sangat menggelikan, alas kasur putih dengan taburan kelopak bunga hidup yang berserakan khas kamar tidur pengantin baru, entah siapa yang meletakkan nya. Tentu itu semua membuat hati Syedza kesal melihatnya.
Gilaaa... Gila.. Ini benar-benar gila. Siapa yang berani-beraninya mengacak kamarku. Merusak pemandangan saja. Huuufttttt ini benar-benar menggelikan. Gerutu Syedza sambil menyapih kelopak bunga dari atas kasurnya.
Mulut Syedza masih komat-kamit dengan sumpah serapah, cacian dan makian apa saja yang bisa dikeluarkan nya. Semuanya mengartikan saat ini hatinya benar-benar kesal, yang sedari tadi membengkak akhirnya tertumpah semua, tanpa ia sadari Moehe sudah berdiri tepat dibelakangnya.
Anak ini ada-ada saja, bagaimana bisa anggota tubuhnya bekerja semaksimal itu. Mulutnya komat-kamit seperti merapalkan do'a , sedangkan tangannya sibuk menyapu bunga-bunga itu. Batin Moehe.
Syedza masih sibuk melambai-lambaikan kain ke atas kasurnya untuk menyapih kelopak bunga itu ke lantai, dengan posisi badan merangkak sedikit-sedikit mundur ke belakang. Lama-lama sampai ke ujung ranjang, hingga kakinya menyentuh paha Moehe yang sejak tadi berdiri di belakangnya. Spontan Syedza menoleh ke belakang.
"Kau sedang apa?". Seru Moehe memecah keheningan.
Oh tuhann... Bagaimana bisa aku melupakan pintu itu?. Batin Syedza. Habislah aku.. Habislah aku...
Dengan cepat Moehe memeluk Syedza dari belakang.
"Teganya kau.. Apa kau lupa aku ini suamimu?. Tega sekali kau pergi saat aku ke toilet tadi". Bisik Moehe pelan di telinga Syedza.
Apa pedulinya aku padamu, wahai sekretaris yang tak tau diri ini!? Haaaahh?!. Batin Syedza.
"Eeehhh. Aku hanya lelah, seharian ini aku melayani tamu undangan yang tak sedikit. Saat ini aku hanya butuh tidur". Jawab Syedza santai.
"Kau mau tidur?. Ayo tidur bersama!". Moehe berseringai licik.
Apa-apaan dia ini, mendengarnya saja sudah membuat aku merinding saja. Batin Syedza.
"Aaahh tidak!. Ini kamar ku, kau boleh tidur di kamar lain. Aku hanya ingin sendiri saja di sini".
"Kau lupa?, atau pura-pura lupa?. Sekarang ini kamarku juga. Apa yang menjadi milikmu sekarang milikku juga. Berbisik lembut di telinga Syedza sambil sesekali mengelus lembut pipi Syedza.
Syedza berusaha menghindar, mundur ke belakang beberapa langkah. Ia kalah cepat, Moehe sudah melingkarkan tangannya di pinggang Syedza. Bagi Moehe meraih pinggang kecil itu tidak begitu sulit, dengan sekali cengkram saja sudah bisa mendekap tubuh itu sepenuhnya. Dengan postur tubuh Moehe yang atletis dan kemampuannya bela diri membuat hal ini saat mudah dilakukannya.
Dia mencengkram ku sangat kuat, kalo begini bagaimana bisa aku lari dari nya. Gila! manusia ini paket komplit, pengekang, pembangkang dan pencengkram juga. Kenapa aku terperangkap di sini ya? Terperangkap di rumahku sendiri.
Tapi tenanglah Syedza, kau harus lawan dia. Tenang... Tenang... Atur strategi. Batin Syedza sambil memutar keras otaknya untuk berpikir agar bisa terlepas dari lelaki gila di depannya ini.
Batu karang yang kuat bisa rapuh karena air yang lembut. Baiklah, Baiklah... Manusia yang keras bisa melunak dengan kelembutan hati. "HAHAHA". Gelak Syedza, sontak membuat Moehe kaget.
"Kau tertawa?". Bisik Moehe di telinga Syedza. "Kau mendapatkan cara untuk lari dari cengkraman ku ini?". Senyum licik Moehe kembali dilemparkan.
Mata Syedza terbelalak mendengar ucapan Moehe yang bisa menduga apa yang ia pikirkan.
Apa ia peramal?. Bertahun-tahun ia berkeliaran di keluarga ku tak sedikitpun di hatiku untuk memperdulikan aktivitasnya selama ini. Bahkan kehidupan pribadinya pun aku tak tau. Gila! ini benar-benar gila!. Umpat Syedza di dalam hati.
"Baiklah, baiklah. Kau boleh tidur di kamar ini, sekarang lepaskan aku dulu, tanganmu itu mematikan". Pinta Syedza lembut, berharap bisa berdamai dengan laki-laki ini.
Moehe merenggangkan pelukannya di pinggang Syedza, dengan cepat Syedza berdiri membetulkan gaunnya yang sedari tadi berhambur tak beraturan.
Kau mau kamar ini sekretaris gila?. Dengan senang hati aku berikan padamu, yang terpenting aku tak sekamar denganmu, tak apa-apa aku harus kehilangan ruang pribadiku sejak usia balita ini. Batin Syedza bersorak seolah menemukan cara untuk terlepas dari Moehe malam ini.
"Kau boleh tidur di sini dengan senang hati, maka aku akan memilih kamar lain untukku". Sorak Syedza bergembira melangkah hendak keluar kamar ingin mencari kamar lain untuknya.
Belum banyak langkahnya menuju pintu, tangan Syedza sudah dicengkram kuat oleh Moehe.
"Kau ingin lari?". Seru Moehe
"Aku bukan orang yang tak tau diri sepertimu, aku rasa kita perlu berbicara kali ini". Seru Syedza mengelak pembicaraan.
Aduuh.. Aku yang terlalu bodoh, mana mungkin Moehe melepaskan aku begitu saja. Batin Syedza.
"Hmmm bicara? Jangan bilang kau ingin membuat kesepakatankan?. Jangan berharap terlalu jauh nona, aku pasti tidak akan menyetujuinya". Meohe tergelak, seolah-olah merasa ia menang telak di segala hal. Tersenyum bangga.
Lagi-lagi dia bisa menebak apa yang ada di benakku. Ohhh tuhan, aku ingin menyerah sampai disini saja!. Batin Syedza menangis, ekspresi wajahnya tak bisa dibaca lagi, pias.
Liatlah nona, wajahmu pucat pasi seperti itu, seperti tak ada lagi darah yang mengalir di kulitmu itu. Apa kau masih belum menyerah nona?. Batin Moehe, kembali tersenyum licik.
"Kau hebat!, sangat hebat. Bolehkah aku berbicara sedikit denganmu?. Iya, Hanya sedikit!, aku ingin tau seberapa jauh level kehebatanmu itu!". Pinta Syedza mengatur nafasnya.
"Kau menantangku?". Tantang Moehe santai.
Lihatlah, aku hampir tak bisa bernafas berdebat dengan manusia batu ini, bahkan ia bisa menjawabku dengan tenang seperti air. Sebenarnya siapa yang batu siapa yang air sih!. Bagaimana aku bisa melunakkannya kalau ia punya kedua-duanya seperti ini. Batin Syedza meronta-ronta.
Bagi Syedza Hal yang keras bisa dilunakkan dengan kelembutan hati, tapi bagaimana dengan Moehe yang memiliki kedua-duanya?. Kadang bersifat seperti batu, kadang pula bersifat seperti air. Syedza berpikir keras mengatur strategi yang tepat, tak ada pilihan, jika tak berpikir maka ia harus sukarela jatuh ke pelukan Moehe. Setelah beberapa hari melalui hari yang berat, malam ini masih bertarung dengan masalah yang berat juga, baginya yang terpenting malam ini terlewati masalahnya besok akan cari jalan lain besok lagi.
"Aku tak bermaksud menantangmu, aku tau kau sangat menyukai tantangan, tapi kali ini dengarkan aku sebentar saja. Aku mohon". Pinta Syedza dengan mengatup kedua tangannya untuk meyakinkan kesungguhannya.
"Baiklah, katakan!. Kau hanya punya waktu sebentar, jangan sia-siakan waktu ini". Jawab Moehe mengiyakan permintaan Syedza.
Syedza mengangguk senang, terlihat ekspresi wajahnya tak lagi pias. "Sekarang duduklah". Syedza menepuk kasur disebelahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments