Tidak! tidak! aku tidak bisa membayangkan bagaimana aku bisa hidup satu rumah dengan si pengekang yang keras kepala itu! Gumam Syedza dalam hati sambil menyilangkan kakinya di atas matras yoganya.
Berulangkali Syedza mengambil nafas kasar, "Huuuuuffffttt!" mungkin ini nafas ke 133 kalinya ia buang dengan kasar sembari memejamkan matanya berharap bisa menenangkan hatinya untuk menghadapi masalahnya kedepan.
Sedang apa dia? Kenapa dia mengangkat tangan nya tinggi begitu sampai berulang kali? Apa dia sedang merapalkan do'a? batin Moehe.
Moehe mendekat kearah tempat Syedza latihan yoga, ia memandang Syedza lekat-lekat saat anak bosnya itu sedang memejamkan matanya.
"Aaahhh kau! Sejak kapan kau di sini?" Syedza terkejut saat membuka matanya melihat Moehe ada di depannya.
Moehe hanya tersenyum tipis, "Kau terlihat seperti orang bodoh saat ini! Apa pekerjaan tuan putri di rumah ini hanya seperti ini?" ejek Moehe sambil mencibir bibirnya.
"Hmm pekerjaan bodoh? Iyaa, emang apa lagi yang aku lakukan? Dari dulu dia tau apa saja kegiatan di rumah ini, kenapa sekarang baru protes?" gumam Syedza pelan tetapi masih bisa terdengar di telinga Moehe.
"Kau bicara apa? Aku tidak bisa mendengarnya dengan jelas," tanya Moehe dengan seringai licik, "Ulangi sekali lagi?" ucap Moehe sambil mendekatkan telinganya ke depan wajah Syedza.
"Eeeh tidak bicara apa-apa, aku hanya bersenandung dalam hati," jawab Syedza tersenyum manis.
Dengan cepat aura wajah Syedza berubah manis, sepertinya ia sedang mengatur strategi untuk mengendalikan masalah ini dengan tenang.
"Sepertinya kau mengalami gangguan di saluran nafasmu, beberapa kali ku lihat kau mengeluh panjang seperti orang yang kesulitan bernafas," ujar Moehe.
"Aahh Tidak!" jawab Syedza mengelak.
"Apa kau perlu tabung oksigen atau kau perlu nafas buatan dariku?" tanya Moehe menyeringai licik.
Mendengar apa yang dikatakan Moehe barusan tersontak Syedza kaget, pipinya berubah memerah dan menutup bagian wajahnya, "Eehh tidak! tidak! aku sudah selesai yoga hari ini, iyaa.. benar-benar sudah selesai, aku pergi dulu ya," Secepatnya Syedza pergi meninggalkan Moehe di taman belakang rumahnya.
Moehe hanya tersenyum melihat tingkah Syedza, seperti anak kecil yang ketakutan.
"Tunggu! Aku kesini ingin menjemputmu untuk fitting baju, bersiaplah dalam waktu 15 menit, aku akan menunggumu di depan," titah Moehe.
"Baju? Apa pedulinya kau dengan bajuku!" bantah Syedza.
"Kau ini pura-pura bodoh atau kau memang bodoh sih? Ini untuk pesta kita 2 Hari lagi, kau pasti tidak lupa dengan pesta itu," jawab Moehe santai sambil meneliti punggung Syedza dari belakang.
"Aaahhh aku tak peduli! dan kau sepertinya kelewatan, beraninya kau memerintah anak bosmu sendiri dengan ketus seperti ini," Syedza meninggikan nada suaranya, setelah pulang dari ruang kerja ayahnya kemaren emosi Syedza sulit di kondisikan.
"Ini perintah bosku," jawab Moehe santai membantah statemen Syedza sambil melangkah menuju rumah depan, "baiklah tuan putri waktumu hanya 15 menit."
Ihhhh.. Menyebalkan sekali! batin Syedza
Mendengar ini perintah ayahnya, Syedza tidak bisa membantah lagi.
*Setengah jam sebelumnya*
"Moehe, kau pergilah ajak Syedza fitting baju untuk pesta 2 hari lagi. Aku tidak mau putriku terlihat seperti gembel di pesta itu, karena bajunya kebesaran," Titah tuan Fajuri pada Moehe.
Moehe mengangguk pelan.
"Buat dia menyukaimu dengan caramu, mungkin ini berat untuknya, tapi aku yakin kau bisa menjinakkan nya dengan caramu sendiri, asal kau tau aku akan selalu mendukungmu," ujar tuan Fajuri melanjutkan titahnya.
"Baiklah tuan, aku akan menjemputnya ke rumah sekarang juga," angguk Moehe sopan sambil berlalu pamit meninggalkan ruang bos Fajuri Group itu.
Kau lihat tuan putri, ayahmu begitu semangat ingin menikahkan kau dengan ku, kenapa kau tak tertarik sedikit pun denganku? Baiklah.. Baiklah... Kau lihat saja caraku padamu nanti, permainan ini akan ku mulai, siapa pemenangnya nanti? batin Moehe.
***
"Aku sudah siap, apa kau masih ingin disini?" tanya Syedza menghampiri Moehe yang duduk kursi ruang depan.
Isshhh wanita ini, dia yang membuatku menunggunya lama di sini, kenapa dia yang berseru seolah-olah aku yang membuat kesalahan batin Moehe.
Moehe melirik jam tangannya dengan santai, "bagus, kau tidak telat, waktunya pas 15 menit, rupanya kau menggunakan waktumu cukup bijak, pertahankan itu, tuan putri!" seru Moehe sambil tersenyum.
"Ya sudah ayo pergi sekarang!"
*Didalam mobil*
"Auuuwwhh! Apa kau bisa menyetir mobil dengan baik? Hampir saja hidungku patah gara-gara kau mengerem seperti tadi!" protes Syedza kesal.
"Aku kira kau punya kelainan, tiba-tiba bisu kalau sedang naik mobil, rupanya kau bisa bicara juga!" jawab Moehe santai, "apa kau menunggu aku mengerem seperti tadi biar kau bicara lagi?"
"Apa maksudmu? Apa kau menggunakan otakmu sekarang, Haaah? Sepertinya kau butuh bertamu ke dokter spesialis kejiwaan! Kita lihat apa yang salah pada otakmu sekarang ini, tiba-tiba kau ingin menikahiku, tiba-tiba kau ingin mematahkan hidungku. Kau memalukan sekali!" Oceh Syedza panjang lebar.
Moehe hanya tersenyum, "aku senang kau bicara terus seperti ini, jadi aku semakin yakin kalau calon istriku ini tidak memiliki kelainan yang tiba-tiba bisu di suatu tempat."
"Oke baiklah! Aku akan bicara terus sampai kau bosan mendengar ocehanku, sampai gendang telingamu pecah dan kau membatalkan untuk menikah dengan ku," sorak Syedza semangat, berharap apa yang ia katakan barusan benar-benar terjadi.
Anak ini, menggemaskan sekali! batin Moehe.
"Baiklah, aku mulai dari mana ya?" kata Syedza berhenti sejenak, sambil meletakkan jari jempol dan telunjuk di dagunya, sekilas terlihat seperti orang yang sedang berfikir, "kau ingin menikahi ku? Apa kau sudah gila? Aku ada salah apa dengan mu? Apa keluarga ku punya hutang yang harus dibayar dengan jumlah besar? Sehingga kau ingin membeliku? Apa ayahku membunuh salah satu keluargamu? Sehingga kau ingin memiliki nyawaku sebagai gantinya? Apa kau ini ingin mencuri aset keluargaku dengan cara menikahi aku seperti ini? Apa kau ini waras? Haaah? Apa kau benar-benar sudah gila?" oceh Syedza panjang lebar.
"Sudah selesai bicaranya? Kau sepertinya kesulitan bernafas, apa tadi kau lupa bernafas? Mendekatlah! Aku akan membantumu," seringai Moehe licik.
"Kau selalu mengatakan itu, telingaku bahkan geli mendengarnya," protes Syedza sambil mengangkat bahunya, "jawab pertanyaanku itu!"
"Aku mencintaimu," Moehe menjawab dengan cepat masih mengamati jalanan di depan di balik kaca mobil.
"Tidak! Tidak! Tidak! Kau tidak boleh mencintaiku, aku memiliki pacar dan kami telah berencana banyak hal, jadi mulai sekarang stop omong kosongmu itu!" tegas Syedza dengan suara lantang.
"Aku tak peduli itu, aku mencintaimu!" tegas Moehe sekali lagi.
Ihhh si pembangkang dan pengekang ini benar-benar tak bisa diajak kerja sama, Batin Syedza.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments